Memantapkan Hati Sambil Melatih Diri

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoSharing Stepen Huang dibagi ke dalam dua sesi. Sesi pertama diberikan kepada para karyawan Tzu Chi dan DAAI TV, sedangkan sharing kedua diberikan kepada para relawan Tzu Chi Indonesia.

“Bisa memperoleh sebuah pekerjaan yang tidak menentang hati nurani adalah sebuah berkah,” tutur Stephen Huang, penasehat Tzu Chi Internasional dalam sharingnya di depan para karyawan Tzu Chi dan DAAI TV, Senin, 14 Desember 2009, di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Jakarta. Ia berharap, selain bersyukur para karyawan juga bisa terus memantapkan hati untuk belajar melatih diri.

 

 

Indahnya Jalinan Jodoh
“Saya sering bertanya kepada para karyawan DAAI TV dan Tzu Chi, apakah perbedaan yang mereka rasakan pada saat bekerja di perusahaan lain dengan bekerja di Tzu Chi,” ucap Stephen Huang. Ia menuturkan, sebenarnya jalinan jodoh yang mempertemukan antara para karyawan dengan Tzu Chi adalah sebuah berkah yang harus disyukuri. Mengapa? “Karena kita bekerja di atas doa dari banyak orang,” jelas Stephen.

Ia menjelaskan sebenarnya para karyawan bisa menyucikan hati di tempat kerja, dengan menjadikan Tzu Chi sebagai tempat untuk belajar. “Jadi selain memperoleh pekerjaan dan gaji, kita juga mendapatkan banyak berkah dari doa yang diucapkan oleh seluruh insan Tzu Chi di dunia, maupun mereka yang mendapat bantuan dari Tzu Chi. Karena para penerima bantuan tersebut mengucapkan doa yang tulus, agar para karyawan dan insan Tzu Chi diberikan kekuatan agar bisa terus bekerja membantu masyarakat yang membutuhkan,” tegasnya.

Oleh sebab itu, Stephen berharap para karyawan bisa lebih dalam memahami Tzu Chi, sehingga mereka tidak akan melewatkan sedikit waktu pun untuk bekerja. Karena selain menjadi karyawan, mereka juga sebagai relawan Tzu Chi, sehingga selain bekerja mereka juga bisa berkontribusi bagi masyarakat.

foto  foto

Ket : - Setelah mendengar sharing dari Stephen Huang, penasihat Tzu Chi Internasional, para karyawan DAAI TV             dan Tzu Chi Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan mengenai Tzu Chi                         maupun kendala yang mereka hadapi di dalam pekerjaan. (kiri).
         - Perbedaan bahasa antara para peserta dengan Stephen Huang tidak menjadi kendala. Selain berbagi             pengalaman dalam menyebarkan cinta kasih, Stephen juga memotivasi para kayawan untuk memantapkan             hati dan menggunakan cinta kasih dalam bekerja.

Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, Stephen pernah bekerja sama dengan beberapa organisasi kemanusiaan lain. Namun ketika mengenal Tzu Chi, ia mengaku sangat tersentuh ketika melihat Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi -red) terjun langsung berbuat sesuatu bagi masyarakat. “Tidak seperti pemimpin lain yang hanya memerintah, Master Cheng Yen selalu melakukan terlebih dahulu apa yang ia suruh,” ucap pria yang sudah bergabung selama 20 tahun dengan Tzu Chi ini.

Tidak hanya itu, walaupun Yayasan Buddha Tzu Chi pada dasarnya berawal dari ajaran Buddha, namun pada kenyataanya Master Cheng Yen tidak penah menutup cinta kasihnya untuk seluruh agama, suku, maupun ras. Hati Master Cheng Yen selalu terbuka karena menurutnya, “Asalkan kita memiliki hati welas asih dan mau membantu orang lain, inilah hati insan Tzu Chi.”

Semangat Bodhisatwa
Pada tahun 2001, Stephen Huang pergi ke Afganistan. Ini bukanlah pertama kalinya ia pergi ke sana, karena sebelumnya sekitar tahun 1998, Tzu Chi pernah memberikan bantuan untuk masyarakat di sana. Sesampainya di sana, Stephen melihat beberapa Rupang Buddha hancur karena dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Salah seorang warga bertanya kepadanya apakah ia merasa sedih dan marah karena patung-patung tersebut hancur?

“Saya menjawab tentu saya sedih, tapi bukan karena melihat patung-patung tersebut hancur. Karena sebenarnya patung itu hanyalah sebuah batu. Segala sesuatu yang berwujud pasti bisa rusak atau musnah, namun yang terpenting semangat Bodhisatwa yang terkandung dalam patung tersebut tidak akan pernah musnah,” terang Stephen. Ia juga menambahkan, seperti Master Cheng Yen yang belum pernah datang ke Indonesia, namun semangat cinta kasih yang diberikan oleh beliau dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia melalui tangan-tangan insan Tzu Chi Indonesia.

Selain Master Cheng Yen, Stephen juga mengaku sangat kagum dengan apa yang telah dilakukan oleh Bunda Theresa. Dengan semangat cinta kasihnya, Bunda Theresa mendirikan yayasan kemanusiaan yang peduli terhadap penderitaan masyarakat miskin di dunia. “Master Cheng Yeng pernah berkata, ‘Sumber dari agama itu adalah welas asih. Jadi cinta kasih dan welas asih adalah dasar dari sebuah agama.’ Oleh sebab itu cinta kasih inilah yang harus kita praktikkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Stephen kepada seluruh peserta sharing. 

Karena mayoritas peserta sharing adalah karyawan DAAI TV, Stephen menceritakan bahwa dalam satu bulan biaya operasional DAAI TV Taiwan mencapai 10 miliar Rupiah. “Bukanlah biaya yang sangat murah,” tandasnya. Namun misi Master Cheng Yen untuk menjernihkan hati manusia yang begitu berat ini, perlahan dapat diwujudkan berkat para insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih menggalang hati dan dana.

Mungkin secara kasat mata pengaruh akan tayangan DAAI TV tidak bisa langsung dapat terlihat, namun lama-kelamaan perubahan pola hidup para pemirsa yang menonton DAAI TV akan terlihat. Banyak dari mereka yang merasa tersentuh dengan tayangan dan program yang diberikan. “Dan yang paling penting, dalam diri para pemirsa akan tumbuh rasa syukur dan belajar untuk lebih menghormati orang lain,” tutur Stephen. Dalam sharing ini, Stephen pun tidak lupa untuk memberikan semangat kepada para karyawan, “Lihatlah teman-teman, apa yang telah kalian lakukan bukanlah hal yang kecil, namun sesuatu yang berguna sehingga memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan manusia.”

foto  foto

Ket : - Para peserta sharing terlihat cukup antusias, hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh             mereka.(kiri).
         - Stephen mengingatkan kepada para relawan, karyawan Tzu Chi dan DAAI TV Indonesia untuk bersyukur              karena jalinan jodoh telah mempertemukan mereka dengan Tzu Chi. (kanan)

Bekerja dengan Hati
Di akhir acara, Stephen Huang memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengajukan pertanyaan mengenai pekerjaan maupun Tzu Chi. Imam Bogie, salah satu karyawan DAAI TV menuturkan pengalamannya saat menolak sebuah tawaran pekerjaan di Kuwait, dan memilih DAAI TV. “Saya mendapat tawaran untuk bekerja di Kuwait dengan gaji yang lebih besar dari DAAI TV. Segala sesuatu sudah saya siapkan mulai dari paspor hingga jadwal keberangkatan pun sudah ditetapkan,” ucap Bogie. Namun pada akhirnya Bogie memutuskan untuk tidak meninggalkan DAAI TV, dan menolak pergi ke Kuwait. “Saya tidak tahu apa yang menahan saya di sini, dan saya juga tidak mengerti apakah keputusan yang sudah saya ambil ini tepat atau tidak,” tuturnya.

Mendengar sharing Bogie, Stephen Huang mengucapkan terima kasih karena Bogie memilih untuk tetap di DAAI TV Indonesia, dan menolak pindah meski gaji yang diwarkan jauh lebih besar. “Saya yakin keputusan yang Anda ambil adalah benar. Biasanya stasiun televisi umum membuat program-program yang bertujuan komersil dan menarik perhatian para pemirsanya. Di Taiwan, banyak orang melakukan demonstrasi agar tayangan televisi yang memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak atau generasi muda dihentikan,” terang Stephen.

Stephen menambahkan, saat memberikan bantuan kepada korban gempa di El Salvador, seorang wartawan dari televisi lain ikut serta dalam rombongan Tzu Chi. Setelah selesai meliput, wartawan tersebut mengaku sangat tersentuh dan salut dengan apa yang telah dilakukan oleh Tzu Chi dan tim DAAI TV. “Mereka bilang betapa bahagianya bisa bekerja (meliput-red) tidak berlawanan dengan hati nurani. Berbeda dengan mereka, yang terkadang harus membuat berita yang tidak sesuai dengan hati nurani mereka, yang penuh dengan kekerasan, atau hanya sekedar menarik bagi penonton walaupun kebenarannya masih belum dapat dipertanggungjawabkan,” tuturnya.

Pekerjaan yang tidak sesuai dengan dengan hati nurani, membuat hati tidak tenang. Oleh sebab itu Stephen berpesan, jangan hanya sekadar gaji besar tapi sebaiknya kita harus bekerja sesuai dengan hati nurani kita, “Dengan tidak adanya kemelekatan (materi), hidup kita (akan) menjadi lebih tenang.”

 
 

Artikel Terkait

Berbagi Kasih di Hari Natal

Berbagi Kasih di Hari Natal

10 Desember 2019

Sabtu, 7 Desember 2019, diadakan perayaan Natal Bersama Tzu Chi Biak dengan masyarakat di Desa Binyeri dan Samber, Biak, Papua. Susanto Pirono, Ketua Tzu Chi Biak mengatakan, “Tzu Chi Biak selalu mengedepankan cinta kasih universal dan menjalin keharmonisan antar umat beragama yang diwujudkan melalui kegiatan Buka Puasa Bersama, Waisak Bersama, dan perayaan Natal Bersama.”

 

Bersumbangsih bagi Korban Tsunami di Desa Tarahan, Lampung Selatan

Bersumbangsih bagi Korban Tsunami di Desa Tarahan, Lampung Selatan

11 Februari 2019

Walau sudah lebih dari 1 bulan sejak musibah tsunami terjadi, relawan Tzu Chi Sinar Mas dari Xie Li Downstream Lampung tetap memperhatikan para korban. Kamis, 31 Januari 2019 di Balai Desa Tarahan, relawan memberikan bantuan pangan (sembako), alat cuci dan mandi, peralatan dapur dan makan, peralatan sholat, peralatan sekolah untuk anak, serta selimut, bagi 7 keluarga di Desa Tarahan.

Bersungguh Hati dan Tidak Terpengaruh oleh Kondisi Sekitar

Bersungguh Hati dan Tidak Terpengaruh oleh Kondisi Sekitar

18 Juni 2020

Kelas Budi Pekerti di Komunitas He Qi Utara 2 memulai lagi kegiatan mereka yang terhenti sejak awal Maret 2020 lalu. Kelas perdana secara online ini pun dimulai pada Minggu 14 Juni 2020. Jumlah yang hadir cukup banyak, mereka tampak senang, mengobati kerinduan setelah berbulan-bulan tidak bertemu Shigu Shibo-nya.

Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -