Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat mengadakan kelas bimbingan budi pekerti yang dilaksanakan pada Minggu, 10 November 2024 di Gedung DAAI, Tzu Chi Center, PIK. salah satu pesertanya adalah Vimala Araya Sandjaja bersama ibunya, Eka Ratnawati yang sedang mengikuti bersama sesi permainan.
Sebanyak 27 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat mengadakan kelas bimbingan budi pekerti yang dilaksanakan pada Minggu, 10 November 2024 di Gedung DAAI, Tzu Chi Center, PIK. Sebanyak 24 murid (14 murid Tzu Shao Ban, 10 murid Qing Zi Ban-Besar) mengikuti pembelajaran bertemakan pendidikan jasmani dan menghargai kehidupan.
Pada kelas Qing Zi Ban-Besar, para murid bersama orang tuanya akan melakukan permainan menjahit menggunakan satu tangan. Setiap kelompok akan diberikan sebuah kertas berbentuk manusia dan akan dikaitkan dengan jahitan benang dan jarum. Permainan ini bertujuan untuk mendekatkan hubungan antara orang tua dengan anak. Selain itu juga untuk memahami bagaimana untuk mengatasi kesulitan dari keterbatasan fisik. Untuk menyelesaikan suatu masalah, diperlukan kerja sama yang baik, kesabaran, dan mengembangkan potensi yang ada.
Pada kelas Qing Zi Ban-Besar, murid bersama orang tuanya masing-masing melakukan permainan menjahit menggunakan satu tangan.
Vimala Araya Sandjaja bersama ibunya Eka Ratnawati terlihat begitu senang mengikuti sesi permainan. “Saya senang sekali dapat kesempatan untuk main games bersama anak. Kami harus menyatukan potongan kertas untuk membuat orang dengan jarum serta benang dan hanya boleh menggunakan satu tangan. Dengan keterbatasan tangan dan waktu, kami harus menyelesaikan games ini. Butuh kerja sama, kekompakan, dan strategi,” ungkap Eka Ratnawati.
Eka Ratnawati juga memetik hikmah dari permainan yang ia ikuti bersama anaknya. Mereka berdua pun bisa menyelesaikan sesuatu walaupun dengan keterbatasan jika ada semangat dan kerja sama. “Games ini mengingatkan kami untuk bersyukur karena memiliki dua tangan yang lengkap sehingga lebih mudah untuk melakukan apapun,” ujarnya.
Brigitte Sukhitaradevi Saputra bersama teman-teman sekelasnya dalam sesi sharing tentang apa yang didapat dalam kegiatan kelas bimbingan budi pekerti kali ini.
Pada sesi sharing, salah satu murid kelas budi pekerti Brigitte Sukhitaradevi Saputra (7) juga mengungkapkan kesannya bisa bermain dan belajar bersama teman-teman sekelasnya. “Seru, bisa main sama Mika ditemani papa dan mama. Tadi menonton tayangan terharu, sedih karena melihat orang tidak punya kaki, tangan yang lengkap tetapi bisa menulis, mengambar, bermain piano, menghibur orang,” ujarnya.
Brigitte Sukhitaradevi Saputra juga mengungkapkan dari tayangan video inspiratif ia jadi tau untuk lebih bersyukur dan menggunakan kedua tangan, kakinya untuk hal baik. “Pergi ke wihara, memberi makan anjing, kucing jalanan supaya mereka tidak kelaparan, menyayangi hewan, berberes-beres tempat tidur, membantu menyapu, membereskan mainan dan sepatunya sendiri agar kamarnya terlihat rapi,” ungkap Brigitte Sukhitaradevi Saputra.
Monik (41), orang tua dari Brigitte Sukhitaradevi Saputra berharap dengan mengikuti kelas budi pekerti ini anaknya dapat mengetahui tata krama, budi pekerti, moral yang baik, dan nilai-nilai kebaikan sejak kecil. “Semoga Brigitte menjadi anak yang baik dan membanggakan orang tua,” harapnya.
Setelah menyaksikan tayangan kisah inspiratif Cahaya Mentari Kehidupan, para murid kelas Tzu Shao akan diminta untuk berbagi apa yang didapatkan dalam sesi sharing.
Dalam kegiatan ini, setiap murid di kelas Tzu Shao juga diminta menuliskan pertanyaan tentang kondisi yang tidak menyenangkan yang pernah mereka alami. Hal ini dilakukan untuk menyampaikan pembelajaran bahwasanya dalam kehidupan pasti tidak bisa terhindari dari bertemu hal yang tidak sesuai dengan keinginan yang dapat membuat kita bersedih dan bersusah hati serta cara untuk mengatasi masalah tersebut.
Bagi Kyra Caroline Priwibowo (13), dengan mengikuti kelas bimbingan budi pekerti, ia semakin dapat memahami untuk lebih bersikap optimis dalam menghadapi kesulitan, menggunakan pikiran yang positif menyikapi segala sesuatu. “Dengan bertemu, melihat di kelas yang isinya teman berbeda-beda, saya belajar memahami, mengerti dan bagaimana cara agar bisa berkomunikasi, berinteraksi dengan mereka,” ujarnya.
Selain para murid ada juga Sarah relawan yang baru pertama kalinya ia ikut bersumbangsih membantu membawakan sesi games di kegiatan kelas bimbingan budi pekerti komunitas He Qi Pusat. “Ini adalah pertama kalinya saya di kelas ini, ada perasaan deg-degan tentunya. Tetapi Shigu mendampingi dan memotivasi saya terus jadi saya bisa menghadapinya. Senang, dapat melihat anak dan orang tua yang merespon aktif dalam mengikuti permainan tersebut. Juga tingkah laku anak-anak yang lucu, membuat saya tertawa,” ujarnya.
Editor: Arimami Suryo A.