Memanfaatkan Keahlian untuk Bersumbangsih Bagi Tzu Chi Hospital

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari


Like Hermansyah bersama relawan lainnya berkumpul di rumah Lie Fa Lie di daerah Pluit, Jakarta Utara untuk membuat pola dan memotong linen. Nantinya hasil potongan tersebut didistribusikan kepada relawan lainnya untuk dijahit.

Sukacita menyambut hadirnya Tzu Chi Hospital datang dari seluruh lapisan relawan Tzu Chi. Hal itu terlihat dari semakin dekat waktu pembukaan (bulan April 2021), relawan juga semakin bersemangat mendukung berbagai hal yang kiranya dibutuhkan oleh rumah sakit berskala besar pertama yang dibangun Tzu Chi di luar Taiwan ini.

Dari berbagai kebutuhan Tzu Chi Hospital yang beragam, relawan mendapatkan dan menerima satu ladang berkah, yakni mempersiapkan potongan, perlengkapan bahan, atau linen-linen untuk Tzu Chi Hospital. Ada doek untuk operasi mata, doek kaki, alas kaki pasien operasi, dan masih banyak lagi. Doek adalah alas yang terbuat dari beberapa helai kain yang berlubang ditengahnya dengan ukuran tertentu, yang biasa digunakan untuk di ruang operasi). Dalan fase pertama ini, Like Hermansyah (PIC kegiatan) membagikan catatan yang menuliskan ada sekitar 66 jenis linen yang akan dijahit oleh relawan.

“Awalnya saya ceritakan ke Ibu Su Mei (Liu Su Mei – Ketua Tzu Chi Indonesia) bahwa saya paham dan punya pengalaman dalam usaha garmen sehingga apabila dibutuhkan untuk membantu – terutama untuk menjahit linen-linen di Tzu Chi Hospital, saya mau membantu,” ucap Like Hermansyah.


Lie Fa Lie menjahit linen sarung pembungkus kaki yang akan digunakan sebagai contoh bagi relawan lainnya.

Like Hermansyah menceritakan bahwa sejak akhir 2018 ia sudah memutuskan untuk pensiun dari usahanya tersebut, namun tentu ilmu dan pengalamannya tidak begitu saja berakhir dengan sia-sia. “Ya saya pikir, apa lagi ya yang bisa saya kontribusikan bagi Tzu Chi? Ternyata ada juga yang sesuai dengan kebisaan saya (menjahit), jadi saya genggam kesempatan yang ada,” papar Like, panggilan akrabnya.

Tak berjalan sendiri, Like juga menularkan semangat dan sukacitanya menyambut Tzu Chi Hospital kepada relawan lainnya. Untuk sementara ini ada beberapa relawan yang turut ikut menjahit, di antaranya: Lie Fa Lie, Lai Lim Kiong, dan Jessica Nalasetya. Relawan lainnya seperti Fong Jie Tju, Shanty, dan Lany Mulyana juga ikut datang membantu proses pemotongan kain.

“Sangat bahagia, di sini saya merasa itulah yang selalu saya syukuri bahwa di dalam keluarga besar Tzu Chi, kita mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari teman-teman relawan. Tersentuh juga karena mereka antusias melihat ladang berkah ini, mereka ada rasa empati, cinta kasih, kepedulian, dan rasa memiliki sehingga mereka mau menggenggam kesempatan untuk mendukung Tzu Chi Hospital,” ungkap Like.

Menerima Ladang Berkah dengan Sukacita


Di lantai dua rumahnya di daerah Jembatan V, Jakarta Barat, Lai Lim Kiong biasa menghabiskan waktu untuk menjahit linen-linen untuk Tzu Chi Hospital.

“Saya nggak nolaklah, karena kan saya juga bisa jahit ya. Jadi kalau Like Shijie minta bikinin contoh, ya kalau saya bisa, saya jahitin,” kata Lie Fa Lie, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2.

Lie Fa Lie yang saat ini mempunyai usaha konveksi di rumahnya merasa senang karena bisa berkontribusi untuk Tzu Chi Hospital. Apalagi saat pandemi, usahanya konveksinya pun sepi karena sementara ini tidak ada order untuk menjahit seragam perkantoran maupun seragam sekolah. Dengan adanya kegiatan di rumahnya, ia bisa memanfaatkan berbagai alat dan keahliannya untuk Tzu Chi Hospital.

“Awalnya Like Shijie bilang mau gunting (bahan) di rumah saya, karena saya kan sehari-hari ada bikin seragam jadi ada meja gede. Saya rasa senang sekali karena kita kan relawan Tzu Chi, kalau memang ada perlu apa, saya bisa bantu ya pasti ikut bantu,” lanjut Lie Fa Lie.

Di rumah Lie Fa Lie, di daerah Pluit Jakarta Utara, Selasa 24 November 2020, beberapa relawan mengukur kain dan memotong sesuai keperluan. Lie Fa Lie juga membuat contoh jahitan yang bisa digunakan oleh relawan. Dari sana, potongan-potongan kain tersebut didistribusikan ke relawan lain untuk dijahit.

“Saya ada kebagian jahit yang doek bolong untuk operasi mata,” tutur Lai Lim Kiong, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat di rumahnya, daerah Jembatan V, Jakarta Barat.


Alih-alih meminta karyawan konveksinya untuk menjahit, Lai Lim Kiong memilih mengerjakan semua “pesanan” Like sendiri.

Di lantai dua rumahnyalah, Akiong, ia biasa disapa, biasa menghabiskan waktu untuk menjahit linen-linen untuk Tzu Chi Hospital. Alih-alih meminta karyawan konveksinya untuk menjahit, Akiong memilih mengerjakan semua “pesanan” Like sendiri.

“Itu jahitnya susah-susah gampang, Jie.. karena benangnya nggak boleh keluar, kan buat pasien. Harus halus bagian luarnya, jadi agak lama jahitnya, perlu yang rapi dan teliti. Bisa setengah jam lah (jahit) satunya,” papar Akiong.

Sama seperti Lie Fa Lie, Akiong mengaku tidak menolak ketika Like menghubunginya. Menurutnya, bertemu dan mempunyai kesempatan untuk berbuat baik tidaklah mudah. Sehingga ketika kesempatan itu datang, ia tak mau menyia-nyiakannya.

“Kita nggak boleh nolak, karena ini juga bantu orang banyak nantinya,” tegas Akiong. “Namanya bersumbangsih, mau berapa banyak juga nggak papa. Kalau kerja Tzu Chi kan semua dikerjakan bersama-sama, jadi terasa cepat. Kerja sosial juga nggak usah takut susah, karena pasti ada saja berkah,” lanjutnya yang sudah berkali-kali menerima ladang berkah untuk menjahit berbagai keperluan di Tzu Chi seperti seprai dan sarung bantal untuk Aula Jing Si, hingga kantong sepatu.


Jessica Nalasetya melipat sarung kaki bagi pasien operasi yang sudah selesai ia jahit di rumahnya, di daerah Puri Kembangan, Jakarta Barat.

Akiong pun bersyukur di tengah pandemi, usaha konveksinya masih menerima pesanan yang cukup ramai. “Nggak mengganggu bisnis sama sekali kok, malahan saya senang bisa bersumbangsih, bisa menjalankan misi dari Master Cheng Yen, bisa mendukung dan membatu rumah sakit,” akunya.

Jessica Nalasetya pun sepakat dengan pernyataan Akiong. Tzu Chi Hospital yang akan dibuka pada April 2021 nanti memang perlu dukungan dari seluruh relawan agar nantinya bisa melayani secara maksimal, baik itu dalam segi hardware maupun software. Sehingga ketika Like memberinya ladang berkah untuk menjahit linen kebutuhan rumah sakit, Jessica langsung menerimanya.

“Saya seperti menjalankan hobi saya selama ini,” kata Jessica ketika ditemui sedang menjahit sarung kaki bagi pasien operasi di rumahnya, daerah Puri Kembangan, Jakarta Barat.


Jessica Nalasetya memanfaatkan alat jahit dari usaha konveksinya dulu untuk memudahkannya menyelesaikan menjahit linen-linen keperluan Tzu Chi Hospital.

Sejak kecil, Jessica bercerita bahwa ia sudah senang dengan aktivitas menjahit karena ibunya juga suka menjahit. Hal itu juga yang membawanya menggeluti dunia fashion design. Dulu ia juga sempat membuka bisnis konveksi, namun kini lebih fokus menjahit untuk dirinya sendiri ataupun keluarga. “Jadi ketika ada ladang berkah untuk menjahit, saya langsung mau. Senang sekali rasanya,” ucap Jessica.

Tak hanya menjahit linen kebutuhan Tzu Chi Hospital, Jessica juga ikut serta dalam Pelatihan Relawan Pemerhati Rumah Sakit – seperti ratusan relawan lainnya, yang nantinya akan menjadi software (perangkat lunak) di tengah hardware (perangkat keras) rumah sakit. Dimana pasien akan mempunyai sandaran dan tenaga medis akan mempunyai relawan yang mendampingi pasien.

“Semoga Tzu Chi Hospital bisa berjalan dengan lancar dan relawan nantinya bisa bersumbangsih dengan maksimal,” harap Jessica berdoa.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Memanfaatkan Keahlian untuk Bersumbangsih Bagi Tzu Chi Hospital

Memanfaatkan Keahlian untuk Bersumbangsih Bagi Tzu Chi Hospital

26 November 2020

Sukacita menyambut hadirnya Tzu Chi Hospital datang dari seluruh lapisan relawan Tzu Chi. Hal itu terlihat dari semakin dekat waktu pembukaan, relawan juga semakin bersemangat mendukung berbagai hal yang kiranya dibutuhkan oleh rumah sakit berskala besar pertama yang dibangun Tzu Chi di luar Taiwan ini.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -