Para siswa Tainan Tzu Chi Senior High School dan mahasiswa Tzu Chi University, Taiwan menyusuri jalan di sekitaran pasar ikan Kamal Muara untuk menuju rumah warga penerima bantuan Tzu Chi di sana.
Kesibukan di sekitaran pasar ikan Kamal Muara Jakarta Utara mulai lengang saat siswa-siswi kelas 2 SMA dari Tainan Tzu Chi Senior High School dan mahasiswa Tzu Chi University, Taiwan menginjakkan kaki di sana. Tapi walaupun sudah lengang, bau amis dari ikan-ikan tetap tak bisa dihindari dan masih sangat kuat, menyeruak, menusuk hidung. Sementara itu, sisa es batu yang digunakan untuk membekukan hasil laut yang dijual para nelayan pun mulai mencair, membasahi berbagai sisi jalan raya seantaro wilayah pasar.
“Pelan-pelan ya jalannya… hati-hati, jalanannya becek,” tutur relawan pendamping dalam bahasa Mandarin disambut anggukkan para siswa yang terus memperhatikan langkah mereka.
Ketimbang rasa jijik, ternyata anak-anak remaja ini mengaku merasa lebih penasaran dan tertarik dengan apa yang mereka lihat hari itu. Pasalnya, di wilayah tempat tinggal mereka di Tainan, Taiwan, anak-anak ini belum pernah melihat wilayah perumahan yang seperti di Kamal Muara. Padat, riuh, sempit, panas, ramai, semua menjadi satu.
Para siswa melongok bagian kolong rumah panggung di wilayah RW. 04 Kamal Muara. Di sekitar RW ini, rumah warga berbentuk panggung untuk menghindari banjir rob. Di bawah rumah itu masih banyak genangan air maupun sampah yang berserakan.
Mereka melihat sendiri bahwa di gang yang sangat sempit sekali pun, masih ada rumah yang kondisinya kurang layak yang masih ditinggali oleh pemiliknya. Selain itu, masih ada banyak rumah panggung dari kayu yang mana di bawahnya selalu banjir dan tergenang air atau juga yang bertumpuk sampah. Sementara di dalamnya bisa ditinggali oleh 7 sampai 9 anggota keluarga yang khawatir kayu alas rumah mereka akan ambruk sewaktu-waktu.
Namun bukan hanya rumah-rumah yang kurang layak, 20 siswa dan 6 mahasiswa ini juga diajak untuk mampir ke rumah-rumah warga yang sudah dibantu proses renovasinya oleh Tzu Chi. Yang sedikit mereka herankan adalah begitu banyak anak muda yang di pukul 9-an pagi, masih tidur dengan pulas. Yang mana normalnya, di jam itu seharusnya mereka sedang beraktivitas.
“Jadi warga sekitar sini memang pekerjaannya nelayan. Mereka melaut di malam hari, menjual hasil tangkapan laut mereka di pagi hari, dan baru beristirahat di siang hari. Semakin cepat mereka selesai berjualan, semakin cepat pula mereka bisa pulang dan istirahat,” jelas relawan pendamping, “jadi jangan kaget kalau ketika kita bertamu siang-siang, mereka malah sedang tidur. Itu bukan berarti mereka malas ya, tapi pola istirahat mereka menyesuaikan dengan pekerjaan yang memang jam-nya terbalik dengan kita.”
Para siswa menyusuri wilayah sekitar dan melihat langsung kondisi masyarakat kurang mampu dengan rumah kurang layak yang sebagian besar bematapencaharian sebagai nelayan.
Penjelasan itu membuat para siswa yang dibagi menjadi beberapa grup untuk melakukan kunjungan kasih mengerti betul tentang ketekunan. Begitu juga penilaian mereka terhadap para relawan Tzu Chi yang tekun serta dengan segenap hati meluangkan waktu untuk mendampingi warga Kamal Muara. Relawan dengan baik merawat hubungan yang sudah terjalin lama di Kamal Muara hingga kini warga Kamal Muara sangat senang menyambut berbagai kegiatan maupun kunjungan yang dilakukan oleh Tzu Chi.
“Saya terkesan sekali dengan keramahan warga di sini. Walaupun kondisi rumah mereka sangat tidak memadai, tetapi raut muka mereka tetap ada senyuman dan sangat senang menyambut kedatangan kami,” ucap Kuo Yun San merasakan sendiri sapaan hangat dari warga.
Malalui kunjungan ini pula, ia menjadi paham tentang makna berpuas diri karena banyak melihat orang yang lebih kekurangan segalanya dibanding dengan dirinya, baik tempat tinggal, lingkungan, makanan, sekolah, pendapatan, dan lainnya.
“Saya jadi mengerti betul apa itu menghargai berkah dan bersyukur. Benar-benar kali ini saya mengerti apa yang diajarkan Tzu Chi kepada kami,” tegasnya, “Intinya saya senang sekali bisa merasakan pengalaman ini karena di Taiwan kami hanya sekolah di Tzu Chi dan belum ada kesempatan merasakan kegiatan seperti ini. Di sini kami dapat masuk ke dalam kehidupan warga, bukan untuk bermain dan melihat dari permukaan, tetapi benar-benar mendalami dan memperhatikan kehidupan mereka.”
Agus (kaos putih) bersukacita menerima kehadiran para siswa yang mengunjungi rumahnya. Agus merupakan salah satu penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi di Kamal Muara. Kini rumahnya ditata begitu rapi dan dirawat dengan sangat baik.
Kuo Hsiang Yu, siswa lainnya juga merasa tergerak dengan kondisi warga, terlebih ketika mendengar bahwa genangan air setinggi lutut bisa datang kapan saja ke rumah mereka karena kondisi rumah yang rendah. “Saya tadi juga dengar dari Shigu (panggilan kepada relawan wanita yang lebih tua), penduduk di sini juga kadang digigit tikus ketika sedang tidur. Menurut saya mereka bukan hanya sangat terbatas dari segi material, tetapi pasti batin mereka juga sangat tertekan,” papar Kuo Hsiang Yu bersimpati.
Namun di samping itu, ia sangat mengapresiasi keramahan dan rasa gotong royong, maupun saling membantu dari para warga. Itulah hal yang sungguh ia pelajari dari kunjungan ini, sikap kepedulian antar-sesama, berpuas diri, bersyukur, dan menghargai berkah.
“Saya jadi menyadari dan merasa bahwa apa yang diberikan oleh keluarga saya sudah sangat banyak dan cukup, sehingga saya tidak boleh meminta lebih lagi, karena masih banyak orang yang lebih sulit,” kata Kuo Hsiang Yu.
“Terima kasih sudah memberikan kesempatan berharga ini sehingga saya bisa belajar sesuatu yang tidak saya dapatkan dari buku pelajaran di sekolah,” tambahnya.
Memahami Kehidupan
Selama 10 hari (28 Juli – 6 Agustus 2023), para siswa dan mahasiswa Tzu Chi di Taiwan turun langsung mengikuti kegiatan kerelawanan di Tzu Chi di Indonesia, yang mana selama ini mereka hanya mendengar ceritanya saja. Pada Sabtu (29/7/23) lalu, mereka mengunjungi rumah penerima bantuan bedah rumah di Kamal Muara, melakukan kunjungan kasih, dan ikut membagikan 1.200 paket sembako kepada warga di sana.
Lin Hsiao ying, Direktur Urusan Akademik Tainan Tzu Chi Senior High School (kiri – memakai rompi Tzu Chi) mendengar penjelasan dari relawan tentang wilayah Kamal Muara. Sementara itu warga dengan ramah menyapa rombongan siswa yang berjalan melewati rumah mereka.
Lin Hsiao ying, Direktur Urusan Akademik Tainan Tzu Chi Senior High School yang mendampingi mereka menjelaskan bahwa kunjungan ini dilakukan bertepatan dengan liburan musim panas di Taiwan. Para siswa diajak untuk merasakan sendiri pengalaman baru melalui kunjungan bertajuk: Kelas Pendidikan Kehidupan. Di mana mereka mengagendakan kunjungan ke luar negeri untuk pertukaran budaya dan pembelajaran pengalaman pendidikan, mengikuti relawan lokal, serta memahami bagaimana terjun dalam pelayanan.
“Biasanya kami hanya mendengar cerita dari relawan Tzu Chi. Nah melalui kelas ini, kami terjun langsung ke lapangan dan mengalaminya sendiri. Nantinya kami akan membawa pengalaman ini kembali ke sekolah untuk dibagikan dan menerapkan berbagai pelajaran berharga yang kami dapat di sana,” papar Lin Hsiao ying.
Para siswa juga menyempatkan diri melakukan kunjungan kasih ke rumah seorang warga dan menyempatkan diri berbincang dengan mereka.
Pada kesempatan ini, para siswa dan mahasiswa juga turut membantu pembagian 1.200 paket sembako kepada warga Kamal Muara.
Lebih dari sekedar studytour, Kelas Pendidikan Kehidupan memiliki tujuan yang lebih dalam untuk membangkitkan jiwa welas asih dalam diri setiap siswa. Seperti kata Master Cheng Yen, ketika turun langsung ke lapangan, baru bisa merasakan apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat.
Bukan hanya siswa, Lin Hsiao ying pun seakan turut belajar dan melihat hal lain dalam kunjungan ini. “Ketika kami menginjakkan kaki di rumah kayu yang rapuh atau miring itu, saya rasa kondisinya sangat buruk,” ucapnya.
Ia juga salut dengan ketulusan relawan yang bisa menemukan masyarakat yang benar-benar membutuhkan di antara begitu banyak warga dan memberikan bantuan yang tepat sasaran.
“Para relawan juga begitu memperhatikan mereka dan para penerima bantuan sangat terharu juga bahagia. Hati para relawan seakan terasa begitu dekat dengan hati para penerima bantuan. Ini adalah contoh kepedulian dan welas asih yang sangat nyata untuk para siswa,” terang Lin Hsiao ying.
Anie Widjaja, Ketua relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 2 membantuu seorang penerima bantuan mengangkat beras. Dari kunjungan ini, Anie mengaku terinspirasi dan ingin mengajak keluarganya mengunjungi Kamal Muara suatu saat nanti.
Turut mendampingi para siswa berkeliling Kamal Muara, Anie Widjaja, Ketua relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Utara 2 menilai harusnya ia pun bisa membawa anak atau kerabat untuk berkunjung ke Kamal Muara untuk berbagai dan melihat sendiri kehidupan lingkungan sekitar. Ia menjadi terinspirasi untuk membuat kegiatan serupa.
“Kegiatan ini juga menjadi contoh untuk kami ya. Ingin satu saat bawa anak ke sini, lihat langsung, rasakan langsung sehingga rasa syukur dan kepedulian mereka bisa timbul. Jadi suatu saat mereka bisa dengan ringan tangan mau membantu orang lain,” kata Anie, “Karena kan mungkin anak-anak saya atau anak relawan lain itu ada yang masih menuntut untuk dikasih ini, itu, banyak hal. Mungkin juga ada yang minta wajib punya rumah bagus dan lain-lain. Tapi kalau lihat kehidupan di sini, mereka bisa timbul rasa syukurnya. Bahwa, ‘Oh orang tua saya ini sudah memberikan yang terbaik untuk saya loh.’”
Anie juga berharap hati para siswa dan mahasiswa ini tersentuh sehingga mau membantu sesama di tengah kondisi masyarakat yang terlalu individual. “Dengan kita melihat yang menderita, baru timbul welas asih. Semoga mereka mendapat hal yang berharga dari kunjungan ini,” harap Anie.
Editor: Khusnul Khotimah