Memantapkan Hati di Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Relawan Tzu Chi Batam, Fotografer : Relawan Tzu Chi Batam
 

fotoSambil berikrar, para relawan menyanyikan lagu "Hidup Dalam Semangat Bodhicitta”.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Batam mengadakan pelatihan relawan pada 15 Desember 2009. Ada 3 narasumber asal Taiwan yang sharing tentang mengalang dana dan hati untuk menginspirasi para pengusaha. Dengan demikian, maka akan semakin banyak orang yang memiliki hati Bodhisatwa.

 


Di akhir acara, para pengusaha naik ke atas panggung untuk sharing. Beberapa di antaranya bahkan bertekad untuk menjadi ”rong dong” (Anggota Komite Kehormatan Tzu Chi).

Saat itu langit mendung, dan pukul 6.30 sore turun hujan. Relawan sempat merasa khawatir jika tak ada yang datang ke acara pelatihan ini. Tak disangka, ternyata hujan sama sekali tidak menghambat keinginan besar relawan untuk mendengarkan Dharma. Ada 88 orang yang mengikuti pelatihan ini.

Kisah yang Menginspirasi
Tiga narasumber asal Taiwan dan 2 dari Jakarta tiba di Batam sejak jam 3 sore. Para narasumber menganggap penting perjodohan ini dengan membagi pengalaman mereka, berharap para relawan yang ikut dalam pelatihan ini semakin mantap melangkah di jalan Bodhisatwa. ”Kapal Dharma Tzu Chi sudah berangkat, Master Cheng Yen mengharapkan Dharma harus tetanam di dalam hati. Tidak peduli memegang tiket apa, yang penting harus naik ke kapal ini,” kata salah seorang narasumber. Dengan begitu, para peserta ditekankan untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Setelah mendengar kata-kata ini, maka semakin memantapkan hati dan pikiran para peserta.

foto  foto

Ket : - Setiap relawan dengan teliti mendengarkan sharing dari para narasumber yang berasal dari Taiwan dan               juga Jakarta. (kiri)
           - Para narasumber menganggap penting perjodohan ini dengan membagi pengalaman mereka, berharap               para relawan yang ikut dalam pelatihan ini semakin mantap melangkah di jalan Bodhisatwa. (kanan)

Jam 7 malam pelatihan dimulai. Narasumber pertama adalah Lin Mei Ying. Dia sharing tentang bagaimana caranya mengubah kebiasaan buruk menjadi baik. Sedangkan Huang Jing Yi bercerita bagaimana dia dari sebelumnya yang tidak kaya berubah menjadi ”rong dong” dengan kekayaan batin.

Mendengar kisah ini, banyak peserta yang merasa kagum. Salah satunya adalah Wu Rui Mei, relawan Batam yang merasa malu karena selama ini wataknya kurang baik. Di rumah ia sering marah-marah kepada suami.  Di depan suaminya, Chen Jian Peng, yang juga hadir dalam pelatihan ini, Wu Rui Mei memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta maaf.

Selama ini ia selalu mengeluh bahwa suaminya sangat pelit dan tidak mengizinkannya berbelanja sembarangan. Kini dia baru menyadari bahwa ternyata sang suami bersikap hemat agar bisa menjadi ”rong dong”. Dalam kesempatan ini, sang suami pun menyatakan tekadnya untuk bisa mengajak istri menjadi ”rong dong”.

foto  foto

Ket :   - Setiap relawan bertambah yakin dengan jalan Bodhisatwa Tzu Chi, berikrar seumur hidup di dalam                               semangat Bodhicitta. (kiri)
           - Li Yu Mei bercerita tentang jalan hidupnya dan perubahan sikapnya. Kini Li Yu Mei sudah menjadi anggota               komite, dan juga menjadi seorang yang peduli kepada orang lain. (kanan)

Mengeluh dan Curiga
Salah satu relawan, Li Yu Mei juga bercerita tentang kisah jalan  hidupnya dan perubahan sikapnya. Karena memiliki anak yang cacat, setiap hari dia mengeluh. Jika suaminya pulang malam, dia  langsung curiga sang suami punya affair dengan wanita lain. Hari-harinya dilewati dengan sengsara.  Baru kemudian setelah relawan Tzu Chi Singapura melakukan kunjungan kasih ke rumahnya dan membantunya keluar dari kepedihan, maka ia pun bisa pulih hidupnya.

Kini Li Yu Mei sudah menjadi anggota komite, dan juga menjadi seorang yang peduli kepada orang lain. Sang suami, Xie Jun Bo, yang turut hadir berkata bahwa tidak peduli sang istri berikrar apapun, maka dia akan membantu mewujudkannya.

Cai Xiu Ru, relawan Tzu Chi lainnya  juga merasa terharu, bahkan  sampai menangis. Setelah mendengarkan berbagai cerita kehidupan para rekannya malam ini, Cai Xiu Ru bertekad untuk bisa melewati berbagai rintangan, dan secepatnya naik ke kereta Tzu Chi.

Pelatihan hari ini berlangsung sukses. Setelah 2 jam pelajaran, telah berhasil menggalang 5 ”rong dong”. Setiap relawan bertambah yakin dengan jalan Bodhisatwa Tzu Chi, berikrar seumur hidup di dalam semangat Bodhicitta.

 
 

Artikel Terkait

Memperdalam Budaya Humanis Lewat Tzu Chi Cup Chinese Competition

Memperdalam Budaya Humanis Lewat Tzu Chi Cup Chinese Competition

22 November 2022

Sabtu, 19 November 2022 Chinese Departement di Tzu Chi School mengadakan Tzu Chi Cup Chinese Competition untuk pertama kalinya. Lomba ini diikuti oleh 53 siswa kelas 7 hingga 12 dari berbagai sekolah di Jakarta, Batam, juga Medan.

Sukacita di Usia Senja

Sukacita di Usia Senja

22 Februari 2017

Kebahagiaan nenek usia 80 tahun di Tegal Alur, Jakarta Barat ini bukan tanpa alasan. Pasalnya di usia senjanya ini, ia seperti mengalami titik balik kehidupan. Siti Waspiah yang akrab disapa Bu Dul hidup seorang diri sejak anaknya, Siti Rahayu meninggal pada tahun 2005 silam. Beruntung ada Ferdinand Timotius Hariyadi (57 tahun) dan istri yang membantu merawat Bu Dul sepeninggal Siti Rahayu.

Mewariskan Budaya Bervegetarian

Mewariskan Budaya Bervegetarian

10 Oktober 2011 Menu makan siang hari ini pun siap dan kami segera membawanya ke ruang penyajian untuk disiapkan bagi 10 kelas murid-murid primary. Setelah persiapan pembagian selesai mulailah kami bawa ke lantai 1 dimana kelas anak-anak berada.
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -