Melepas Belenggu, Menggapai Cita

Jurnalis : Benny Lo (He Qi Timur), Fotografer : Benny Lo (He Qi Timur)


Abdul Otong ikut memilah sampah pada kegiatan pelestarian lingkungan yang diadakan relawan Tzu Chi di Xie Li Cikarang.

Sebelas November 2018 kata kebanyakan orang adalah tanggal yang bagus di mana ada perulangan angka yang sama di dalamnya. Bagi saya ternyata sama, di mana di tanggal ini ada sebuah pengalaman hidup yang begitu  berharga, “Kesehatan itu Amatlah Berharga”. Setidaknya itu yang saya peroleh dari kegiatan Pelestarian Lingkungan Ke-2 di Xie Li Cikarang.

Di hari Minggu itu saya diperkenalkan oleh Shijie Marlina, relawan bagian Misi Amal Tzu Chi kepada sekeluarga penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu) untuk penyakit Tumor Tiroid, bernama Pak Abdul Otong dan istrinya Ibu Mulyani yang datang bersama putra bungsunya.

Belenggu Itu Sudah 20 Tahun

Sambil ikut memilah sampah, saya pun memulai berkenalan dan bertanya  kepada Pak Otong, demikian ia saya panggil. Jika sekilas melihat memang tak ada yang aneh. Pak Otong terlihat sehat bahkan raut mukanya pun cerah tak terlihat bahwa sebenarnya ada tumor yang sudah menjalar ke paru-parunya. Sakitnya baru terlihat ketika ada bekas sayatan operasi di lehernya.


Relawan Tzu Chi di Xie Li Cikarang bersama warga menggiatkan pemilahan sampah daur ulang, Minggu 11/11/2018.

Pak Otong pun mulai menceritakan bagaimana awal mula sakitnya yang sudah ia rasakan sejak usia 17 tahun itu. Awalnya ada benjolan kecil segede kelereng 1 cm. “Kok bisa Pak? Waktu itu sudah terasa sakit?”

“Tidak, biasa saja. Tadinya saya juga anggap hal ini biasa saja. Seperti kutil saja,” jawabnya.

“Sepertinya benjolan ini muncul karena saya suka jajan mi ayam pinggir jalan yang banyak mengandung micin (MSG),” Pak Otong menambahkan.

Setelah Pak Otong menikah, istrinya pun mulai mengajaknya berobat melalui BPJS. Satu demi satu rumah sakit mereka datangi, hingga akhirnya dari salah satu rumah sakit setempat di Cikarang merujuk Pak Otong ke RSCM Jakarta. Namun karena keterbatasan biaya transportasi rujukan itu pun berlalu begitu saja.

Waktu demi waktu berlalu, benjolan itu pun membesar. Walaupun demikian Pak Otong pun tetap bekerja.“Tujuh hari dalam seminggu saya menarik angkot dari jam 5 pagi hingga 10 malam,” ia bercerita.

Sepasang suami istri ini pun hanya mampu berdoa setiap saat di tengah keterbatasan ekonominya, berharap ada mukjizat.

Ketika Ada Niat Baik, Mukjizat Datang


Kondisi Abdul Otong kini telah membaik.

Suatu ketika ada seseorang yang mengetahui kondisi Pak Otong ini, yakni Toto Wijaya. Ia pun menganjurkan Pak Otong untuk mengajukan bantuan pengobatan ke Yayasan Tzu Chi. Dan akhirnya Veriyanto, Ketua Xieli Cikarang melakukan survei keadaan Pak Otong. 13 Maret 2018 adalah awal yang cerah untuk kesembuhan Pak Otong. Ada harapan ketika ia mulai diperiksa ke Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur.

Dari cek darah serta foto toraks (X-Ray Thorax), dianalisa adanya tumor sepanjang 2,9 cm yang beresiko tinggi karena sudah menempel di dinding trakea sehingga dapat mengganggu pernafasan. Oleh dokter Harris Maruli, Sp.B(K) Onk disimpulkan bahwa perlu dilakukan operasi anastesi karena tumor tesebut sudah menyebar ke paru dan kemungkinan berkembang menjadi kanker.

Lima bulan kemudian, operasi pengangkatan tumor pun dilakukan. Doa, Pak Otong dan istri terus mereka panjatkan. Adanya benjolan yang berkembang menjadi daging besar itu kini sebagian besar sudah diangkat, walaupun demikian ada obat Levothyroxine 100mcg yang mesti diminum seumur hidup sehari dua kali untuk mengobati kekurangan hormon tiroid termasuk mencegah berkembang menjadi myxedema coma.

“Sekarang kalau menoleh sudah enak, seperti tidak ada beban berat lagi,” ujar Pak Otong.

“Tambah ganteng dia, hahaha..,” Ibu Mulyani pun menggoda suaminya.

Menggapai Cita

Di akhir pembicaraan, saya pun bertanya lagi, “Sekarang masih terus sembahyang kan Pak, Bu?”

“Iya dong, pasti. Masih ada satu cita-cita saya,” Pak Otong berkata sambil matanya berkaca-kaca serta suaranya yang serak parau seperti robot — yang ternyata efek tumor telah mengenai pita suaranya.

“Di dalam hati, saya berpikir satu harapannya itu adalah sembuh. Namun, ternyata saya salah. Saya ingin anak pertama saya yang sudah kelas 3 SMP dapat lulus dan  melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Anak saya itu ingin jadi pesepakbola,” katanya.

“Tapi bagaimana ya Mas, untuk biaya kelulusan pun begitu berat. Yang mana harus dilunasi sebelum Maret tahun depan,” Air matanya pun mengalir.

Istri Pak Otong mengatakan bahwa anaknya yang kecil ini seharusnya sudah masuk TK, namun ia tidak bisa sekolah karena biaya. Ibu Mulyani adalah korban PHK salah satu pabrik elektronika di Cikarang, walaupun telah bekerja enam tahun lamanya. Di usianya kini memang sulit untuk berkerja di pabrik lagi. Kini ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

“Saya ingin membantu suami mencari nafkah hidup. Saya ingin berjualan kecil-kecilan sambil menjaga suami,” tuturnya.


Kegiatan Pelestarian Lingkungan kedua di Xie Li Cikarang ini pun ditutup dengan foto bersama.

Hari ini memang benar tanggal yang baik, di mana saya mendapatkan pengalaman hidup yang baik. Bagaimana ketika sakit bukan menjadi belenggu untuk menyerah pada keadaan. Dan ketika harapan adalah kekuatan untuk menghadapi hidup. Serta belajar bagaimana ketegaran seorang perempuan sebagai istri dan ibu.

Tak terasa sudah lama menulis, tertanda dari balik jendela ada sinar matahari pagi. Kemudian saya teringat salah satu ajaran Master Cheng Yen. “Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita, setiap orang dan setiap hal yang ada didalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik.”

Terima kasih Pak Otong dan keluarga atas inspirasi hidup bapak. Gan en kepada para relawan Tzu Chi yang mengajak saya ikut serta dalam kegiatan ini.

Matahari pagi hangat menerangi, semoga batin dan jiwa saya (dan kita semua) yang sebelumnya dingin dalam menghadapi hidup menjadi hangat dan perlahan berganti dengan semangat dan bahagia.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Melepas Belenggu, Menggapai Cita

Melepas Belenggu, Menggapai Cita

13 November 2018

Sebelas November 2018 kata kebanyakan orang adalah tanggal yang bagus di mana ada perulangan angka yang sama di dalamnya. Bagi saya ternyata sama, di mana di tanggal ini ada sebuah pengalaman hidup yang begitu berharga, “Kesehatan itu Amatlah Berharga”. Setidaknya itu yang saya peroleh dari kegiatan Pelestarian Lingkungan Ke-2 di Xie Li Cikarang.

Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -