Sebanyak 27 relawan komunitas He Qi Pusat mendampingi 12 murid Qing Zi Ban dan 5 murid Tzu Shao Ban di Kelas Budi Pekerti pada Minggu, 10 Desember 2023.
“Beratapkan langit dan beralaskan Bumi yang sama, sesama manusia hendaknya saling menyayangi, membantu, saling mendukung satu sama lainnya, mengoptimalkan kehidupan yang bijaksana dalam kebersamaan cinta kasih universal yang merangkul alam semesta beserta isinya”. Inilah yang senantiasa menjadi arahan pengajaran dalam tema Pendidikan Pelestarian Lingkungan yang diangkat pada Kelas Budi Pekerti yang dilaksanakan pada awal Desember 2023.
“Misi pelestarian lingkungan menyelamatkan Bumi. Jika Bumi selamat, manusia barulah dapat hidup aman dan tentram. Dengan menyayangi alam semesta, semua orang akan hidup aman sejahtera. Upaya menyayangi bumi harus dimulai dari tindakan nyata setiap orang,” ucap Maria Fintje (Daai Mama) memberikan sepenggal pesan kepada murid-murid Tzu Shao Ban.
Agar para murid dapat turut terlibat merasakan bagaimana kondisi alam saat ini, maka diberikanlah tayangan durasi pendek yang berjudul Jika Alam Bisa Berbicara, Diam dan Dengarlah, Peristiwa Gempa Cianjur, Tsunami Palu pada kelas Tzu Shao.
Alvino Uaryasatya di dampingi Alexander (Daai Papa) mambacakan kata perenungan Master Cheng Yen favoritnya.
Selain dari pemaparan lisan dan interaksi dua arah dalam praktik mengalami, Kelas Budi Pekerti He Qi Pusat pada Minggu 10 Desember 2023 juga memberikan materi dengan penyampaian lebih banyak tayangan video. Mereka juga mendiskusikan beberapa pertanyaan, di antaranya para murid diminta mengemukakan perbuatan apa saja yang merusak Bumi yang berasal dari keserakahan manusia. “Polutan yang berasal dari asap kendaraan maupun industry,” jawab Alvino.
Selain aktif dalam kelas, Alvino juga selalu berusaha mempraktikkan apa yang telah diajarkan selama bimbingan di Kelas Budi Pekerti perihal mengurangi beban Bumi. “Ama (Nenek) juga selalu bilang bawa botol air minum sendiri dari rumah. Saya juga sering menggunakan transportasi umum kalau berpergian, juga membawa kantong belanja sendiri saat pergi berbelanja,” ungkapnya.
Alvino Uaryasatya (14), merupakan Grup Zi Zu 3 – Tzu Shao Ban. Ia telah mengikuti Kelas Budi Pekerti He Qi Pusat sejak lama. Alvino bergabung sejak usia kelas Qing Zi, membagikan kesan yang didapat dan dialaminya. “Di sini dapat bertemu dengan berbagai macam teman-teman yang berbeda sikap dan perilaku, meskipun demikian, saya tetap berteman tanpa membedakan,” katanya senang.
Daai Mama sedang membawakan materi dan praktik kelompok anak Qing Zi Ban.
Tak jauh berbeda dengan kelas Tzu Shao Ban, kelas Qing Zi Ban juga menyaksikan tayangan video berjudul Petualangan Xiao Li Zi-Menghargai Berkah dan Mengubah Sampah Menjadi Pusaka. Melalui tayangan itu, murid-murid Qing Zi Ban bersama orang tuanya, diajak untuk merenungkan kembali barang-barang yang pernah ada selama ini, berapa jumlahnya dan berapa kali pemakaian barang tersebut. Apakah sekali pakai? Lalu, lebih cenderung kepada keinginan ataukah kebutuhan? Khususnya barang-barang ketika menjelang hari raya.
“Melestarikan lingkungan dengan mendaur ulang sampah menurut saya langkah yang bagus. Pengajarannya simple dan bermanfaat, serta mudah dimengerti oleh anak-anak,” ujar Che Hui, Mama Kenzou Sutiono (8) Grup Shan Jie – Qing Zi Ban.
Dengan sosialisasi dan edukasi yang sederhana namun secara berkala ini, relawan memang ingin meningkatkan kesadaran untuk melestarikan lingkungan dalam diri anak-anak. Terlebih mereka merupakan generasi yang melanjutkan masa depan di masa mendatang. Maka demi masa depan Bumi yang lebih baik, sudah seharus generasi muda bisa paham betul bagaimana melestarikan lingkungan sehingga Bumi bisa berada di tangan yang tepat, yakni di tangan mereka yang bisa menjaga dan melestarikannya.
Editor: Metta Wulandari