Melihat, Mendengar, dan Bekerja dengan Sepenuh Hati

Jurnalis : Purwanto (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun) , Fotografer : Dwi Hariyanto, Mie Li (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)
 

fotoPapa Dwi membawakan materi pada kegiatan kelas budi pekerti di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada hari Minggu, 17 November 2013.

Akhirnya tiba waktunya para Xiao Tai Yang (murid kelas budi pekerti) untuk belajar lagi budi pekerti di Kantor Yayasan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. "Amitofo," salah satu dari siswa Budi Pekerti memberikan salam kepada semua relawan yang ada di dekat pintu. Wajah keceriaan dan penuh senyuman sudah mulai tampak ketika mereka diantar oleh orang tua masing-masing. Pukul 7.30 WIB, Xiao Tai Yang sudah mulai datang membawa tas yang berisi buku-buku untuk pembelajaran pada hari Minggu, 17 November 2013. Jumlah Xiao Tai Yang yang hadir sebanyak 35 anak. Tepat pukul 08.00 WIB, semua Xiao Tai Yang memasuki ruang belajar sesuai dengan kelompoknya masing-masing.

Seperti biasa, Mama Lissa dan Joice memulai kelas budi pekerti dan dilanjutkan memeriksa buku kegiatan yang telah diisi masing-masing Xiao Tai Yang. Topik kelas budi pekerti kali ini "Bila kita melihat, mendengar, dan bekerja dengan sepenuh hati hidup kita akan penuh dengan manfaat" disampaikan oleh Papa Dwi Hariyanto. "Bagaimana kabarnya pagi ini?" tanya Papa Dwi. "Baik Papa…!" jawab semua Xiao Tai Yang dengan semangat. Papa Dwi menjelaskan "Apa yang kita lihat sendiri belum tentu benar, apalagi jika kita hanya mendengar berita dari orang lain yang belum tentu kebenarannya. Kita harus membuktikannya sendiri sesuai dengan kenyataannya. Maka kita harus melihat sesuatu dengan cermat dan tidak boleh tergesa-gesa untuk mengambil suatu kesimpulan akhir."

foto   foto

Keterangan :

  • Setiap Dui Fu (mentor) memberikan nilai pada setiap Xiao Tai Yang usai mengikuti kegiatan kelas budi pekerti(kiri).
  • Di akhir kegiatan, para Xiao Tai Yang latihan bersama memperagakan bahasa isyarat tangan yang akan ditampilkan pada acara pemberkahan akhir tahun 2013 nanti (kanan).

Ada sebuah perumpamaan sederhana untuk menjelaskan kata-kata tersebut. Disebuah sekolah SD saat jam olahraga, Anto melihat temannya yang bernama Riko mengambil uang Rp. 5.000,00 di tas Bodhi. Tanpa pikir panjang, Anto langsung melaporkan kepada guru ke kantor bahwa Riko mencuri uang miliknya Bodhi. Akhirnya Anto, Riko, dan Bodhi dipanggil di kantor untuk dimintai keterangan yang benar. "Riko…! Apakah kamu mengambil uangnya Bodhi Rp.5.000,00?" tanya pak Guru. "Ya …pak, tetapi saya disuruh Bodhi, karena Bodhi kecapekan saat olahraga lari. Jadi saya disuruh untuk mengambilkan uang Bodhi," jawab Riko. "Apakah benar Bodhi?" tanya pak Guru lagi. "Benar pak…!" kata Bodhi. Dari perumpamaan tersebut, kita dapat mengambil suatu kesimpulan janganlah kita tergesa-gesa untuk mengambil suatu keputusan. Apa yang kita lihat secara langsung belum tentu sesuai dengan kebenarannya.

Setelah mendengar penjelasan Papa Dwi, semua Xiao Tai Yang menjadi lebih mengerti dan lebih paham agar tidak terburu-buru dalam melakukan kegiatan. Melakukan kegiatan dan bekerja harus dengan sepenuh hati. Hari sudah mulai siang, maka siswa kelas budi pekerti melanjutkan latihan isyarat tangan untuk persiapan pemberkahan akhir tahun nanti. Di akhir kelas budi pekerti, semua Xiao Tai Yang berdoa dan berharap dapat mengambil manfaat dari kegiatan dihari ini.

  
 

Artikel Terkait

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

Mengajak Anak-anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

07 Juni 2017

Hari itu, Depo Duri Kosambi kedatangan tamu spesial, yakni anak asuh dari He Qi Pusat sebanyak 58 anak dan 12 orangtua murid. Anak–anak dari berbagai usia sekolah dasar hingga yang sudah lulus sekolah menengah atas ini diajak untuk mengenal dan peduli akan pelestarian lingkungan.

Tak Henti Meningkatkan Prestasi

Tak Henti Meningkatkan Prestasi

18 Juli 2018
“Ini memotivasi kita untuk lebih baik lagi. Lebih mudah menggapai daripada mempertahankan, mempertahankan juara 1 se-Jakarta Barat nggak gampang di sini kita dituntut untuk extra konsen lagi,” tutur Freddy Ong yang menjabat Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sejak 2016.
Waisak yang Penuh Makna

Waisak yang Penuh Makna

10 Mei 2009 Di hadapan altar Buddha Rupang yang di bawahnya terdapat kolam kecil, peserta membungkukkan badan dan dengan telapak tangan terbuka menyentuh air lalu merangkapkan tangan di dada, kemudian mengambil sekuntum bunga dan meninggalkan altar sambil merangkapkan kembali tangan di dada.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -