Melestarikan Lingkungan dengan Limbah Plastik
Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan (Tzu Chi Bandung)Husin Yusuf (kanan) memberikan penyuluhan kepada Roro (kiri) tentang limbah sampah untuk dijadikan pupuk cair yang bermanfaat bagi tanaman, demi melestarikan dan menjaga lingkungan.. |
| ||
Kegiatan ini bertujuan untuk bisa memanfaatkan limbah sampah menjadi suatu yang lebih berguna. Alat tersebut bernama Kocasaka (Kompos Cair Saung Kagura). Alat ini mampu menghasilkan pupuk cair yang baik, ramah lingkungan dan tidak membahayakan karena bersifat alami. “Sebelumnya saya sudah pernah membuat pupuk padat. Tapi pupuk padat itu memiliki kelemahan, yakni proses fermentasi yang tidak sempurna. Oleh karena itu saya coba untuk mengolahnya menjadi pupuk cair,” jelas Husin. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat, diantaranya sebagai pupuk penyubur tanaman, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos. Ide untuk menciptakan alat ini Husin dapatkan sekitar lima tahun yang lalu, namun beliau baru memperkenalkannya kepada masyarakat sekitar satu tahun yang lalu. “Saya sudah mencobanya 5 tahun yang lalu, namun saya baru berani mempopulerkannya kepada masyarakat kira-kira 1 tahun yang lalu,” tambahnya.
Ket : - Husin Yusuf memperlihatkan tanaman hasil dari konsep SKA (Sistem Kantong Air), dan tanaman yang sudah diberi pupuk cair hasil dari limbah sampah. (kiri) Peduli Terhadap Lingkungan Selain pupuk cair, Husin juga memperkenalkan konsep SKA (Sistem Kantong Air). “SKA memiliki konsep pemikiran kembali ke alam. Kita melihat bahwa sebuah pepohonan bisa tumbuh ditempat yang sumber airnya tidak ada, tapi dia bisa tumbuh dengan layak. Atas dasar pengamatan itu lah, saya mendapatkan konsep sistem kantong air,” ujar Husin, sambil mempraktikkan SKA. Adapun pemanfaatan SKA antara lain adalah, salah satu alternatif solusi pengurangan sampah perkotaan dengan memamfaatkan sampah an-organik plastik, komposting sampah organik dapur rumah tangga, maupun kegiatan budidaya tanaman di lahan sempit/gersang seperti; tanaman obat keluarga (TOGA), tanaman dapur keperluan keluarga (TADAKA), tanaman hias, tanaman buah dan sejenisnya. Bahan yang digunakannya pun tidak sulit untuk didapat. Mulai dari limbah plastik seperti botol, pipa, maupun gelas bekas beragam ukuran pun, dapat dimanfaatkan. Tidak hanya itu, SKA juga bisa dilakukan dirumah, tanpa harus menyediakan lahan yang besar. Ketika Husin mempraktikan SKA, Roro terlihat sangat berantusias untuk segera mempelajari, dan mengenalkannya kepada masyarakat sekitar. Hal ini dikarenakan sangat berguna bagi seluruh masyarakat, serta turut melestarikan dan menjaga lingkungan. “Rasanya senang. Karena ini baru pertama kali, Roro mesti belajar untuk bercocok tanam yang baik. Selama ini kan bercocok tanamnya sesuai dengan yang Roro tau aja, tapi dengan adanya penyuluhan ini, sekarang jadi Roro jadi tahu langkah-langkah bercocok tanam yang baik,” ujarnya.
Ket : - Setelah melalui proses fermentasi selama dua minggu dari limbah sampah, baru lah menghasilkan pupuk cair. (kiri). Jalinan Jodoh “Saya melihat DAAI TV, dan tersentuh dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Mengenai pengobatan Roro, saya melihat usaha yang dikerjakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi, saat ini sudah betul-betul sangat baik. Yang lebih penting lagi bagaimana menata kehidupan mereka kedepannya. Oleh karena itu saya berpikir, mungkin temuan sederhana saya bisa bermanfaat bagi keluarga itu (Keluarga Roro-red), untuk meniti kehidupan yang akan datang. Bukan hanya untuk Roro, mungkin juga untuk keluarga di sekitar desa ini,” ungkapnya. | |||
Artikel Terkait
Meringankan Duka Korban Gempa di Pasaman, Sumatera Barat
04 Maret 2022Sehari pascagempa di Pasaman Barat, relawan Tzu Chi segera membantu warga korban gempa. Hingga saat ini bantuan diberikan sebanyak 3 tahap: 26 dan 27 Februari, serta 3 Maret 2022.