Maulidya Syah Febriani Siregar (11) atau yang akrab disapa Maulidya tampak gembira dan bersemangat saat ditemui relawan Tzu Chi pada Selasa, 11 Oktober 2022. Hari itu menjadi hari terakhir baginya untuk melakukan check up pascaoperasi jantung di RS Jantung Jakarta, Matraman, Jakarta Timur dengan didampingi relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 dan staf Bakti Amal Tzu Chi Indonesia sebelum kembali ke Medan, Sumatera Utara.
Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 mendampingi Maulidya Syah Febriani Siregar dan kakak sepupunya Yusnida Desyani (tengah), pasien anak yang melakukan operasi jantung rujukan dari Medan, Sumatera Utara.
Maulidya yang datang ke Jakarta bersama kakak sepupunya, Yusnida Desyani ini berasal dari Labuhan Batu, Asahan, Sumatera Utara. Sejak lahir pada 27 Februari 2011, ia mengalami kelainan Tetralogy of Fallot (TOF). Kondisi tersebut merupakan kombinasi dari empat cacat jantung yang hadir pada saat lahir dan hal ini baru diketahui pada tahun 2013. Tidak berhenti di sini, Maulidya yang saat itu masih bayi pun harus menerima kenyataan bahwa kedua orang tuanya bercerai dan ia diasuh oleh ibunya.
Menyadari kondisi kesehatan anaknya, saat itu ibu dari Maulidya juga bekerja keras untuk mengobati jantung Maulidya di Kota Medan tepatnya di RS Adam Malik. Setelah dijadwalkan kateterisasi jantung, seharusnya Maulidya dapat dioperasi, tetapi dokter menemukan ada cairan di kepala pada Oktober 2017. Jadi salah satu dokter di RS Adam Malik mengoperasi kepala Maulidya untuk mengeluarkan cairan tersebut dan ia pun sempat koma selama 17 hari dan proses kateterisasi jantung ditunda.
Carolina, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 memeluk Maulidya yang kini sudah terbebas dari masalah di jantungnya.
Setelah pulih, pada Januari 2018, kembali dilakukan proses kateterisasi jantung yang sempat tertunda. Hasilnya pun baik dan siap untuk dilanjutkan ke tingkat operasi jantung. Tetapi cobaan kembali menghampiri Maulidya, pada 2018 ibu dari Maulidya meninggal dunia karena menderita kanker ganas yang selama ini tidak mendapatkan penanganan yang baik. Akhirnya hak asuh Maulidya kembali ke ayahnya yang bekerja menjadi tenaga sekuriti dan saat itu juga sudah memiliki keluarga baru.
Pengobatan Maulidya pun akhirnya tidak berjalan atau berhenti seiring berjalannya waktu. Ia hanya mengonsumsi obat-obatan dari resep obat lama yang belum di-upgrade oleh dokter. Hingga pada tahun 2022, Maulidya dititipkan kepada saudara perempuan ayahnya karena tidak begitu terurus. Dari sinilah Maulidya bertemu dengan kakak sepupunya Yusnida Desyani dari Medan yang saat itu pulang ke Labuhan Batu.
Relawan Tzu Chi Medan saat melakukan kunjungan kasih ke kediaman Maulidya yang tinggal bersama kakak sepupunya.
“Kalau kasat mata kita lihat fisik dia sehat. Baru kalau lagi beraktivitas, contoh dari ruang tamu ke kamar mandi, dia sesak, jongkok, biru mulai tangan dan bibir. Dari situ kita baru tahu kalau dia sakit,” cerita Yusnida.
Setelah melihat kondisi Maulidya, Yusnida berempati dan berniat untuk meneruskan proses pengobatan Maulidya. Setelah berdiskusi dengan suami, keluarga, dan ayah dari Maulidya, akhirnya niatannya pun diizinkan. “Saya ambil alih dan saya bawa ke Medan. Waktu saya ke RS Adam Malik, ternyata pihak rumah sakit tahu detail kondisi Maulidya. Dari sini apapun langkahnya (pengobatan) harus maju, jangan mudur lagi,” ungkap Yusnida Desyani.
Kemudian Juni 2022 dilakukan proses kateterisasi jantung yang kedua kalinya di RS Adam Malik. Dan hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan kateterisasi jantung yang pertama serta diyakini Maulidya cukup hanya dengan 1 kali proses operasi untuk penyembuhan jantungnya.
Memberi Dukungan dalam Upaya Penyembuhan
Setelah itu pihak RS Adam Malik memberi rujukan untuk dilakukan operasi jantung di RS Jantung Jakarta karena keterbatasan alat dengan menggunakan fasilitas BPJS. Tidak berhenti sampai di sini, untuk menuju Jakarta dan menunggu proses pengobatan tentunya membutuhkan biaya yang besar, sedangkan Yusnida tak memiliki keluarga di Jakarta dan kesulitan untuk biaya selama proses tersebut.
Dari sinilah Yusnida mulai mengajukan permohonan bantuan ke beberapa lembaga sosial tetapi permohonan tersebut belum menunjukkan titik terang. Hingga Yusnida bertemu dengan salah satu orang tua anak penerima bantuan Tzu Chi yang juga dibantu untuk pengobatan jantung.
Setibanya di Jakarta, Maulidya dan kakak sepupunya Yusnida Desyani yang datang bersama dokter TIMA Medan didampingi relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 dan staf Bakti Amal Tzu Chi Indonesia.
Yusnida pun mencari keberadaan Kantor Tzu Chi Medan untuk mengajukan permohonan bantuan tunjangan pengobatan selama di Jakarta. “Saya datang ke Kantor Tzu Chi untuk mengajukan bantuan. Lalu hanya diminta diagnosa dan rekam medis Maulidya. Katanya ‘nanti akan ada tim yang melakukan verifikasi’,” ungkap Yusnida.
Setelah relawan Tzu Chi Medan melakukan verifikasi dan beberapa kali melakukan kunjungan kasih, akhirnya pengajuan bantuan tunjangan pengobatan untuk Maulidya selama di Jakarta disetujui. Bantuan berupa tiket pesawat Medan-Jakarta (PP), kebutuhan oksigen di dalam pesawat, ambulans dari bandara ke rumah sakit, serta akomodasi selama di Jakarta selama masa pengobatan, sekaligus pendampingan dari relawan Tzu Chi selama di Jakarta.
Maulidya pun berangkat dari Medan ke Jakarta pada 15 September 2022 bersama Yusnida dengan didampingi dokter dari TIMA Medan. “Jadi prosesnya dari Tzu Chi Medan menyerahkan ke relawan Tzu Chi Jakarta (relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1) untuk pendampingan karena dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Jakarta, Matraman, Jakarta Timur,” kata Carolina, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 yang ikut mendampingi.
Setelah tiba di Jakarta, Maulidya bersama kakak sepupunya Yusnida langsung menuju ke RS Jantung Jakarta didampingi relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1. “Sampai RS didampingi dokter dan relawan. Waktu di awal memang kondisinya lemah saturasi oksigennya juga sudah menurun sampai 58. Setelah itu diperiksa dokter dua kali, kemudian dijadwalkan untuk operasi,” lanjut Carolina. Mereka berdua kemudian juga menyewa kamar kos yang letaknya tidak jauh dari rumah sakit tersebut.
Jawaban Dari Doa-Doa
Tim Medis RS Jantung Jakarta yang menjadwalkan operasi jantung Maulidya pada 27 September 2022 juga memberitahu kemungkinan terburuk kepada perwakilan keluarga dan relawan Tzu Chi tentang kemungkinan keberhasilan operasi. “Dokter berbicara harusnya sudah dilakukan beberapa tahun yang lalu, dan kemungkinan berhasil itu 17 persen. Dan setelah operasi itu harus masuk ICU selama 2-3 minggu. Ya berat kalau seperti ini, sudah harus masuk ICU, saturasinya turun dan keberhasilannya 17 persen,” ungkap Carolina menceritakan kondisi praoperasi.
Kondisi Maulidya saat pemulihan pascaoperasi jantung di RS Jantung Jakarta.
Mendapatkan informasi tersebut, Yusnida segera menghubungi keluarga di Sumatera Utara untuk mendoakan keberhasilan operasi jantung Maulidya. “Jadi sepanjang hidupnya dia cuma makan, jongkok, makan, jongkok. Jadi dia jongkok itu untuk pertahanan hidup. Tapi dokter bilang saturasi di bawah 50 bisa bertahan tanpa oksigen itu, semangatnya tinggi. Itu yang membuat saya yakin,” jelas Yusnida.
Tak tinggal diam, relawan Tzu Chi juga mengupayakan berbagai cara supaya Maulidya terus bersemangat untuk menjalani oprasi jantungnya. “Sebelum dioperasi relawan juga memberikan dukungan semangat dengan memberikan boneka karena dari kecil memang sudah ditinggal oleh ibunya. Kita memberikan semangat karena operasi yang dilakukan adalah operasi besar,” kenang Carolina.
Pada saat pelaksanaan operasi, Maulidya masuk kamar operasi pukul 15.00 WIB dan keluar pukul 20.00 WIB. Setelah itu Tim Medis RS Jantung Jakarta segera membawa Maulidya ke ruang ICU untuk pemulihan yang diinformasikan akan berlangsung selama beberapa hari. Tetapi baru dua hari, Maulidya sudah mulai siuman dan menunjukkan perkembangan yang positif. “Semua doa baik bersambut, mukjizat Tuhan. Tadinya dia itu biru terus, sekarang sudah pink kulitnya,” ungkap Yusnida terkait kondisi Maulidya pascaoperasi.
Setelah beberapa hari, Maulidya pun sudah tampak normal seperti anak-anak lainnya. Ia mulai berjalan kesana kemari tanpa takut lemas, tanpa harus berjongkok, bahkan pingsan seperti dulu. “Saya merasa dia seperti anak baru lahir, baru tahu jalan jauh, baru tahu lari jauh, baru tahu main-main,” jelas Yusnida.
Untuk melengkapi kebahagiaan Maulidya, relawan juga mengajaknya bertamasya ke Seaworld di Ancol, Jakarta Utara.
Untuk melengkapi kebahagiaan Maulidya, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 1 juga mengajak Maulidya bertamasya ke Seaworld di Ancol, Jakarta Utara. “Saat diajak jalan-jalan oleh relawan Maulidya begitu bersemangat sejak pagi sampai sore baik-baik saja setelah operasi,” ungkap Yusnida bersukacita.
“Saya enggak pernah ketemu yang sesimpel ini, tapi nyata. Saya nyaman, saya merasa seperti keluarga (pendampingan relawan Tzu Chi). Saya mengucapkan terima kasih dan jangan berhenti menabur kebaikan berkelanjutan,” kata Yusnida saat didampingi relawan melakukan check up terakhir di Jakarta.
Dr. Reynold Siburian, Residen Medical Officer RS Jantung Jakarta memeriksa kondisi Maulidya saat check up teakhir sebelum kembali ke Medan.
Dr. Reynold Siburian, Residen Medical Officer RS Jantung Jakarta, mewakili dokter bedah dan dokter anak yang menangani Maulidya juga senang dengan hasil positif dari operasi jantung tersebut. Ia pun menilai hasil operasinya sangat bagus dibandingkan dengan sebelumnya yang sering biru dan kadar saturasi oksigen rendah.
“Tadi saya periksa kondisinya sangat bagus, tadinya ada suara bising jantung sekarang sudah tidak terdengar lagi, suara paru-parunya juga bagus,” jelas dr. Reynold Siburian. “Harapan saya sebagai perwakilan dari RS Jantung Jakarta semoga Maulidya dapat tumbuh besar dan tumbuh kembang seperti anak-anak lainnya. Tidak ada keluhan sesak nafas dan tidak biru sehingga bisa mencapai cita-citanya,” tambahnya.
Sebelum kembali ke Medan, Maulidya dan kakak sepupunya Yusnida Desyani juga diajak mengunjungi Tzu Chi Center serta mengunjungi Tzu Chi Hospital di PIK, Jakarta Utara.
Begitu pula dengan Maulidya yang kini sudah terbebas dari permasalahan di jantungnya. Ia juga sangat senang bisa bertamasya bersama relawan Tzu Chi. “Ke Seaworld, senang. Sama relawan dikasih boneka lumba-lumba. Sekarang sudah sehat, dulu kalau jalan susah. Terima kasih, udah mau ajak jalan-jalan,” ungkap Maulidya yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Carolina pun juga berharap dengan kesembuhan Maulidya ia dapat mengejar ketertinggalannya selama ini. Karena kondisi fisiknya yang lemah sebelum operasi jantung tidak ada sekolah yang mau menerima Maulidya. Akibatnya Maulidya kini tidak dapat membaca dan menulis karena buta huruf. “Senang sekali, harapannya supaya sehat dan bisa bersekolah mengejar semua ketertinggalan. Nomor satu sehat terlebih dahulu dan semangat,” ungkap Carolina setelah mendampingi Maulidya.
Editor: Khusnul Khotimah