Memanfaatkan Tubuh Yang Sehat Untuk Kepentingan Dunia
Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Joliana (He Qi Barat) Kondisi rumah M. Untung, Zhao Gu Hu setelah bencana banjir, beberapa atap yang awalnya sudah lusuh kini telah berlubang. |
| |||
Tanggal 27 Januari 2013, kami tim amal He Qi Barat berkumpul di Aula Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi lantai 2 untuk melakukan kegiatan kunjungan kasih pasien kasus. Kali ini kami (relawan Tzu Chi) akan mengunjungi para penerima bantuan yang terkena banjir. Jam belum menunjukkan pukul 8 pagi, tapi para relawan dan beberapa peserta sudah hadir memenuhi ruangan. Acara dibuka oleh Junet Shixiong sebagai pembawa acara. Ketika kegiatan akan dimulai, Junet menjelaskan tujuan diadakannya kegiatan kunjungan kasih hari ini kepada para relawan yang hadir. Sebanyak 40 orang peserta ikut kegiatan kunjungan hari ini, yang terdiri dari para relawan, peserta dari luar yayasan bahkan ikut pula warga yang terkena banjir. Kami membagi peserta menjadi 7 kelompok. Setelah selesai dibagi, kamipun mulai bergerak untuk mengunjungi para Zhao Gu Hu.Kali ini saya dan relawan akan mengunjungi 3 orang Zhao Gu Hu, yaitu M.Untung, Bapak Tatang, dan Megawati. Pasien M. Untung bertempat tinggal di Rawa Buaya. Pada saat terjadi banjir, kondisi rumahnya terkena banjir cukup tinggi 80-90 cm. Saat kami menuju rumah Untung, terlihat sebagian jalan masih digenangi air dan berlumpur. Kondisi rumah Untung pun terlihat menyedihkan, lantainya hancur, disisi atap banyak yang berlubang. Sungguh pemandangan yang miris. Hanya ada satu kamar yang bisa ditempati, itu pun kondisinya sangat memprihatinkan.
Keterangan :
Ketika kami datang, Karmiah, ibunya Untung sedang kurang sehat, ia mengalami demam setelah beberapa hari terkena banjir dan sibuk merapikan rumah. “Pada saat banjir kami sekeluarga sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi ke rumah sodara. M.Untung sendiri saat ini masih batuk pilek”, demikian tutur Karmiah. Pada saat kami memberikan bantuan dana tunai, Karmiah sangat terharu dan mengucapkan banyak terima kasih kepada yayasan karena bantuan yang diberikan dirasakan sangat membantu sekali karena selama masa banjir suaminya pun tidak bisa bekerja otomatis penghasilannya pun tidak ada. Zhao Gu Hu kami yang kedua adalah Megawati dan Veronika, penerima bantuan pendidikan yang tinggal di Pulo Harapan Indah. Pada saat terjadi banjir, rumah mereka digenangi air setinggi 50 – 60 cm. Ketika relawan sedang menuju rumah mereka, tampak di sebagian jalan masih ada genangan air dan lumpur sisa dari bencana banjir. Setelah tiba ditujuan, relawan bercengkerama dengan Megawati dan Veronika, menanyakan kabar terbaru mereka dan bagaimana pelajaran mereka di sekolah. Setelah itu, relawan pun memberikan bantuan untuk keluarga dengan 4 orang anak ini, guna meringankan beban mereka setelah bencana banjir. Terakhir kami mengunjungi pasien pak Tatang yang tinggal di Cengkareng. Pada saat kami datang pak Tatang sedang melakukan cuci ginjal yang dilakukan setiap 4 jam sekali. Saat terjadi banjir, rumah mereka yang berada tidak jauh dari bantaran kali tergenang air setinggi 50 cm. Hal ini karena tanggul di bantaran sudah tidak dapat menahan debit air yang tinggi sehingga mereka pun sempat mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Beruntung, kehidupan mereka yang sederhana membuat mereka menjadi terbiasa untuk tidur dan makan seadanya. Begitu juga dengan kondisi tempat tidur di tempat penampungan yang hanya beralaskan kasur saja. Pak Tatang sendiri saat ini sudah lebih baik kondisinya setelah menjalani operasi Hernia di RSCM 3 bulan yang lalu. Pada saat relawan memberikan bantuan dana tunai, Ibu Tatang menangis terharu, karena selama banjir ini Bu Tatang tidak bisa berjualan es kelapa. Sehingga otomatis tidak ada pemasukan sama sekali. Para relawan yang ikut berkunjung pun merasakan kesedihan yang sama. Banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Jakarta menyisakan kesedihan yang mendalam karena rumah dan harta benda terendam banjir. Pembersihan pasca banjir yang sangat menguras tenaga, mata pencaharianpun berhenti. Sementara penghasilan mereka sangat tergantung pada penghasilan mereka dari hari ke hari. Sungguh miris melihat kondisi kehidupan mereka. Tak terasa air mata pun mengalir. Orang yang memberikan bantuan akan merasakan kedamaian dan ketenangan, sedangkan orang yang menerima bantuan bisa melewati bencana banjir dengan tenang. Sikap ini seolah-olah terlihat bodoh, tapi sesungguhnya menimpan kebijaksanaan. Seperti yang diucapkan oleh Master Cheng Yen, ”Mungkin ada orang yang berpikir dirinya sangat bodoh karena harus menempuh perjalanan yang penuh kesulitan demi membantu orang lain. Daripada bersenang-senang dan mengejar kenikmatan, insan Tzu Chi memilih untuk pergi berkontribusi. Ini semua bergantung pada pola pikir dan arah tujuan kita. Dengan berjalan di jalan yang benar, hati kita akan selalu merasa damai dan tenang. Saat berada dalam kondisi aman dan selamat, kita harus memanfaatkan tubuh ini sebaik mungkin untuk bersumbangsih bagi dunia.” | ||||
Artikel Terkait
Pelantikan Relawan: Membangun Ikrar
05 November 2012 Terlebih jika mereka kemudian “naik kelas” menjadi relawan biru putih, maka sedapat mungkin mereka harus mau memikul tanggung jawab untuk meringankan beban Master Cheng Yen dalam menyucikan hati manusia, menciptakan masyarakat aman dan damai, serta dunia terhindar dari bencana.Aksi solidaritas Relawan Tzu Chi di Lhokseumawe pada Bulan Suci Ramadan
27 April 2021Relawan Tzu Chi Lhokseumawe membagikan paket kebutuhan harian dan dana tanggap darurat kepada 12 kepala keluarga yang mengalami musibah kebakaran di Desa Batuphat Timur, Kecamatan Muara Satu pada Jumat (24/04/2021) malam.
Bulan Tujuh Penuh Berkah di Aula Jing Si
05 September 2016Kegiatan bulan tujuh penuh berkah di Aula Jing Si Tzu Chi Center pada 14 Agustus 2016 diikuti oleh 545 peserta. Para peserta diajak mengelilingi Griya Jing Si untuk melihat apa saja kegiatan Tzu Chi. Para relawan juga menyosialisasikan pola hidup vegetarian.