Relawan mendengarkan penjelasan mengenai Tata Krama Kunjungan Kasih.
Akhir pekan biasanya digunakan oleh sebagian besar orang untuk berkumpul dengan keluarga dan pergi berwisata. Namun akhir pekan para relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Muara Karang dan He Qi PIK terlihat berbeda. Sejak pukul 8 pagi, para relawan berkumpul di Gedung Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk untuk mengikuti kunjungan kasih.
Kunjungan kasih dimulai dengan mendengarkan arahan bagaimana tata krama yang harus dilakukan. Salah satunya menghormati penerima bantuan. Lily selaku pembawa materi menjelaskan bahwa kunjungan para relawan ke rumah penerima bantuan adalah untuk melihat kondisi perkembangan penerima bantuan yang telah mendapat pendampingan relawan Tzu Chi, sehingga perlu diperhatikan bagaimana relawan harus memahami kondisi yang sedang dialami oleh mereka. Karena adanya Gan En Hu (Penerima Bantuan) barulah setiap orang dapat belajar arti bersyukur dan melatih diri.
Lily Thang sedang menjelaskan mengenai Tata Krama Kunjungan Kasih.
Para relawan Tzu Chi didampingi para mentor membagi kelompok kunjungan dan menuju perjalanan ke berbagai tempat di sekitar wilayah binaan He Qi Utara 1 untuk mengunjungi rumah para penerima bantuan. Seperti kunjungan yang dilakukan oleh Tety Wiguna dan Mery Tjin bersama relawan lainnya ke rumah Ibu Aidah di Kawasan Daan Mogot.
Kunjungan Kasih ke Rumah Ibu Aidah
“Saya berterima kasih karena Tzu Chi sudah membantu” ujar Rista anak pertama dari Ibu Aidah.
Tahun 2019, setelah lulus SMK Rista (20) menggunakan waktunya untuk merawat neneknya yang sakit di kampung halaman. Selama itu pula Rista tidak bekerja. Hingga ia mendapat kabar bahwa ibunya Aidah (47) didiagnosa menderita kanker serviks stadium 1. Ayahnya yang bekerja serabutan harus juga terhenti dalam mencari nafkah karena harus merawat dan menemani ibunya yang sakit untuk menjalani pengobatan. Sedangkan kedua adiknya Amanula (16) dan Salsabiyah (5) masih memerlukan biaya Pendidikan.
Rista (kiri) dan Ibunya, Aidah, (tengah) serta Salsabiyah (kanan).
Keluarga Ibu Aidah sudah tidak tahu bagaimana mereka harus bertahan hidup dengan kondisinya saat itu. Jalinan jodoh keluarga ini bermula saat Aidah didiagnosa menderita kanker serviks stadium 1 yang diidapnya sejak tahun 2019. April 2023 kondisi Aidah semakin parah. Aidah pun tidak dapat lagi bekerja di toko tekstil di daerah pasar baru. Ia kemudian mendapatkan arahan dari atasan tempatnya bekerja untuk mengajukan bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, dan Juli 2023 jalinan jodoh pun bermula.
“Awalnya melihat keluarga ini terlihat begitu terpuruk, karena dari segi finansial mereka juga masih sangat membutuhkan biaya sehari-hari dan mereka juga masih mempunyai tunggakan di kontrakan, jadi sangat terbebani,” ujar Teti, relawan Tzu Chi yang mendampingi keluarga Aidah.
Juli 2023, setelah dilakukan survei oleh para relawan Tzu Chi, Aidah pun mendapat bantuan sembako setiap bulan untuk mencukupi kebutuhan harian keluarga. Sedangkan untuk biaya pengobatan, Aidah mengandalkan BPJS yang dimiliki.
Mery Tjin berbincang dengan Aidah dan Rista.
Rista sebagai anak pertama dan tulang punggung keluarga juga mendapat perhatian dengan dicarikannya tempat bekerja agar dapat membantu ekonomi keluarga. Terutama untuk membiayai pendidikan adiknya Amanula yang masih mengenyam pendidikan SMK serta membayar biaya kontrakan yang sempat menunggak.
Kini, Aidah telah menjalani pengobatan 25 kali radiasi/laser, 5 kali kemoterapi dan 3 kali radiasi dalam. Kondisinya pun berangsur membaik. Namun Aidah masih tetap harus mengonsumi obat- obatan dan melakukan pemeriksaan secara berkala dan pengobatan lanjutan.
Tety Wiguna memberikan bantuan sembako kepada Aidah.
“Saya melihat dan merasa perkembangan ibu dari raut wajahnya penuh kegembiraan dan batinnya yang penuh syukur karena anaknya Rista sudah mendapatkan pekerjaan dan anak kedua, Amanula sudah kembali ke kampung untuk melanjutkan sekolah SMK kelas 3.” Ujar Mery Tjin sebagai relawan pendamping penerima bantuan.
Relawan Tzu Chi masih terus mendampingi dan rutin mengunjungi keluarga Aidah setiap bulan untuk melihat perkembangan kesehatan Aidah serta memberikan motivasi kepada keluarga Aidah untuk tetap bersemangat berjuang menjalani kehidupan.
Berbagi Kisah Mengembangkan Cinta Kasih
Tidak hanya Aidah, relawan Tzu Chi lainnya juga mengunjungi penerima bantuan lainnya. Tentu kunjungan kasih ini meninggalkan kesan mendalam bagi para relawan Tzu Chi. Selesai kunjungan kasih, para relawan kembali berkumpul di Tzu Chi Center untuk berbagi kisah yang telah mereka temui. Banyak pelajaran hidup yang didapatkan para relawan. Mereka melihat lebih dekat bagaimana kehidupan orang lain banyak yang membutuhkan bantuan.
Sesi sharing peserta relawan Kunjungan Kasih.
Hal ini pun menjadi pelajaran dan pelatihan diri bagi para relawan untuk lebih mengembangkan kebijaksanaan dan mensyukuri kehidupan. Dengan kehidupan yang dimiliki, setiap insan Tzu Chi mampu menjadi pelita di tengah kegelapan. Begitu pun dengan melihat penderitaan maka insan Tzu Chi bergerak membantu meringankan beban mereka yang mengalami kesulitan. Momen berbagi kisah ini pun disampaikan dengan penuh keharuan oleh para relawan terutama mereka yang baru pertama kali mengikuti kegiatan kunjungan kasih ini.
Kunjungan kasih ini diikuti oleh sebanyak 66 peserta yang terdiri dari relawan Tzu Chi Komite, Relawan Tzu Chi Abu Putih hingga Calon Relawan Tzu Chi. Diharapkan dengan kunjungan kasih ini akan semakin banyak relawan turut bersumbangsih dan memperpanjang barisan Tzu Chi untuk terus bergerak meringankan beban mereka yang membutuhkan bantuan. Kunjungan kasih ini dilakukan secara rutin setiap bulan dan menjadi kesempatan bagi para relawan untuk terus mengembangkan cinta kasih dan mempraktikkan cinta kasih di tengah masyarakat.
Editor: Khusnul Khotimah