Melihat Keburukan Dalam Diri
Jurnalis : Amelia Devina (He Qi Utara), Fotografer : Amelia Devina, Lim Ji Shou (He Qi Utara)Kehadiran Ji Shou, relawan asal Malaysia turut menambah banyak masukan yang berharga bagi para peserta bedah buku di Jing Si Books & Cafe Pluit, Jakarta Utara. |
| |
Setiap Hari, Selangkah demi Selangkah Di dalam keheningan muncullah tekad. Namun, walaupun untuk bertekad saja tidak mudah, kita tetap perlu menjaga tekad tersebut sampai masa yang tak terhingga. Master Cheng Yen seringkali mengatakan, “Genggamlah saat ini.” Yang beliau maksudkan adalah agar kita, para muridnya, tidak berpikir terlalu jauh. Yang terpenting adalah untuk fokus pada hal yang paling dekat, fokus pada saat sekarang, dan terus melakukan segala sesuatu secara konsisten. Ji Shou, seorang relawan Tzu Chi asal Malaysia yang pada Kamis, 4 Februari 2010 itu berkesempatan hadir ikut menambahkan, “Kalau bisa fokus sepenuh hati di saat sekarang, walau salah sekalipun itu tidak apa-apa. Karena kalau kita sudah melakukannya dengan sepenuh hati, pasti kita akan mendapatkan suatu pelajaran dari hal tersebut.” Master Cheng Yen dalam bukunya pun mengatakan bahwa beliau tidak pernah berpikir bahwa Yayasan Buddha Tzu Chi bisa berkembang sampai sebesar ini. Yang beliau terus lakukan adalah bergerak maju, selangkah demi selangkah setiap detiknya dengan tetap berpegangan pada tujuan utama.
Ket : - Ketua He Qi Utara, Like Hermansyah dan wakilnya, Livia turut hadir untuk mendalami falsafah Tzu Chi lewat buku "Jalan Kebenaran". (kiri) Setiap Gerakan Punya Alasan Ji Shou tersenyum lalu menjawab, “Nafsu atau tidak nafsu, orang lain tidak dapat menghakimi. Kita sendirilah yang paling tahu. Apabila sesuatu hal dikerjakan hanya demi diri sendiri, itu adalah nafsu. Maka, kita sendiri harus tahu dengan jelas apa target atau tujuan dari perbuatan kita. Setiap tindakan, setiap gerakan, harus ada alasannya.” Mungkin kita jarang bertanya pada diri sendiri, ketika kita melakukan sesuatu, apa kita tahu tujuannya? Ji Shou mengaku bahwa ia mau membacakan bab-bab buku “Jalan Kebenaran” dan turut serta dalam kegiatan bedah buku walaupun tempat tinggalnya tidak di dekat Pluit, karena ia merasa senang dan ia tahu tujuan dari tindakannya. Walaupun tidak banyak yang datang, ia tetap merasa puas karena ia tahu kenapa dan untuk apa ia berada di sana. Ji Shou menambahkan, “Bodhisatwa datang ke dunia karena adanya kebutuhan, yaitu karena adanya penderitaan. Kita harus bisa merasakan kenapa kita mau melakukan. Kita harus bisa merasakan kita sedang melakukan apa. Kalau kamu sudah tahu tujuan dari adanya sebuah kegiatan, hati pun akan tergerak dengan sendirinya dan kamu akan dengan senang hati melakukan.”
Ket : - Tidak hanya mendengarkan, banyak juga peserta bedah buku yang mencatat hal-hal inspiratif yang mereka dapatkan selama dua jam acara. (kiri) Pikiran Ibarat Monyet yang Berlarian Lama-lama, seiring dengan kemampuan kita untuk bisa melihat sang monyet, monyet itu pun bisa kelelahan karena terus diperhatikan. Ia akan mundur dan bergerak menjauh dengan sendirinya. “Kalau kamu sudah bisa melihat monyet itu, maka itu berarti kamu sudah bisa melepas egomu,” kata Ji Shou Sx menyimpulkan. Belajar menerima gangguan dan mengatasinya dengan kemampuan “melihat sang monyet” ini sungguh merupakan salah satu nasihat yang bisa kita terima dan tentunya patut kita praktikkan! Bukan tidak mungkin, seiring dengan proses kita dapat secara perlahan melunturkan keakuan kita dan mengerti bagaimana menjaga pikiran agar tetap tenang dan hening. Acara bedah buku saat itu dipenuhi dengan buah-buah pikiran yang sangat inspiratif. Tiap kalimat dari buku “Jalan Kebenaran” yang dikaitkan dengan pengalaman hidup pribadi memang mampu mengundang banyak tanya mengenai penelusuran diri dan makna hidup yang sejati. Dalam pertemuan berikutnya, mungkin saja giliran Anda yang tercerahkan! | ||
Artikel Terkait
Mendalami Makna Saling Berbagi
15 Maret 2019Kabar Baik Dari Tzu Chi untuk Aini
29 Januari 2014 Hari itu Casniah bersama para tetangga datang untuk memeriksakan anak mereka yang sedang sakit akibat cuaca yang tidak menentu beberapa hari belakangan. Selain cuaca, banjir yang merendam kediaman mereka juga sedikit banyak membuat wabah penyakit semakin mudah tersebar.Kunjungan Alumni Taiwan ke Tzu Chi Center, Bagai Pulang ke Rumah Sendiri
18 November 2019Sebanyak 80 alumni yang pernah berkuliah di Taiwan, yang tergabung dalam Ikatan Citra Alumni Taiwan se-Indonesia (ICATI) berkunjung ke Tzu Chi Center, PIK, Senin 18 November 2019. Di sini para alumni yang sebagian memang sudah pernah mendengar tentang kiprah Tzu Chi di luar negeri, dapat lebih mengenal tentang Tzu Chi Indonesia.