Memanfaatkan waktu dengan bersumbangsih

Jurnalis : Joliana (He Qi Barat), Fotografer : Joliana (He Qi Barat)
 
 

foto
Shixiong Suherman memberikan sharing mengenai pengalaman hidupnya sebelum bergabung ke Tzu Chi

Kita bisa bersumbangsih karena kita memiliki berkah, kita bisa menolong orang lain karena kita mempunyai kemampuan. Makna kebahagiaan bukan pada keberadaan harta benda, melainkan pada keberadaan cinta kasih dalam hati
Kata Perenungan Master Cheng Yen

 

Ketika waktu menunjukkan pukul 18.50, satu persatu peserta bedah buku mulai berdatangan ke Depo Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi. Hari itu tanggal 19 September 2012, kami melakukan kegiatan bedah buku dengan pembicara Suherman Shixiong  dengan tema  “Memanfaatkan Waktu Dengan Bersumbangsih”.

Di awal acara, Suherman Shixiong  menceritakan  mengenai kehidupannya di masa lalu.
Sebelum berjodoh dengan Tzu Chi, kesehariannya selalu diisi dengan memancing ikan di tengah laut bahkan juga berjudi. Setelah berjodoh dengan Tzu Chi pada bulan Januari 2010, Suherman segera bertekad dengan kesungguhan hati untuk membuang dan melepaskan kebiasaan buruk - memancing dan berjudi - yang hanya membuang waktu dengan sia sia dan melelahkan batin. Suherman pun bergabung dalam misi amal survei kasus Tzu Chi dan langsung memegang tanggung jawab untuk menangani pasien kasus.
 
Pada tahun 2010, tepatnya tanggal 26 Juni, Suherman mengunjungi seorang pasien yang bernama  Pahar Adzin Dzhaki yang berusia 4.5 tahun. Pahar Adzin Dzhaki menderita penyakit TBC paru dan TBC tulang. Sudah 5 bulan lamanya ia menderita penyakit tersebut. Pada saat dikunjungi, Pahar Adzin Dzhaki mengatakan jika dirinya selalu gelisah karena sakitnya. Di kala malam ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Selain itu, dirinya juga tidak nafsu makan dan tidak bisa berdiri.  Tidak hanya itu, mangkok engsel tulang paha kiri atas Pahar Adzin Dzhaki harus di operasi dan diganti dengan imitasi karena tumbuh kembangnya sudah maksimal.

Di kasus pertama ini, Suherman Shixiong  merasa sangat tersentuh dan sekaligus bersyukur karena sampai saat itu dia masih diberkahi kesehatan. Sejak saat itulah dia terus bertekad untuk tetap di jalan Master dan menjalani Tzu Chi dengan ketulusan dan kesungguhan hati.

Selanjutnya Suherman Shixiong  segera bergabung dalam baksos Tim Tanggap Darurat erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, lahar dingin Magelang, baksos kesehatan dalam dan luar kota, baksos angin puting beliung Pulau Harapan dan baksos NTT Waingapu dan lain lain.

Dalam Bersumbangsih Suherman merasakan kebahagiaan yang luar biasa walaupun melakukan sampai larut malam  bahkan sampai pagi baru bisa istirahat.Sekali lagi Suherman mengatakan jika dirinya merasa bahagia setelah melakukan ini semua dibandingkan masa lalu dimana hanya kebahagiaan semu. Kebahagiaan saat bersumbangsih adalah kebahagiaan yang sesungguhnya,yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.  Karena terlalu bahagianya jika ada kegiatan ia berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya, karena ini adalah kesempatan ia untuk melatih diri dan bersumbangsih.

Pada sesi berikutnya, saya pun juga mendapat kesempatan untuk berbagi cerita dengan teman-teman. Ketika maju ke depan mimbar, perasaan senang bercampur deg-degan, tapi niat untuk berbagi dan menginspirasi orang lain membuat saya menyetujui untuk mau tampil.

Pertama-tama saya memperkenalkan diri, nama saya Joliana Shijie relawan He Qi Barat Xie Lie Kebun Jeruk 2. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Dalam kesempatan tersebut, saya menceritakan mengenai kehidupan masa kecil saya. Kehidupan masa kecil saya tidak seperti anak lainnya yang memiliki orang tua lengkap, karena pada saat saya berusia dua belas tahun dan adik saya berumur lima tahun, saya ditinggal papa saya. Sehingga mama saya harus membanting tulang untuk menghidupi keluarga kami  sebagai tulang punggung.

foto   foto

Keterangan :

  • Depo pelestarian lingkungan Duri kosambi digunakan tidak hanya untuk para relawan membersihkan sampah tetapi juga tempat berkumpul untuk sama-sama belajr dharma Master Cheng Yen (kiri).
  • Dalam acara bedah buku ini, selain Suherman, Joliana juga memberikan sharing mengenai kisahnya sampai berjodoh dengan Tzu Chi (kanan).

Hidup saat itu pas-pasan. Hari-hari kami lalui dengan sekolah, membantu mama dagang, membantu pekerjaan rumah. Mama selalu menasehati kami (anak-anaknya) agar sekolah yang rajin sehingga suatu saat bisa dapat pekerjaan yang layak dan  hidup harus jujur. Bila teman-teman saya bisa ganti tas, sepatu, baju, peralatan sekolah baru, sementara saya harus puas dengan peralatan yang sama setiap tahunnya. Sampai tas, sepatu dan peralatan lainnya tidak bisa dipakai baru diganti. Makan juga secukupnya dan seadanya. Tapi kami tidak pernah mengeluh. Saya  tidak pernah merasa sedih dengan keadaan saya, saya hanya berpikir bahwa saya kurang mampu dan harus lebih bekerja keras dibandingkan dengan teman-teman sebaya saya.

Dengan tekad dan kemauan keras pada akhirnya kami semua  dapat lulus kuliah dan bekerja. Beruntung kehidupan kami lambat laun mengalami kemajuan.  Saya sungguh beruntung atas hidup saya. Saat ini saya sudah menikah dan mempunyai sepasang anak. Kehidupan juga jauh lebih baik, berubah seratus depan puluh derajat dibanding dulu.

Saya lebih bersyukur lagi pada saat saya bisa menjadi salah satu relawan Tzu Chi. Saya mengenal Tzu Chi dari DAAI TV. Saya menjadi relawan Tzu Chi dengan mendaftar melalui website Tzu Chi Indonesia. Setiap saya menonton acara DAAI TV, saya melihat sungguh luar biasa para relawan Tzu Chi, mereka terjun langsung ke daerah yang terkena bencana dan bersumbangsih memberi perhatian kepada pasien dan terlihat bahagia, dan banyak lagi hal yang membuat saya  terinspirasi untuk menjadi relawan. Saat ini saya masih bekerja di satu perusahaan, dikala rekan saya kuatir bila suatu saat mereka di pensiun tidak ada kegiatan. Tapi bagi saya sekarang tidak kuatir lagi, karena saya sudah menemukan tempat dimana tidak ada kata pensiun yaitu menjadi relawan Tzu Chi.

Kegiatan saya pertama kali adalah ikut kegiatan kunjungan kasih pasien kasus pada tanggal 17 April 2011. Dari sana saya mengenal beberapa relawan senior dan saya minta agar diinformasikan setiap kegiatan Tzu Chi di hari Sabtu dan Minggu. Demikian sejak saat itu saya langsung aktif mengikuti setiap kegiatan di hari Sabtu dan Minggu. Saat ini saya aktif di kegiatan survey kasus pasien, kunjungan kasih pasien kasus, panti anak, bedah buku, baksos dan lainnya. Bila ada kesempatan untuk bergabung saya pasti ikut.

Pasien pertama yang saya pegang adalah Astria Aprilia anak perempuan berumur 7 tahun yang mengalami usus bocor. Begitu tim kami melakukan survey ke rumah pasien, sungguh kasihan keadaan anak ini, karena semua kotoran keluar melalui lubang yang ada di perut nya, sehingga tiap kali harus dibersihkan dan ditutup kembali dengan perban dan kantong plastik. Saya juga melihat kondisi rumah nya yang tidak memadai hanya satu kamar dihuni ayah,ibu dan dua anak. Saat ini pasien telah dioperasi dan berhasil dengan baik. Melihat keadaan ini membuat saya bersyukur karena apa yang saya alami di masa kecil tidak lah sebanding dengan kondisi pasien ini.

Semakin hari semakin banyak kegiatan yang saya ikuti, makin membuat saya merasa betapa bersyukurnya saya atas hidup saya. Saya sungguh diberkahi dan saya berjanji untuk menjadi murid Master yang baik. Jalan sudah terbentang di depan mata dan jalinan jodoh baik ini tidak akan saya sia-siakan. Sangat sukar untuk mendapat seorang Guru yang luar biasa.

Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen selalu mengatakan sudah tidak sempat lagi. Hal tersebut dikarenakan Master sudah tidak bisa berhenti dan menunggu kita lagi, maka kita sebagai muridnya harus bisa cepat mengikuti gerak langkah Master. Makin giat bersumbangsih dan menginspirasi orang lain untuk ikut bergabung di barisan relawan Tzu Chi, sehingga Master bisa melihat bahwa usahanya saat ini sungguh luar biasa dan tidak menjadi khawatir lagi. Apa yang saya lakukan saat ini merupakan bentuk ungkapan terima kasih saya atas apa yang saya sudah dapat dalam hidup ini. Saat ini hidup saya sangat bahagia bersama suami dan kedua anak saya yang baik juga mendukung kegiatan saya di Tzu Chi. Sumbangsih saya juga saya limpahkan untuk jasa mama saya atas perjuangannya yang luar biasa sehingga saya bisa seperti sekarang ini.

Semoga dengan cerita dari Suherman Shixiong dan saya  ini bisa menjadi motivasi bagi orang lain  sehingga barisan Tzu Chi akan semakin panjang dan semakin banyak orang berkesempatan melatih diri serta bersumbangsih. Jangan berkecil hati dan takut akan kekurangan kita saat ini, yakin lah bahwa suatu hari bahagiapun kan tiba asal kita mau bekerja keras, bulatkan tekad, jujur, ikhlas dan tulus.

Acara bedah buku pun di lanjutkan dengan isyarat tangan dan ditutup pada pukul 21.05 dengan doa bersama. Sebanyak tiga puluh satu peserta bedah buku pada hari ini pulang dengan membawa semangat dan tekad yang didapat dari sharing pada hari ini.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Memurnikan Hati dan Pikiran

Suara Kasih : Memurnikan Hati dan Pikiran

11 Mei 2011
Kita sungguh harus mengubah pola pikir yang salah dan bertekad untuk giat melatih Empat Sifat Luhur. Untuk mengubah pikiran dan pandangan salah, kita harus berperilaku baik dan berjalan di jalan yang benar..
Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

Mengantar Anak-Anak Menuju Gerbang Kehidupan

08 Oktober 2018

Kamp ini diikuti oleh 264 anak-anak Qin Zi Ban dari 6 wilayah dari Jakarta dan Tangerang. Mereka mendapatkan pelajaran tentang kemandirian, cinta kasih, dan dasar pendidikan moral untuk menuju gerbang kehidupan kelak ketika dewasa.

Dukungan Moril Saat Duka Merundung

Dukungan Moril Saat Duka Merundung

27 Desember 2018
Relawan Tzu Chi menggelar doa bersama di Rumah Duka Boen Tek Bio, Tangerang untuk mengenang Almarhum WS. Teguh Soetrisno, ayah dari Teguh Ika Rohyani, guru budaya humanis SD Cinta Kasih Tzu Chi, dan Teguh Rachmawati, relawan Tzu Chi yang meninggal karena tsunami Selat Sunda.
Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -