Melihat, Mendengar, dan Merasakan

Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Relawan He Qi Utara
 
 

foto
Pada tanggal 14 hingga 20 Juni 2012, diadakan pelatihan pengurus 4 in 1 di Sanchong, Taiwan. Dengan tema “Persamuhan Dharma Tiada Berakhir, Tekad Bodhisatwa Tetap Terjaga” dan diikuti diikuti oleh 459 relawan dari 23 negara.

Tanggal 14-20 Juni 2012 bagi saya merupakan saat yang penuh makna dan bersejarah, karena saat itulah pertama kalinya saya mengikuti Pelatihan Pengurus 4 in 1 Tzu Chi yang diadakan di Tzu Chi Sanchong, Taiwan. Dengan tema “Persamuhan Dharma Tiada Berakhir, Tekad Bodhisatwa Tetap Terjaga”, pelatihan kali ini diikuti oleh 459 relawan dari 23 negara.

Mengikuti pelatihan dan pulang ke kampung halaman batin di Hualien bagi saya adalah suatu berkah. Setiap detik waktu saya di sana, yang saya rasakan adalah rasa syukur, terharu, dan bahagia. Setiap relawan Tzu Chi Taiwan memberikan pelayanannya yang terbaik, berusaha sekuat tenaga dan sangat yong xin (sepenuh hati) mempersiapkan semua kebutuhan selama pelatihan berlangsung. Membuat kami yang datang dari luar negeri semuanya merasakan kehangatan seperti pulang ke rumah sendiri.

Kehangatan Bagaikan Pulang ke Rumah Sendiri
Acara pembukaan pelatihan diadakan di Jing Si Tang Hualien pada tanggal 15 Juni 2012. Di hari yang sama pula kami menapakkan kaki ke kampung halaman batin di Griya Perenungan Hualien. Berjalan dari tempat parkir kendaraan menuju Griya Perenungan, sejauh mata memandang di kanan dan kiri jalan, membentang tanaman hijau yang sangat nyaman di mata. Suasana harmonis empat unsur alam sangat terasa, seolah-olah mereka juga menyambut hangat kepulangan kami. Gambaran sekelompok relawan dengan seragam Tzu Chi berjalan menuju Griya yang biasanya hanya bisa saya lihat melalui drama kisah nyata di DAAI TV tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya. Namun di hari itu saya sendiri merasakan menjadi salah satu dari relawan tersebut, tanpa disadari seketika itu pula sukacita menyelimuti diri saya.

foto  foto

Keterangan :

  • Suasana harmonis empat unsur alam sangat terasa, seolah-olah mereka juga menyambut hangat kepulangan kami ke kampung halaman batin (kiri).
  • Ditemani oleh seorang Shifu, kami kemudian diajak untuk mengenal setiap sudut yang ada di kompleks Griya Perenungan (kanan).

Dipandu oleh seorang Shifu untuk satu grup, kami meninjau Griya Perenungan.  Diawali dengan ding li (ritual hormat) di depan Griya, kami diajak untuk mengenal setiap sudut yang ada di kompleks Griya Perenungan. Tidak lama berjalan, di salah satu sudut gang yang kami lewati, sudah menunggu beberapa Shifu dengan senyum hangat sambil mengangkat wadah minuman, “Ayo mari..mari...tiap orang harus diisi penuh ya...”. Shifu-shifu menyebutnya sebagai teh kebahagiaan, sehingga kami tidak boleh tidak minum dan harus terisi penuh dalam tempat minum kami masing-masing, dengan harapan kami juga membawa kebahagiaan yang sepenuh mungkin. Sungguh yang kami rasakan bukan sekedar wanginya teh yang kami minum, tapi hangatnya sambutan dan perhatian para Shifu membuat kami tersentuh.

Shifu-shifu di Hualien bagi saya semuanya adalah contoh teladan yang pantas kita jadikan panutan. Mereka sangat bersungguh hati dalam mengerjakan apapun, tidak takut menderita, sebaliknya melakukan dengan penuh sukacita, setiap kesulitan dapat mereka atasi melalui proses belajar. Berprinsip hidup sederhana, bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah juga telah mereka praktekkan. Mereka juga sangat menyayangi berkah, hampir tidak ada sumber daya yang mereka sia-siakan, semuanya dimanfaatkan secara maksimal. Salah satunya adalah sepasang sumpit kayu, pulpen kayu, dan kata perenungan yang diukir di kayu, ketiganya dikemas apik dalam kotak panjang pipih, semuanya itu terbuat dari bahan daur ulang.

Para Shifu sangat serius dalam mengerjakan produk tersebut yang ternyata dihadiahkan kepada kami. Ada makna yang terkandung dalam pemberian itu, sumpit dalam bahasa mandarin adalah kuai zi, diharapkan kami bisa “kuai kuai le le de guo re zi (dengan penuh sukacita menjalankan hidup ini). Pulpen kayu, bermakna agar kami dapat melukiskan dengan indah kisah hidup diri yang penuh sukacita dan berdasarkan prinsip ajaran kebenaran. Dan ketiga adalah kata perenungan yang diukir di kayu mungil dan diberi tali gantungan. Kebetulan kata perenungan yang saya dapat adalah “Jian dan zui mei”, artinya sederhana itu paling indah. Niat tulus dan keseriusan serta kesungguhan hati para shifu dalam membuat sumpit, pulpen, dan ukiran kata perenungan ini terlihat dari kerapian, kehalusan, dan keindahan seni yang terkandung di dalamnya. Sungguh sangat gan en (terima kasih) kepada para Shifu yang sudah bersusah payah dan sangat yong xin membuat produk ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Sepasang sumpit kayu, pulpen kayu, dan kata perenungan yang diukir di kayu, ketiganya dikemas apik dalam kotak panjang pipih, semuanya itu terbuat dari bahan daur ulang yang dibuat dengan kesungguhan hati oleh para Shifu (kiri).
  • Saat saya bertemu Master Cheng Yen di Sanchong, yang saya rasakan adalah sukacita dan bahagia melihat Master Cheng Yen dan sangat beruntung bisa mendengar ceramahnya secara langsung (kanan).

Hati Adalah Yang Paling Harum
Hari-hari berikutnya kami lalui di Jing Si Tang Sanchong, sharing-sharing dari relawan maupun shifu semuanya sangat bagus dan bermanfaat sekaligus menginspirasi. Tanggal 18 dan 19 Juni 2012, Master Cheng Yen datang dan berceramah secara langsung. Master berpesan agar kita harus senantiasa menjadi contoh teladan yang baik bagi orang lain. Menggalang Bodhisatwa dunia dengan cara Dharma harus masuk ke dalam hati baru bisa menginspirasi orang lain. “Fo zai xin zhong, fa zai xing zhong, Buddha ada dalam hati, Dharma ada dalam tindakan. Sendiri melakukan barulah bisa membuat orang lain mengikuti apa yang kita lakukan. Terhadap hal yang benar, genggam, lakukan, dan mengarahlah ke arah yang benar. Kita harus senantiasa chan hui(bertobat), giat, rajin, hemat, dan menyayangi bumi.

Di salah satu sesi sharing, Ye Shifu bertanya, “Apakah yang paling harum? Hati adalah yang paling harum, wanginya hati mengalahkan segenap wewangian bahkan yang termahal sekalipun di dunia ini.” Artinya bila kita mampu menjaga hati kita dengan baik, jernih, suci, tanpa noda, tanpa tercemar oleh kotoran batin, maka ke manapun kita pergi orang-orang akan merasakan harumnya hati kita walaupun berada pada jarak yang sangat jauh sekalipun. Master Cheng Yen, bukankah secara fisik berada sangat jauh dari kita, terpisahkan oleh laut dan gunung dengan jarak ribuan kilometer? Namun apa yang kita rasakan? Harumnya hati beliau senantiasa dapat kita rasakan di manapun kita berada.

Master sangat menyayangi orang yang mau memikul tanggung jawab. Dalam hati Master terdapat delapan ciri orang berbakat idaman beliau, sharing oleh salah satu relawan mengenai hal ini ditampilkan dalam bentuk video dan kemudian dilanjutkan dengan lagu Li Yuan Wen(Janji Bakti). Tiap kali mendengar lagu Li Yuan Wen selalu membuatku terharu dan meneteskan air mata, terutama pada bait terakhir "Jing Qing Shang Ren Mo You Li", yang artinya "memohon dengan penuh hormat agar Master jangan khawatir". Atas dasar apa dan apa yang sudah kita lakukan agar Master tidak khawatir? Apa yang sudah kita perbuat sehingga kita bisa dengan percaya diri memohon kepada Master agar tidak khawatir. Tindakan nyata apa yang sudah kita lakukan?  

Banyak relawan yang ketika bertemu dan melihat langsung Master Cheng Yen akan terharu dan mengeluarkan banyak air mata. Awalnya saya juga merasa sepertinya saya juga akan seperti itu, tapi pada kenyataanya ketika saya bertemu Master Cheng Yen di Sanchong, yang saya rasakan adalah sukacita dan bahagia melihat Master Cheng Yen dan sangat beruntung bisa mendengar ceramahnya secara langsung. Saya sempat berpikir, mengapa harus menangis ya? Bertemu dengan Master justru merupakan hal yang sangat membahagiakan. Dan karena saya juga yakin bahwa saya akan bertemu lagi dengan Master Cheng Yen di masa-masa yang akan datang, bahkan di kehidupan-kehidupan yang akan datang. Saya yakin karena di kehidupan ini bisa bertemu dengan beliau sebagai guru saya itu juga merupakan jalinan jodoh baik dari kehidupan masa lalu. Jalinan jodoh ini akan terus berjalan, tidak akan putus, senantiasa berada di jalan Bodhisatwa, inilah satu-satunya jalan yang harus kita lalui untuk selama-lamanya, na shi sheng sheng shi shi wei yi de fang xiang.

  
 

Artikel Terkait

Tzu Ching Camp VII: Bersatu Tekad

Tzu Ching Camp VII: Bersatu Tekad

01 November 2012 Minggu, 28 Oktober 2012 merupakan hari terakhir kegiatan Tzu Ching Camp VII yang diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Pagi itu, pukul 05.00 WIB, kegiatan dimulai dengan melakukan chao san, berjalan tiga langkah dan bersujud satu kali.
Indahnya Kasih di Dunia

Indahnya Kasih di Dunia

21 Juli 2020

Setelah mengetahui barang bantuan yang dibutuhkan pasca kebakaran di Panti Asuhan Pondok Taruna, Senin 20 Juli 2020, pukul 15.00 WIB, Edi Sheen, relawan Tzu Chi segera membawa barang bantuan menuju panti asuhan dan diserahkan ke pengurus panti.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -