Memanfaatkan Waktu untuk Melatih Diri
Jurnalis : Lina N A (He Qi Pusat) , Fotografer : Lianny Lie, Aditya (He Qi Pusat)Peserta menyimak tayangan Master bercerita dengan judul Si Kera Yang Baik Hati. Acara bedah buku ini dipandu Lie Ay Ling.
“Ada ungkapan tubuh adalah sarana untuk melatih diri. Terlahir sebagai manusia dan menyadari bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk melatih diri dengan sebaik mungkin,” demikian yang disampaikan Master Cheng Yen di awal cerita Si Kera yang Baik Hati. Tayangan ini menjadi materi bedah buku Relawan Komunitas Tzu Chi di Xie Li Bogor pada Sabtu, 9 Desember 2023. Dimulai pukul 10.00, bedah buku ini dihadiri 18 relawan Tzu Chi.
Tayangan tersebut menceritakan pelatihan diri seekor kera yang baik hati dan bajik. Kera itu adalah Buddha Sakyamuni dalam salah satu kehidupanNya. Kebaikan si kera yang telah menolong seseorang dibalas dengan tindakan yang melukai si kera. Meskipun sangat berterima kasih atas pertolongan si kera namun kondisi lelah dan lapar membuat pikiran buruk timbul dan mendorongnya untuk berbuat jahat kepada si kera.
Salah satu hal yang juga disampaikan Agus Mulyadi saat membahas materi bedah buku adalah berbuat baik juga perlu bijaksana.
Mitha, sukarelawan cilik bercerita pengalamannya membantu namun mendapat sambutan yang kurang baik.
Kera pun menjauhinya dan memanjat ke atas pohon. Dengan perasaan sedih kera menatap orang tersebut. Si kera tidak membencinya, malah merasa kasihan dengan kebodohan yang ada pada manusia. Si kera berpikir untuk tetap melatih diri dengan melakukan kebaikan kembali. Buah-buah yang ada di pohon tempatnya berpijak dilemparkan kepada orang itu agar bisa dimakan.
“Makna yang bisa diambil ya seperti air susu dibalas air tuba. Sebenarnya apa yang ada di pikiran orang yang telah ditolong itu?” Lie Ay Ling membuka pembahasan cerita dan mengajak relawan mengemukakan pendapatnya.
“Egois, bahwa kita sebagai manusia lebih berpikir untuk diri kita sendiri. Yang penting urusan kita sudah selesai tidak peduli itu menyakitkan dan merugikan orang lain. Hendaknya mengedepankan rasa syukur atas kebaikan yang diterima. Dengan bisa bersyukur,dalam pikiran kita tidak timbul untuk menyakiti. Kita sebaiknya mempunyai pemikiran untuk membalas melakukan kebaikan pada orang tersebut atau orang lain. Membagikan berkah kepada yang lain. Dalam kondisi sulit pun kita belajar berpikiran tenang dan panjang. Dalam cerita karena lapar tanpa pikir panjang memutuskan untuk menyakiti si kera. Coba ia melihat ke atas di sana ada banyak buah yang bisa dimakan. Kadang kita mencari kesimpulan jalan keluar yang cepat untuk kepentingan sendiri tanpa berusaha mencari alternatif yang lebih baik tanpa melukai orang lain.” Sebuah pendapat yang disampaikan Agus Mulyadi.
Memulai jalinan jodohnya dengan Tzu Chi, Juliana (baju hijau) pertama kali ikut acara bedah buku dan berlanjut untuk kedua kalinya.
Segalanya tergantung pada pikiran. Kekuatan baik dan buruk sering bergejolak di dalam hati. Keduanya saling tarik menarik. Di sinilah perlunya latihan untuk menjaga pikiran tetap pada kebaikan. Dalam menghadapi kondisi luar meski terdapat banyak godaan kita harus dapat mempertahankan kebaikan yang ada dalam diri. Sebagaimana yang dilakukan si kera, tetap menolong kembali walau telah dilukai.
“Melihat dari si kera meski dia sudah menolong tapi disakiti. Intinya saya harus tetap berbuat baik tanpa berharap nanti dia akan ada balas lagi seperti apa. Andaikan pun dia balas lagi dengan yang buruk, ya kita sudah melakukan perbuatan baik. Nanti juga kita enggak jera untuk berbuat baik karena nanti balasnya jelek,” ungkap Juliana (relawan kembang) memberikan pendapat melihat sikap si kera yang baik hati.
Saling memberi semangat menjalin jodoh baik untuk belajar bersama.
Dari tayangan Master Bercerita, Lie Ay Ling menyampaikan kesimpulan yang dapat diambil berkaitan dengan relawan sebagai berikut; ”setiap orang adalah guru baik dan yang tidak diundang dalam pelatihan diri. Di dalam berkegiatan sebagai relawan Tzu Chi belajar kebenaran dan melatih diri agar menjadi bijaksana. Master Cheng Yen dalam salah satu kata perenungan mengatakan Orang yang mampu menolong orang lain disebut Bodhisatwa. Dapat memanfaatkan satu hari untuk bersumbangsih, berarti telah menjadi Bodhisatwa selama satu hari. “Ada tiga faktor yang perlu diperhatikan relawan dalam berkegiatan yakni pertama kita benar-benar harus praktik menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan sehingga dapat mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan,” ujarnya.
“Kedua, menjaga keharmonisan dalam dunia yang penuh kejahatan dan kebaikan yang saling tarik menarik. Dan ketiga menjadikan Dharma pedoman dalam berkegiatan tidak hanya di komunitas tapi juga di masyarakat.” Tambah Lie Ay Ling.
Acara bedah buku dibuka dan ditutup dengan memberi pengormatan kepada Buddha dan Master Cheng Yen. Di akhir acara relawan bersama-sama menyanyikan lagu cinta dan damai dilanjutkan dengan foto bersama. Bedah buku selesai pada pukul 12.00 WIB.
Editor: Khusnul Khotimah