Memanfaatkan Tubuh untuk Terus Berbuat Kebajikan
Jurnalis : Adi Kristanto (He Qi Barat 1), Fotografer : Adi Kristanto (He Qi Barat 1)Julian (memakai rompi relawan) alumni SMA Cinta
Kasih Tzu Chi Cengkareng ikut dalam kegiatan baksos kesehatan pelayanan pasien
umum dan gigi. Ia memilih memanfaatkan waktu liburnya untuk berbuat kebajikan.
Suasana yang hening nan sepi kala itu menghadirkan semangat yang penuh kehangatan di antara para relawan. Walaupun harus bangun pagi-pagi dan berkumpul sebelum pukul 5.00 pagi, namun dalam setiap langkah kaki relawan memiliki tujuan yang jelas, yaitu mengikuti kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan oleh He Qi Barat 1 di Desa Muara, Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.
Baksos yang diikuti oleh 110 relawan dengan PIC Robert Shixiong ini memberikan dua macam pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat, yakni kesehatan umum dan gigi. Total masyarakat yang datang pada pelayanan kesehatan umum sebanyak 545 pasien dan pelayanan kesehatan gigi sebanyak 184 pasien.
Tidak Menyia-nyiakan Kesempatan
Elisabeth Gomarga, siswa kelas 11 IPA SMA Cinta
Kasih merasakakn pengalaman pertama ikut dalam kegiatan sosial. Walau awalnya
merasa kesulitan namun ia bisa beradaptasi dengan mudah.
Setiap saat adalah kesempatan yang baik bagi Adi, guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, untuk memberikan pelajaran kehidupan bagi orang di sekitarnya. Dalam baksos ini, Adi juga memanfaatkannya dengan mengajak siswa-siswi di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk ikut berpartisipasi. Ia yakin bahwa kegiatan ini mampu membuat siswa-siswinya memahami tentang prinsip bersyukur, menghormati, dan mencintai.
Berbekal pada keyakinan tersebut, Adi menggunakan sela waktu yang padat dalam kesehariannya untuk menggalang relawan-relawan Tzu shao untuk mengikuti kegiatan tersebut. Walaupun sempat kecewa karena beberapa anak menolak, namun ia berhasil menggalang belasan siswa untuk ikut serta. Salah satunya ialah alumni SMA Cinta Kasih bernama Julian Shan Agung.
Bagi Julian, panggilan Julian Shan Agung, Tzu Chi sudah menjadi rumah kedua bagi dirinya. “Selama bisa bersumbangsih, saya akan berusaha memberikan apa yang bisa saya berikan. Daripada saya di rumah cuma nunggu waktu kuliah dimulai, lebih baik saya menjalin lebih banyak jodoh baik dengan orang lain,” ucap remaja yang sebentar lagi akan melanjutkan studi ke Taiwan ini.
Meski Julian hanya bertugas pengumpul kupon baksos, namun ia sangat bersungguh hati dalam menjalankan tugasnya. Terik matahari tak juga memukul mundur semangatnya untuk terus melayani dan bersumbangsih. Kesempatan untuk berubah dan kepercayaan yang diberikan oleh guru-guru SMA Cinta Kasih telah membuatnya menjadi seseorang yang baru.
Pengalaman Pertama yang Mengesankan
Berbeda dengan Julian, Elisabeth Gomarga, siswa kelas 11 IPA SMA Cinta Kasih, sama sekali tidak pernah mengikuti kegiatan seperti ini sebelumnya. “Pertama, saya penasaran tentang pekerjaan di bidang farmasi. Kemudian dipikir-pikir dibandingkan kita buang waktu dengan hal yang tidak bermanfaat lebih baik kita mengisi dengan acara yang seru dan juga berguna,” ujar salah satu anggota OSIS SMA ini.
Di kesempatan itu Eli dipercaya untuk membantu relawan di bagian apoteker. Awalnya ia merasa kesulitan, terutama ketika harus membaca tulisan dokter yang sulit terbaca olehnya. Ditambah lagi kondisi ruangan yang ramai membuatnya bingung, namun setelah menenangkan diri ia bisa dengan mudah menyesuaikan diri. “Besok-besok kalau ada kegiatan seperti ini, saya ingin ikut lagi. Kalau bisa, saya mau mengajak teman-teman saya untuk berkegiatan bersama, jadi kami bisa bertumbuh dan belajar bareng,” cerita Eli dengan senyum kegembiraan di sudut bibirnya.
Sukacita Tumbuh Seiring Waktu
Linda Puspitawati merasa sukacita bisa ikut
dalam baksos. Ke depannya, Linda juga ingin mengenggam waktu bersumbangsih
lebih banyak lagi.
Selain kisah dua anak di atas, juga terselip kisah Linda Puspitawati, siswa 12 AP2 SMK Cinta Kasih yang berusaha mengobati rasa penyesalan atas meninggalnya sang nenek. Di bawah dorongan relawan pemerhati pendidikan Nelly Shijie, Linda berusaha mencoba membuka hatinya dengan berbagi kebaikan dengan orang lain.
Linda sendiri bahkan tidak menyangka bisa bangun pagi dan mengikuti kegiatan. Awalnya ia berpikir kegiatan ini akan membosankan, melelahkan, bahkan hanya kegiatan om dan tante yang membuang waktu. Tapi selama mengikuti kegiatan, ia malah merasakan sukacita dalam berbagi. “Ternyata meski lelah, tapi senang bisa bantuin orang lain, bisa bikin mereka ketawa karena tadi juga ketemu banyak anak-anak,” ujar siswa yang tumbuh besar dalam asuhan sang nenek ini.
Senada dengan kisah siswa lainnya, Linda juga ingin mengenggam waktu bersumbangsih lebih banyak lagi, “ke depannya saya pingin ikut lagi kegiatan lain,” katanya mantap.
Begitulah kisah ketiga anak Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang ikut dalam baksos. Seperti kata Master Cheng Yen, menyadari berkah setelah melihat penderitaan, anak-anak ini mendapatkan pelajaran yang sangat berharga yang mungkin berpengaruh pada cara pandang dan kehidupannya di masa yang akan datang. Semoga dari satu bisa tumbuh menjadi tak terhingga dan menjadi inspirasi bagi yang lain untuk lebih meningkatkan kualitas nilai kehidupan masing-masing.
Artikel Terkait
Baksos Ke-106 di Sorong: Titik-titik Cinta Kasih di Sorong
05 Mei 2015 Semua relawan Tzu Chi di Sorong bekerja sama dengan baik dan solid, koordinasi yang mereka lalukan pun bagus, sehingga baksos bisa berjalan dengan lancar dan berhasil menangani 77 pasien katarak dan 26 pasien pterygium di hari kedua baksos, 2 Mei 2015.Layanan Kesehatan Usia Senja di Kramat Sentiong
27 Juli 2016Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-145 di Palembang: Mengukir Senyum Seorang Malaikat Kecil
12 November 2024Vira Azzahra, gadis kecil berusia 7 tahun, berjuang melawan hernia sejak usia 5 tahun. Baksos kesehatan Tzu Chi membawa kebahagiaan bagi Vira yang telah menjalani proses operasi.