Para peserta kelas budi pekerti yang diadakan relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 secara online berfoto bersama dengan para duifu.
Pelestarian lingkungan menjadi materi dalam kelas budi pekerti yang diadakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 pada hari Minggu, 28 November 2021. Kegiatan ini diikuti oleh 35 peserta kelas dan 7 duifu (panggilan untuk DaAi mama) secara online karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
Plastik adalah benda yang sangat mudah kita dapat. Dengan mudah pula kita akan membuangnya jika sudah tidak diperlukan. Sampah yang terbuat dari plastik jika hanyut di sungai kemudian sampai ke laut. Makhluk penghuni laut yang tidak tau akan menjadikan sampah plastik menjadi makanan dan membawa ancaman bagi kehidupannya karena tidak dapat dicerna dan terkadang masuk ke hidung makhluk laut. Video pertama materi kelas budi pekerti seakan mengingatkan pada xiao phu sa (Bodhisatwa cilik) akan bahaya plastik.
Materi tentang sampah plastik yang menjadi masalah lingkungan juga diulas dalam kelas budi pekerti ini.
Kelas pun berlanjut dengan video mengenai pemanasan global (global warming). Pemanasan global telah menjadi isu internasional. Pemanasan suhu bumi menyebabkan mencairnya lapisan es di kutub utara dan kutub selatan secara perlahan. Mencairnya lapisan es ini akan menyebabkan naiknya permukaan air laut setiap tahun.
Jokkhian mengingatkan para xiao phu sa akan keadaan bumi yang semakin rusak, “Shibo, tidak akan bosan untuk selalu membawakan materi tentang pelestarian lingkungan supaya xiao phu sa semakin sadar untuk ikut melestarikan lingkungan,” ungkap Jokkihan.
Jokkhian, menunjukan tas hasil daur ulang dengan bahan plastik bekas pembungkus kopi instan.
Ia pun menjelaskan tentang cara yang dapat dilakukan untuk melestarikan lingkungan dengan 4R yaitu penolakan (Refuse), mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan melakukan daur ulang (Recycle).
“Penolakan yang dapat kita lakukan adalah dengan membawa tas belanja. Ketika beli sesuatu lalu disodori kantong plastik, kita dapat menolaknya,” kata Jokkhian, “Dan kita juga dapat membawa sedotan stainless. Jadi pas kita beli minuman, kita dapat memakai sedotan kita sendiri,” tambahnya.
Dalam menggunakan kembali (Reuse) suatu benda, Jokkhian memberikan contoh botol minuman berbentuk bohlam yang dijadikan pot tanaman yang dipercantik dengan tali hias dan pita. Sebuah tas yang terbuat dari plastik bekas pembungkus kopi instan turut ditunjukan oleh Jokkhian dalam menerangkan konsep daur ulang (Recycle).
Video animasi tentang sayuran menjadi salah satu materi yang disampaikan supaya para xiao phu sa senang mengonsumsi sayuran.
Kelas kemudian berlanjut dengan menonton video animasi tentang sayuran. Video ini menceritakan tentang ibu buncis yang merasa sedih karena anak-anak tidak mau memakannya. Pak wortel pun merasa sedih karena ibu wortel telah disembunyikan oleh seorang anak yang ternyata tidak tidak menyukai sayur. Ketika ibu wortel dikembalikan, pak wortel merasa senang dan mereka pun berdansa, bernyanyi tentang manfaat sayuran. Wortel yang mengandung vitamin A sangat berguna untuk kesehatan mata dan buncis pun bermanfaat untuk tubuh anak-anak. Akhirnya anak-anak pun bergembira memakan sayur.
“Xiao phu sa di sini siapa yang suka makan sayur? Tulis di kolom chat ya?” kata Jokkhian.
Para xiao phu sa banyak yang menulis suka sayur. Ada yang hanya suka sayur kangkung, sayur brokoli. “Saya tidak suka sayuran tapi suka makan brokoli,” ungkap Mario, salah satu xiao phu sa. Jokkhian pun merasa senang karena para xiao phu sa sudah suka makan sayuran.
Mario Eduardo, salah satu xiao phu sa yang mengungkapkan gemar makan brokoli dalam kelas budi pekerti ini.
Video keempat yang ditayangkan mengenai xiao phu sa yang telah menjadi vegetarian. Xiao phu sa tersebut menjelaskan bahwa para hewan juga mempunyai perasaan, bisa menangis, mempunyai keluarga yang disayangi, dan bisa bergembira maka tidak seharusnya kita memakan hewan. Kelas pun berakhir dengan berdoa bersama dan menghormat kepada Master Cheng Yen.
Pelestarian lingkungan yang sederhana dapat kita lakukan dimulai dari rumah kita sendiri dengan cara yang sederhana yaitu melakukan 4R.
Editor: Arimami Suryo A.