Melihat Dunia dari Kaca Mata My Dream
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Suyanti Samad (He Qi Timur), Wanda (He Qi Barat 2), Fotografer : Arimami Suryo A, Henry Tando, James Yip (He Qi Barat 2)Sorot keemasan menerobos melalui punggung para penari The Other Shore. Musiknya menggelegah. Koreografinya seakan menghipnotis orang untuk larut di dalamnya.
Dua jempol untuk performance My Dream malam tadi (21/7/2019) rasanya tak berlebihan. Pesan-pesan perdamaian, kemanusiaan, cinta kasih, dan optimisme yang disuarakan My Dream melalui gerak tari, musik, nyanyian, instrumental, bahkan tata panggung betul-betul menyentuh hati. Meruntuhkan keegoan yang bersarang dalam diri dan juga kemalasan yang kadang membelenggu.
Sebelum memulai penampilannya, dua pemain My Dream yang tunarungu yakni Yu Yu dan Wang Qi serta Hei Hong sang guru isyarat tangan mengawalinya dengan deklamasi. Para penonton diajak untuk bersama-sama masuk dalam dunia para penampil My Dream yang adalah para difabel, yang mampu melihat dunia dengan cara pandang yang sarat keindahan.
“Setiap tarian yang Anda saksikan adalah ketukan irama di hati kami. Setiap musik yang Anda dengar adalah alunan lagu yang mengalir dalam darah kami. Mari bersama-sama memasuki My Dream.” Begitu petikan deklamasi tersebut.
Wang Qi, Hei Hong, dan Yu Yu mengawali penampilan My Dream dengan deklamasi. “Kami ingin melihat cahaya di tengah kegelapan, merasakan irama di tengah kesunyian, mencari kesempurnaan di tengah kekurangan,” penggalan kalimat deklamasi tersebut.
Tarian The Other Shore atau Pantai Seberang menjadi tarian pertama yang dibawakan oleh sepuluh penari pria yang tunarungu. Tarian ini menceritakan tentang keteguhan para difabel mengejar mimpi. Sorot keemasan menerobos melalui punggung para penari ini dengan musik yang menggelegar. Koreografinya, musiknya seakan menghipnotis orang untuk larut di dalamnya.
Tarian The Other Shore merupakan satu dari tiga tarian baru yang ditampilkan My Dream yang tidak ada dalam penampilan My Dream dua tahun lalu di Indonesia. Dua tarian lainnya adalah Never Stop Dancing yang My Dream ciptakan bagi para pahlawan, para korban bencana alam, juga bagi orang yang sakit dan terpaksa kehilangan anggota tubuhnya. Lewat Never Stop Dancing My Dream menyemangati orang-orang untuk pantang menyerah. Satu lagi adalah tarian I Want to Fly yang menampilkan jiwa kebebasan dari kaum disabilitas dalam mengejar impian.
Penampilan demi penampilan ditampilkan My Dream dengan sangat apik. Tepuk tangan penonton bergemuruh ketika Zhu Li dan Jiang Can yang tunanetra menyanyikan lagu DAAI Mencerahkan Dunia dalam Bahasa Indonesia. Tak hanya suara keduanya yang merdu, pelafalannya pun sangat pas. Keduanya bersungguh-sungguh mempelajari lagu ini bahkan secara khusus mendatangkan guru les bahasa Indonesia agar dapat mengucapkannya dengan tepat.
Salah satu bagian yang membuat banyak penonton terpukau, tarian Bodhisatwa Seribu Tangan.
Kedekatan emosional antara personil My Dream yang berasal dari Tiongkok dengan para penonton ini makin terasa ketika My Dream memainkan instrumental suite dari lagu nasional Bengawan Solo dan Ayo Mama. Aransemennya dibuat dengan sepenuh hati. Karena itulah penampilan My Dream meninggalkan kesan mendalam di hati para penonton yang memenuhi Ballroom Swissotel, PIK Avenue, Jakarta, 20-21 Juli 2019.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang turut menyaksikan penampilan My Dream mengungkapkan, pertunjukan My Dream sarat dengan nilai-nilai bahwa difabilitas tak menghalangi seseorang untuk berkarya.
“Pesan inilah yang perlu kita sebarkan, khususnya pemuda dan pemudi Indonesia untuk terus berkarya. Jangan kalah dengan saudara-saudara kita yang memiliki kekurangan yang mereka bisa menunjukkan yang terbaik,” kata Panglima TNI ini.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto didampingi Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Sugianto Kusuma dan Pimpinan Proyek Pembangunan Tzu Chi, Eka Tjandranegara, turut menyaksikan penampilan My Dream.
Menteri Agraria dan Tata Ruang Sofyan Djalil juga mengaku hanyut dalam pesan-pesan tersirat yang ditampilkan My Dream.
“Orang-orang yang memiliki disabilitas, tapi dengan bekerja bersama, bekerja keras, mereka mampu memberikan performance yang luar biasa. Ini memberikan inspirasi kepada semua orang agar selalu punya semangat agar bisa mencapai apa yang diinginkan,” katanya.
Sama seperti Panglima TNI, yang paling favorit dari penampilan My Dream bagi Menteri Agraria dan Tata Ruang ini adalah tarian Bodhisatwa Seribu Tangan. “Penari dengan seribu tangan mencerminkan bahwa apabila kita berkonsentrasi, kerja bersama maka kita bisa mengatasi segala kesulitan,” tambahnya.
Dari kalangan tokoh masyarakat, Ketua PBNU Pusat K.H. Said Agil Siraj juga menyatakan kekagumannya atas pertunjukan ini.
“Pertunjukan yang memberikan kesan damai dan keharmonisan. Segala sesuatu yang dikerjakan secara sungguh-sungguh, secara serius akan memberikan hasil yang luar biasa. Pertunjukan ini memberikan pesan kepada kita semua agar sesama manusia hidup dalam damai, saling menolong, saling peduli, lintas agama, lintas budaya”.
Para Difabel Pun Makin Semangat
Maria Goretti yang tergabung dalam Jakarta Swift Wheelchair Basketball juga merasa terinsipirasi dengan kegigihan para personil My Dream.
Para penyandang disabilitas yang juga hadir menonton umumnya mengaku semakin semangat untuk mengejar impian mereka. Pun bagi para orang tua, mereka akan lebih mendukung anak-anaknya untuk mendapatkan kesempatan dalam mengembangkan diri.
Maria Goretti (38) yang tergabung dalam Jakarta Swift Wheelchair Basketball merasa kagum melihat performance My Dream. “Mereka yang memiliki kekurangan saja, bisa membuat sesuatu yang indah, membuat kita menjadi semakin bersemangat. Kita harus bisa,” tutur Margo, panggilan singkat Maria Goretti.
Jakarta Swift Wheelchair Basketball sendiri merupakan komunitas yang mempelopori berkembangnya tim bola basket penyandang kursi roda se-nasional. Jakarta Swift Wheelchair Basketball bahkan mewakili Indonesia dalam ajang Asian Para Games 2018 yang lalu.
Pada Juni 2017, Margo mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan tulang belakangnya pecah, dan saraf belakangnya robek. Ia pun harus bergantung pada kursi roda. Setahun lamanya, Margo tidak bisa menerima kenyataan ini dan bahkan mencoba untuk bunuh diri. Ia juga mengurung diri di kamar, dan membuat kedua anak Margo yang masih kecil dan suaminya sibuk mengurusnya.
“Awalnya saya marah. Tapi lambat laun akhirnya mau mencoba keluar dari keterpurukkan. Kasihan anak-anak,” kenang Margo, dengan mata berkaca-kaca. Ketergantungan pada kursi roda juga membuatnya harus kehilangan banyak impian yang belum dicapai.
“Impian telah pupus sejak kecelakaan itu. Namun malam ini, saya merasa bangkit kembali setelah melihat performance My Dream. Mereka bisa melakukannya, saya juga harus bisa,” tandas Margo.
Terus Berprestasi
Prio Siswoyo, adalah atlet kursi roda bowling yang datang bersama rekan atlet difabel lainnya, M. Baharuddin Yunus, atlet kursi roda panahan, dan Sunarti, atlet kursi roda tenis lapangan. Prio sendiri telah meraih berbagai prestasi seperti medali perunggu bowling Pekan Paralimpik Nasional 2016 di Bandung, medali perak dan emas di kejuaraan bowling Piala Gubernur DKI tahun 2015 dan 2017.
Selain berprofesi sebagai atlet, Prio adalah pelukis sketsa wajah. Beberapa tokoh nasional seperti Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Jawa Timur Kofifah Indar Parawansa dan Anies Baswedan, Gubernur DKI sekarang, pernah dilukis sketsa wajahnya dan hasil karyanya diserahkan langsung kepada yang bersangkutan.
Prio mendapatkan inspirasi dari pertunjukan My Dream dan meyakini bahwa kaum difabel pun bisa memiliki kemampuan yang tak kalah dengan orang-orang normal bahkan melebihinya.
“Sangat luar biasa, saya sangat terkesan dengan kemampuan para seniman difabel RRT ini, bahkan mereka sampai diundang tampil di lebih dari 100 negara,” ujarnya.
Respon yang sangat ekspresif dilontarkan M. Baharuddin Yunus, atlet panahan kursi roda yang pernah mengikuti kejuaraan panahan Jakarta Open 2019 dan Pekan Paralimpik Nasional 2016 di Bandung. Di luar aktivitasnya sebagai atlet panahan, Baharuddin juga berprofesi sebagai pandai besi, khususnya membuat kereta roda samping sepeda motor bagi pengendara motor kaum difabel.
Senada dengan Prio, Baharuddin juga mengaku pertunjukan ini semakin memberinya semangat untuk menjalani kehidupannya sebagai kaum difabel.
“Kok bisa ya mereka melakukan semua atraksi hebat itu? Saya berkali-kali berdecak kagum saat menontonnya,” ujar pria yang memiliki sapaan akran Udin ini.
Baharuddin juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Tzu Chi yang telah memberikannya bantuan kursi roda yang diantarkan langsung ke panti tempat bermukimnya bersama dua rekannya di Sasana Bina Daksa Budi Bhakti di Pondok Bambu yang dikelola Pemprov DKI.
Mendukung Anak-anak Istimewa
Aryanti semakin
semangat dalam mendukung anaknya
mengembangkan diri.
Penampilan My Dream yang spektakuler mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari para penonton yang memenuhi Ballroom Swissotel PIK Avenue Jakarta.
Sementara itu, Aryanti Rosihan Yakub merupakan orang tua yang memiliki seorang anak dengan down sindroma atau tunagrahita. Anak ketiga Aryanti memiliki IQ rata-rata 35. Awalnya Aryanti tidak bisa menerima kehadiran putranya yang memiliki keterbelakangan mental. Namun dengan dukungan para orang tua yang memiliki anak dengan tunagrahita, Ariyanti pun memberikan perhatian khusus bagi anaknya, Michael (32).
Pada 21 April 1999, Aryati mendirikan Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI)untuk menyemangati para orang tua yang memiliki anak tunagrahita. Pada tahun 2007, ISDI berubah menjadi Yayasan Sindroma Down Indonesia. Ia terkagum-kagum dengan spirit hidup My Dream.
“Kagum melihat penampilan My Dream di atas panggung. Mereka bisa. Kita orang tua juga bisa mendidik anak kita,” jelas Ariyanti usai menonton penampilan My Dream.
Editor : Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
My Dream: Ramah Tamah Jelang pementasan
28 Juli 2017Menjelang pementasan pada esok hari, Sabtu dan juga Minggu, rombongan My Dream melakukan gathering dan ramah tamah bersama tim DAAITV, relawan Tzu Chi, pengusaha, dan tamu undangan. Selama di Indonesia, tim My Dream merasakan cinta kasih dan perhatian insan Tzu Chi yang sangat berkesan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pemainnya, Wei Jing Yang.
My Dream: Menjadikan Kekurangan Sebagai Kelebihan
29 Juli 2017Rasa penasaran menyelimuti wajah lugu anak-anak Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Karang Anyar, Jawa Tengah sesampainya di Aula Jing Si lantai 4, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk Jakarta. Mereka adalah satu dari 10 Sekolah Luar Biasa dari Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Karang Anyar yang diundang oleh Summarecon Agung untuk menyaksikan pertunjukan My Dream yang dibawakan oleh China Disabled People’s Performing Art Troupe (CDPPAT) dalam rangka memperingati 10 tahun DAAI TV Indonesia.
Berbagi Inspirasi dalam Keterbatasan
21 Juli 2017Yayasan Buddha Tzu Chi Medan mengundang Yayasan Pendidikan Tunanetra (Yapetra) untuk beramah-tamah bersama seniman difabel asal Tiongkok, My Dream (China Disabled People’s Performing Art Troupe). Di sana mereka saling berbagi inspirasi.