Melihat Keindahan Kehidupan

Jurnalis : Erli Tan (Heqi Utara), Fotografer : Stephen Ang (Heqi Utara)

foto
Sebanyak 59 peserta datang untuk ikut langsung bedah buku yang bertema Sheng Huo Mei Xue (Keindahan Kehidupan).

“Dengan hati merasakan keindahan hidup di manapun juga. Membaca adalah awal dari semua keindahan kehidupan. Bila membaca dilakukan satu orang, maka hanya satu orang yang mendapat kegembiraan. Bila bersama-sama membaca, maka setiap orang akan mendapat hal-hal menarik yang berbeda.” Demikian Xu Rong Xiang Shixiong memulai acara Bedah Buku pada tanggal 11 Oktober 2012 malam di Jing Si Books & Cafe Pluit.

 

Bedah Buku yang dipandu oleh relawan sekaligus pembimbing senior Bedah Buku di Taiwan ini ternyata menarik rasa ingin tahu banyak orang. Sebanyak 59 peserta datang untuk merasakan langsung bedah buku yang bertema “Sheng Huo Mei Xue” (Keindahan Kehidupan) ini. Dibantu oleh Hendry Zhou Shixiong sebagai penerjemah, Xu Shixiong yang terlihat selalu tersenyum ini membawakan Bedah Buku dalam bahasa Mandarin dengan gaya yang cukup santai.

“Untuk saat ini mari kita buang semua cara bedah buku yang biasanya, kita akan mencoba cara baru yang lebih menarik, lebih santai, ceria, dan hangat dalam bedah buku yang berbudaya humanis ini. Keindahan budaya humanis akan terpancar secara alami. Hati dan pikiran akan terbuka dan terasa lebih lapang. Mari kita sama-sama membuka jendela keindahan dalam kegiatan membaca bersama ini,” ujar Xu Shixiong. Metode dalam bedah buku kali ini diadaptasi dari cara pembelajaran yang diterapkan Tzu Chi Learning Centre yang sudah tersebar di 20 cabang di Taiwan dan beberapa negara lainnya, di Indonesia sendiri akan segera dibuka.

Zhuan Wan Kan Shi Jie, Berputar Melihat Dunia
Pada sesi pertama, Xu Shixiong mengajak peserta untuk mendengarkan lagu Zhuan Wan Kan Shijie, Berputar Melihat Dunia, diiringi oleh gerakan isyarat tangan yang indah oleh Su Hui Shijie. Tidak ketinggalan lirik lagu yang sederhana namun dalam maknanya juga dikupas sebelum lagu dimainkan. Lagu yang lembut di telinga, lirik yang penuh makna, serta lantunan tangan yang indah, sungguh suatu perpaduan yang membuat hati nyaman. Semua peserta terlihat sangat menikmati, bahkan ada sebagian yang ikut bernyanyi dan meniru gerakan isyarat tangan. “Melalui musik dan isyarat tangan, kelas ini bertujuan membuat hati kita lebih lembut, membangun interaksi positif serta kekompakan bersama,” tutur Xu Shixiong.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 50 orang hadir untuk mendengarkan sharing Xu Rong Xiang (kiri).
  • Su Hui Shijie memperagakan gerakan isyarat tangan lagu Zhuan Wan Kan (Berputar Melihat Dunia) dengan begitu indahnya (kanan).

Lagu selesai berkumandang, Xu Shixiong pun mengajak peserta untuk sharing mengenai lagu yang baru didengar tadi, “Shixiong-Shijie, apakah lagunya bagus? Apa yang Shixiong-Shijie suka dari lagu tadi?” Berbagai pendapat pun bermunculan, peserta terlihat sangat bersemangat, banyak yang berinisiatif untuk mengajukan pendapat. Banyak yang merasa lirik lagunya sangat bagus dan inspiratif, seperti pendapat dari Po San Shixiong, “Tidak semua hal bisa terjadi sesuai harapan. Yang tidak sesuai bukan berarti tidak baik, yang sesuai juga belum tentu baik. Bersyukur atas semuanya, maka semuanya adalah baik.”

Burung Berkepala Kembar
Selesai sesi pertama, Xu Shixiong melanjutkan, “Pada sesi berikut ini kita akan membaca buku. Sebuah kisah sederhana dari buku Membeli Kebijaksanaan, yaitu Burung Berkepala Kembar. Melalui cerita sederhana, kita bisa mendalami dharma yang ada dalam cerita untuk mengintrospeksi diri.” Agar acara Bedah Buku menjadi lebih menarik lagi, Xu Shixiong meminta dua orang bodhisatwa (relawan) untuk memerankan kedua kepala burung yang ada dalam cerita. Tak ayal, dua Shijie yang berinisiatif maju tanpa ditunjuk ini pun memerankannya sambil tersenyum-senyum, dan sesekali juga mengundang gelak tawa yang lain, karena biasanya hanya dilakukan dengan membaca buku tanpa memerankannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam kegiatan bedah buku kali ini, para relawan tidak hanya membaca buku. Tetapi juga bernyanyi dan membaca kata perenungan (kiri).
  • Mendengar sharing yang dibawakan, membuat para peserta ingin bertanya lebih lanjut untuk memahami dharma yang dibabarkan (kanan).

Cerita selesai, Xu Shixiong kembali mengajak peserta untuk mengemukakan pendapat. Berbagai pertanyaan dilontarkan olehnya untuk memancing agar setiap orang yang hadir dalam Bedah Buku memiliki kesempatan untuk berbicara. Dan memang, rata-rata peserta yang hadir semuanya ikut berperan, mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Selain bisa berbagi dengan yang lain, juga bisa belajar dari pendapat orang lain. Perasaan sukacita setiap orang sangat terasa ketika berinteraksi satu sama lain. Suasana tetap terasa santai, tiada beban, dan mengalir begitu saja. Walaupun pertanyaan Xu Shixiong sangat sederhana dan sudah terjawab dalam cerita, namun setiap orang tetap terlihat semangat ketika menjawabnya. Mereka bahkan diajak menjadi ‘penulis’, yaitu mengarang akhir dari cerita Burung Berkepala Kembar ini. Berbagai model cerita pun bermunculan dan sekali lagi terdengar gelak tawa saat ada yang mengemukakan akhir cerita yang sedikit di luar dugaan. Namun hal tersebut sama sekali tidak mengurangi apapun, malah menambah keceriaan suasana. Dan yang terpenting adalah, dari sesi tanya jawab seperti ini, peserta menjadi lebih memahami makna dan pesan dalam cerita, serta dharma yang terkandung di dalamnya, sehingga bisa dijadikan bahan introspeksi sekaligus penuntun dalam perjalanan hidup masing-masing.

Setelah sharing peserta selesai, Xu Shixiong juga sharing beberapa hal. Dalam slide yang terpampang di depan, tertera beberapa baris tulisan dalam bahasa Mandarin yang merupakan pendapat Xu Shixiong dalam menafsirkan makna lagu Zhuan Wan Kan Shi Jie. “Setiap kegagalan, kemunduran, kesedihan, dan kesulitan, hanyalah sebuah potret sementara dalam perjalanan hidup ini. Mungkin saja belokan atau putaran berikutnya, yang menunggumu adalah: sebuah senyuman, sebuah seruan, sebuah kejutan, sebuah keramaian yang berlangsung lama, sepasang raut mata anak kecil yang sepenuhnya menerima dirimu.” Xu Shixiong juga berbagi sebuah Jing Si Yu (Kata Perenungan), “Xin kuan bu shang ren, nian chun bu shang ji. Dengan berlapang dada maka tidak melukai orang lain, dengan berniat murni maka tidak melukai diri sendiri. Dengan demikian barulah tidak akan timbul perselisihan atau bahkan dendam kepada orang lain.”

Pada dasarnya, hidup ini indah adanya. Melihat keindahan kehidupan, bukanlah hal yang sulit. Tergantung pada kita bagaimana cara melihatnya, bagaimana pola pikir kita dalam menafsirkan dan menyikapi sesuatu. Hua wu bai ri hong, salah satu kalimat dalam lagu Zhuan Wan Kan Shi Jie yang artinya tidak ada bunga yang mekar selamanya. Setiap benda atau kejadian tidaklah kekal, dan sangat bervariasi sesuai sifatnya, semuanya alami dan akan timbul, berlangsung, kemudian lenyap. “Dengan mengubah pikiran, maka kehidupan juga ikut berubah. Menggenggam erat jalinan jodoh yang ada, dan memanfaatkan potensi dalam hidupnya, adalah orang yang paling penuh berkahnya,” ucap Xu Shixiong menutup sharingnya.

  
 

Artikel Terkait

Sosialisasi Celengan Bambu Perdana di Podomoro University

Sosialisasi Celengan Bambu Perdana di Podomoro University

08 Juni 2018
Angeline yang merupakan seorang mahasiswi di Podomoro University dan aktif sebagai relawan Tzu Ching mengadakan sosialisasi perdana Celengan Bambu di universitasnya. Ia berusaha untuk menggalang hati para mahasiswa-mahasiswi di Universitas Podomoro.
Suara Kasih : Menjaga Kebersihan Daur Ulang

Suara Kasih : Menjaga Kebersihan Daur Ulang

13 Oktober 2010 Selama beberapa tahun ini, kita telah merasakan dampaknya dan tak hanya demikian. Jika kita tak melestarikan lingkungan, kerusakan yang terjadi akan jauh lebih parah. Karena itu, kita semua harus bekerja sama dalam melestarikan lingkungan. Jika setiap orang mengulurkan sepasang tangan, maka ratusan bahkan ribuan tangan akan mengikuti.
Suara Kasih: Hidup Sederhana

Suara Kasih: Hidup Sederhana

24 September 2011
Lenyapkanlah  ketamakan, kebencian, dan kebodohan serta hilangkanlah kesombongan. Kita harus mensyukuri dan menghargai berkah. Jika orang lain harus kenyang 100 persen, kita cukup kenyang 80 persen saja. Sisanya 20 persen dapat kita berikan pada orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang sering saya imbau belakangan ini.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -