Melintas Batas

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto
 
foto

Seksama, hati-hati, dan penuh perhatian. Relawan Tzu Chi membopong pasien anak yang baru saja menjalani operasi ke dalam ruang pemulihan.

Dengan tergopoh-gopoh, seorang ibu tua berjalan membungkuk menyeruak di kerumunan orang yang sedang berlalu-lalang. Dengan hanya mengandalkan mata kanannya, ibu tua ini menuju lokasi antrian pasien katarak. Mata kirinya yang sehari sebelumnya dioperasi masih tertutup oleh perban dan kain kasa. Tak lama, namanya pun dipanggil masuk. Ciali, seorang relawan Tzu Chi, segera membantunya memasuki ruang pemeriksaan. Dengan perlahan, ia membantu ibu tua itu duduk di sebuah kursi plastik. Ibu tua ini adalah Anggraeni (76) yang tinggal di Kampung Duri, Jakarta.

Bersama suaminya dan Nelly (seorang relawan dari Gereja Kemakmuran), Anggraeni menjalani operasi mata kirinya yang terkena katarak sejak 5 bulan lalu. Awalnya seorang panitia dari gereja akan menemani mereka, namun karena suami panitia gereja itu sedang sakit keras, Anggraeni akhirnya ditemani oleh Nelly.

Sebelumya Anggraeni mengidap osteoporosis sehingga agak melupakan kondisi matanya. Namun saat Tahun Baru Imlek 2008, ia merasa matanya tidak lagi terang. Katarak itu ia ketahui saat memeriksakan mata dan mengganti kaca mata di dokter. “Dokter bilang ada kataraknya,” tambah nenek yang mempunyai 1 anak dan 2 cucu ini.

Anggraeni mengetahui adanya baksos kesehatan ini karena di Gereja Damai Kristus Kampung Duri, tempatnya ia biasa kebaktian, selalu ada berita sepekan. Berita sepekan berisi tentang apa saja yang terjadi selama 1 minggu dan saat itu mengabarkan tentang rencana baksos kesehatan Tzu Chi tersebut. Karena itulah, ia lalu mendaftarkan diri di panitia gereja agar mendapatkan operasi katarak gratis. Sebenarnya banyak sekali yang mendaftar dalam baksos ini, namun dari Gereja Damai Kristus hanya ia yang berhasil melewati screening yang dilakukan tim medis. Saat screening ia diberitahu bahwa gula darahnya cukup tinggi, sehingga keesokan harinya ia segera berobat ke puskesmas di dekat rumah. Alhasil, kadar gula darahnya pun turun. “Pantang sih pantang, tapi ga pernah periksa ke dokter,” jelasnya.

foto   foto

Ket : - Ciali sedang membantu Anggraeni duduk sebelum diperiksa dan diberi obat tetes mata seusai menjalani
            operasi katarak sehari sebelumnya. (kiri)
         - Relawan Tzu Chi bersama-sama memindahkan pasien yang baru saja usai menjalani operasi. (kanan)

Saat akan menjalani operasi, Anggraeni merasa rasa takut dan khawatir, namun ia tetap maju ke ruang operasi. “Tadinya sih takut, tapi sudah pasrah aja sama Tuhan,” ucapnya penuh keyakinan. Satu yang ia paling rasakan adalah pegal di kepala karena cukup lama mendongakkan leher dan saat kelopak matanya disemprot air.

Hari itu, 6 Juli 2008 adalah hari terakhir bakti sosial kesehatan Tzu Chi ke-49 yang bekerja sama dengan Pusat Rehabilitasi Departemen Pertahanan (Pusrehab Dephan) dalam rangka ulang tahunnya yang ke-40. Bertempat di RS dr Suyoto, Bintaro, Jakarta Selatan, tim medis dari RS dr Suyoto Pusrehab Dephan, Tzu Chi International Medical Association (TIMA), RSPAD Gatot Subroto, RSAL Mintoharjo, RUSPAU dr Antariksa, RS Marinir Cilandak, RS Salak Bogor dan Alumni SMA 4 Jakarta berhasil menangani 619 pasien dari Tambun, Gunung Putri, Cilebut, Pondok Rajeg, Parigi, Bintaro, dan Lampung.

foto   foto

Ket : - Tim medis Tzu Chi berusaha menenangkan seorang pasien anak yang meronta-ronta kesakitan seusai
            menjalani operasi bibir sumbing. (kiri)
         - Jody menemani dan menghibur Suryana dan anaknya, Zakaria yang sedang menangis ketakutan saat
            bibirnya akan dioperasi. (kanan)

Tim medis yang membantu baksos juga berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, dari spesialis mata, anastesi, bedah plastik, bedah onkologi, bedah umum, hingga perawat. Pusrehab dalam baksos ini menurunkan 152 tenaga medis, sedangkan Tzu Chi mengerahkan 150 relawan.

Tak hanya Anggraeni, Sri Rahminingsih (51) juga turut merasakan kegembiraan akan adanya baksos ini. Cucunya, Riskia Adiniputri (5 bulan) yang sejak lahir bibirnya sumbing juga mendapatkan bantuan operasi. Siang itu, Sri bersama keluarga besarnya datang ke tempat baksos menjadi saksi hidup perubahan wajah Riskia yang lebih cantik. Hendra (21) dan Devi (20), ayah dan ibu Riskia juga dengan setia menunggu di ruang tunggu.

Jam terus berdetak, hati Devi tetap berharap-harap cemas, karena telah cukup lama buah hatinya yang masuk ke dalam ruang operasi tak kunjung jua keluar. Kecemasan itu lenyap, saat seorang relawan menggendong buah hatinya ke luar dari ruang operasi dan membawanya ke ruang pemulihan.

foto  

Ket : - Evi memandangi Riskia Adini Putri, buah hati tercintanya yang baru saja usai menjalani operasi
            bibir sumbing.

Di sana, relawan Tzu Chi segera memberikan Riskia ke ibunda tercintanya. Penuh kelembutan Devi memandangi wajah Riskia. Riskia kini lebih cantik daripada sebelumnya. Namun tiba-tiba, Riskia meronta-ronta. Efek obat penghilang rasa sakit rupanya perlahan berkurang. Rasa sakit seusai operasi perlahan dirasakan Riskia. Wajah penuh kekhawatiran, cemas, lega dan bahagia bercampur aduk di hati Devi. Dengan penuh kasih dan sayang, ia menenangkan Riskia yang terus-menerus meronta kesakitan. Tak lama, Riskia pun terbuai dalam timangan ibunda tercinta. Dengan perlahan dan penuh kebahagiaan, ia menjaga Riskia di ruang pemulihan bersama dengan ibu dan ayah dari anak-anak lain yang juga menjalani operasi siang itu.

Seperti yang dirasakan oleh Anggraeni dan Riskia, itulah cinta kasih tanpa batas, visi utama baksos ke-49 ini. Bersama-sama menebarkan cinta kasih universal kepada sesama, itulah esensi utama kehidupan manusia di dunia ini. Bergandengan tangan menuju kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

 

Artikel Terkait

Perhatian Daai Mama di Desa Kampung Melayu Barat

Perhatian Daai Mama di Desa Kampung Melayu Barat

07 Desember 2017
Daai Mama Sekolah Tzu Chi Indonesia kembali menggelar bakti sosial pembagian sembako. Kali ini lokasinya berada di Vihara Boddhisatta, di Desa Kampung Melayu Barat, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang.
Menjadi Relawan dengan Sepenuh Hati

Menjadi Relawan dengan Sepenuh Hati

01 November 2022

Komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Barat 1 boleh berbangga karena memiliki beberapa relawan muda yang sangat bersemangat. Mereka sepenuh hati mendampingi penerima bantuan Tzu Chi, salah satunya Tan Guek Suan (61).

Suara Kasih : Menggunakan Dharma untuk Mengobati Batin

Suara Kasih : Menggunakan Dharma untuk Mengobati Batin

09 Januari 2014 Kita harus giat membina ajaran baik untuk menyucikan hati manusia. Kita harus terlebih dahulu menyucikan hati sendiri. Setelah melakukannya sendiri, kita baru bisa membimbing orang lain untuk melakukannya.
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -