Melihat, Mendengar, dan Merasakan
Jurnalis : Erli Tan (He Qi Utara), Fotografer : Relawan He Qi Utara
|
| ||
Mengikuti pelatihan dan pulang ke kampung halaman batin di Hualien bagi saya adalah suatu berkah. Setiap detik waktu saya di sana, yang saya rasakan adalah rasa syukur, terharu, dan bahagia. Setiap relawan Tzu Chi Taiwan memberikan pelayanannya yang terbaik, berusaha sekuat tenaga dan sangat yong xin (sepenuh hati) mempersiapkan semua kebutuhan selama pelatihan berlangsung. Membuat kami yang datang dari luar negeri semuanya merasakan kehangatan seperti pulang ke rumah sendiri. Kehangatan Bagaikan Pulang ke Rumah Sendiri
Keterangan :
Dipandu oleh seorang Shifu untuk satu grup, kami meninjau Griya Perenungan. Diawali dengan ding li (ritual hormat) di depan Griya, kami diajak untuk mengenal setiap sudut yang ada di kompleks Griya Perenungan. Tidak lama berjalan, di salah satu sudut gang yang kami lewati, sudah menunggu beberapa Shifu dengan senyum hangat sambil mengangkat wadah minuman, “Ayo mari..mari...tiap orang harus diisi penuh ya...”. Shifu-shifu menyebutnya sebagai teh kebahagiaan, sehingga kami tidak boleh tidak minum dan harus terisi penuh dalam tempat minum kami masing-masing, dengan harapan kami juga membawa kebahagiaan yang sepenuh mungkin. Sungguh yang kami rasakan bukan sekedar wanginya teh yang kami minum, tapi hangatnya sambutan dan perhatian para Shifu membuat kami tersentuh. Shifu-shifu di Hualien bagi saya semuanya adalah contoh teladan yang pantas kita jadikan panutan. Mereka sangat bersungguh hati dalam mengerjakan apapun, tidak takut menderita, sebaliknya melakukan dengan penuh sukacita, setiap kesulitan dapat mereka atasi melalui proses belajar. Berprinsip hidup sederhana, bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah juga telah mereka praktekkan. Mereka juga sangat menyayangi berkah, hampir tidak ada sumber daya yang mereka sia-siakan, semuanya dimanfaatkan secara maksimal. Salah satunya adalah sepasang sumpit kayu, pulpen kayu, dan kata perenungan yang diukir di kayu, ketiganya dikemas apik dalam kotak panjang pipih, semuanya itu terbuat dari bahan daur ulang. Para Shifu sangat serius dalam mengerjakan produk tersebut yang ternyata dihadiahkan kepada kami. Ada makna yang terkandung dalam pemberian itu, sumpit dalam bahasa mandarin adalah kuai zi, diharapkan kami bisa “kuai kuai le le de guo re zi” (dengan penuh sukacita menjalankan hidup ini). Pulpen kayu, bermakna agar kami dapat melukiskan dengan indah kisah hidup diri yang penuh sukacita dan berdasarkan prinsip ajaran kebenaran. Dan ketiga adalah kata perenungan yang diukir di kayu mungil dan diberi tali gantungan. Kebetulan kata perenungan yang saya dapat adalah “Jian dan zui mei”, artinya sederhana itu paling indah. Niat tulus dan keseriusan serta kesungguhan hati para shifu dalam membuat sumpit, pulpen, dan ukiran kata perenungan ini terlihat dari kerapian, kehalusan, dan keindahan seni yang terkandung di dalamnya. Sungguh sangat gan en (terima kasih) kepada para Shifu yang sudah bersusah payah dan sangat yong xin membuat produk ini.
Keterangan :
Hati Adalah Yang Paling Harum Di salah satu sesi sharing, Ye Shifu bertanya, “Apakah yang paling harum? Hati adalah yang paling harum, wanginya hati mengalahkan segenap wewangian bahkan yang termahal sekalipun di dunia ini.” Artinya bila kita mampu menjaga hati kita dengan baik, jernih, suci, tanpa noda, tanpa tercemar oleh kotoran batin, maka ke manapun kita pergi orang-orang akan merasakan harumnya hati kita walaupun berada pada jarak yang sangat jauh sekalipun. Master Cheng Yen, bukankah secara fisik berada sangat jauh dari kita, terpisahkan oleh laut dan gunung dengan jarak ribuan kilometer? Namun apa yang kita rasakan? Harumnya hati beliau senantiasa dapat kita rasakan di manapun kita berada. Master sangat menyayangi orang yang mau memikul tanggung jawab. Dalam hati Master terdapat delapan ciri orang berbakat idaman beliau, sharing oleh salah satu relawan mengenai hal ini ditampilkan dalam bentuk video dan kemudian dilanjutkan dengan lagu Li Yuan Wen(Janji Bakti). Tiap kali mendengar lagu Li Yuan Wen selalu membuatku terharu dan meneteskan air mata, terutama pada bait terakhir "Jing Qing Shang Ren Mo You Li", yang artinya "memohon dengan penuh hormat agar Master jangan khawatir". Atas dasar apa dan apa yang sudah kita lakukan agar Master tidak khawatir? Apa yang sudah kita perbuat sehingga kita bisa dengan percaya diri memohon kepada Master agar tidak khawatir. Tindakan nyata apa yang sudah kita lakukan? Banyak relawan yang ketika bertemu dan melihat langsung Master Cheng Yen akan terharu dan mengeluarkan banyak air mata. Awalnya saya juga merasa sepertinya saya juga akan seperti itu, tapi pada kenyataanya ketika saya bertemu Master Cheng Yen di Sanchong, yang saya rasakan adalah sukacita dan bahagia melihat Master Cheng Yen dan sangat beruntung bisa mendengar ceramahnya secara langsung. Saya sempat berpikir, mengapa harus menangis ya? Bertemu dengan Master justru merupakan hal yang sangat membahagiakan. Dan karena saya juga yakin bahwa saya akan bertemu lagi dengan Master Cheng Yen di masa-masa yang akan datang, bahkan di kehidupan-kehidupan yang akan datang. Saya yakin karena di kehidupan ini bisa bertemu dengan beliau sebagai guru saya itu juga merupakan jalinan jodoh baik dari kehidupan masa lalu. Jalinan jodoh ini akan terus berjalan, tidak akan putus, senantiasa berada di jalan Bodhisatwa, inilah satu-satunya jalan yang harus kita lalui untuk selama-lamanya, na shi sheng sheng shi shi wei yi de fang xiang. | |||
Artikel Terkait
Gotong Royong 'Memanggang Roti' di Rumah Batin
24 Juni 2016Mencegah Stunting di Desa Bangkal
29 November 2023Relawan Tzu Chi di Kalimantan Tengah memberikan penyuluhan kesehatan untuk ibu dan anak dalam rangka mencegah stunting di Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya.