Membalut Luka di Jiwa

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Suwijan (Relawan He Qi Barat), Yuliati
 
 

foto
Pada hari Jumat, 14 September 2012 dilakukan pembagian bantuan beras kepada 266 KK warga desa Cibunian kec. Pamijahan, Bogor.

Bencana terus terjadi di negara Indonesia bahkan di belahan dunia. Pada hari Sabtu, 8 September 2012 pertama kalinya Kecamatan Pamijahan, Bogor diguncang gempa. Tiga Desa di Kecamatan Pamijahan, Bogor mengalami kerukasan rumah akibat dampak gempa bumi. Tim Tanggap Darurat Tzu Chi segera menyurvei lokasi gempa pada hari Selasa tanggal 11 September 2012. Melihat lokasi yang cukup banyak mengalami kerusakan membuat hati relawan tergugah terhadap kesedihan yang dialami para warga yang terkena dampak.

 

Ketulusan dalam Berbagi
Lokasi nan jauh di pegunungan namun masih bisa dijangkau kendaraan melalui jalanan sempit, tanjakan dan turunan serta tikungan-tikungan tajam tidak menyurutkan niat tulus para relawan dalam berbagi dengan saudara-saudara yang terkena dampak gempa di Bogor. Panasnya matahari yang sedang asyik-asyiknya bersinar tidak mengurangi semangat para relawan dalam mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seperti mendirikan posko bantuan, menurunkan beras cinta kasih, dan pakaian layak pakai.

Selesai Sholat Jumat, para warga kecamatan Pamijahan yang terkena dampak gempa bumi salah satunya warga desa Cibunian berkumpul untuk pengambilan bantuan berupa beras. Pembagian bantuan diawali dengan pengambilan kupon terlebih dahulu dari relawan Tzu Chi. Para warga berbaris dengan rapi dan dipanggil satu per satu nama-nama yang sudah tercantum berdasarkan data yang diperoleh dari aparat desa setempat.

Suara riuh pun terdengar, satu per satu warga yang sudah memiliki kupon segera menukarkannya dengan sekarung beras berisi 20kg per karung sebagai wujud cinta kasih dari Yayasan Buddha Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi dan aparat setempat menyiapkan posko pembagian bantuan kepada korban bencana gempa di Desa Cibunian, Kec. Pamijahan, Bogor (kiri).
  • Para warga berbaris dengan rapi untuk penerimaan kupon dan pengambilan bantuan beras cinta kasih Tzu Chi (kanan).

Ucap syukur
Acara pembagian bantuan beras cinta kasih Tzu Chi diawali dengan sambutan dari kepala desa Cibunian. Kepala desa juga menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi kepada para warga. Pengarahan kepada warga agar tertib selama pengambilan bantuan beras juga disampaikan oleh bapak kepala desa. Selain itu terdapat sambutan dari Joe Riadi selaku ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi mengenai pengenalan sekilas misi Yayasan Buddha Tzu Chi kepada para warga.

“Sangat bersyukur sekali ternyata masih banyak saudara-saudara kita yang peduli walaupun berbeda suku berbeda agama namun tanpa melihat perbedaan itu, tapi kepedulian sesama umat dan sesama warga negara Indonesia masih ada,” tutur Hari Harsono selaku Wakil Camat setempat. Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari 15 desa dan 3 desa diantaranya terkena dampak gempa yaitu desa Purwabakti, desa Cibunian, dan desa Ciasmara. Desa Purwabakti dan desa Cibunian merupakan desa yang paling banyak mengalami kerusakan, sedangkan desa Ciasmara terdapat 10 rumah yang terkena dampak gempa bumi. “Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi atas bantuannya, mudah-mudahan kebaikan ini dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dan semoga Yayasan Buddha Tzu Chi bisa lebih maju,” Hari Harsono kembali menuturkan.

Jumat, 14 September 2012 berjumlah 24 relawan yang terbagi dalam 2 posko bantuan membagikan bantuan dengan penuh sukacita. Bantuan di desa Cibunian berupa beras seberat 20kg dan 15 bal pakaian layak pakai kepada 266 KK. Terdapat pula bantuan di desa Purwabakti, Ciasmara, dan Gunung Picung berupa beras 20 kg dan 10 bal pakaian layak pakai kepada 248 KK. “Bersyukur karena bisa membantu meringankan beban warga, dengan harapan mudah-mudahan warga sini bisa ringan dan terhibur bahwa ada sesama yang mau membantu”, ujar Joe Riadi selaku coordinator pembagian  bantuan korban gempa di Bogor sekaligus ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Kondisi rumah salah satu warga pasca gempa desa Cibunian, Kec. pamijahan, Bogor (kiri).
  • Asikah bersama anak keduanya membawa beras yang diterimanya ke tenda pengungsian (kanan).

Trauma Tragedi Malam Minggu
Guncangan keras yang terjadi pada saat tengah malam tepatnya jam setengah 2 malam dimana merupakan saat-saat paling nyenyak dalam tidur membuat Asikah dan keluarganya menjadi trauma akan kejadian tersebut. Ketakutan dan rasa trauma pun juga masih terpancar pada anak-anak Asikah yang masih kecil. Asikah (30 tahun) yang kesehariannya buhun (bekerja di kebun orang -red) pada Sabtu malam tersebut kebetulan sedang bangundari tidurnya untuk ke toilet kemudian kembali tidur bersama anak dan suaminya. Tidak lama kemudian disaat-saat menjelang terlelap, tiba-tiba guncangan keras datang. Tidak ada getaran kecil sedikitpun melainkan sekali getaran namun sangat keras. Seketika guncangan muncul begitu pula rumah langsung ikut roboh. “Setelah merasakan guncangan keras itu saya dan suami membawa anak-anak keluar rumah dan diam di halaman rumah, anak-anak trauma badannya lemas semua karena takut,” cerita Ibu dari 2 anak tersebut. Suami Asikah pada saat kejadian sempat mengalami luka ringan pada bagian kepala akibat tertimpa runtuhan atap.

Asikah dan keluarga beserta keluarga saudaranya yang tinggal dalam satu rumah dengannya semula mengungsi di rumah saudara-saudaranya yang tempat tinggalnya tidak terkena dampak bencana gempa. Tinggal di rumah yang ukurannya tidak besar dan di huni banyak keluarga membuat Asikah dan keluarga memutuskan untuk tinggal di tenda yang sudah disedikan karena tenda masih ada yang kosong. “Saudara rumahnya kecil dan sudah dihuni dua keluarga, saya mau ngapa-ngapain tidak enak, mau makan juga tidak enak jadi misah tinggal di tenda saja, orangtua saya juga orang tidak punya jadi mending tinggal di tenda saja,” ucap Asikah.

Melihat kondisi anak-anaknya yang tidur asal geletak dilantai di tambah anak – anaknya yang sering nangis dan mengajak pulang ke rumahnya membuat hati Asikah semakin sedih atas kejadian yang ia alami. Trauma dan kesedihan dialami Asikah sangat mendalam apalagi setiap malam angin bertiup sangat kencang.

Asikah juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi namun dalam hati kecilnya muncul kesedihan setelah menerima bantuan. Bantuan bencana membuat Asikah semakin terpukul akibat kejadian-kejadian yang dialaminya untuk yang pertama kalinya. Kini dia dan suami berusaha menyisihkan uang untuk membangun rumahnya kembali.

 

 
 

Artikel Terkait

Waisak 2556: Berdoa Bersama Bagi Dunia

Waisak 2556: Berdoa Bersama Bagi Dunia

13 Mei 2012
Lapangan Aula Jingsi yang luas dipadati oleh hampir 4.000 orang pada malam hari tanggal 13 Mei 2012. Meski ramai, hadirin tetap khidmat dan menjaga kerapihan dalam mengikuti seluruh prosesi acara peringatan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia.
Suara Kasih: Drama Kisah Nyata Mewariskan Kebijaksanaan

Suara Kasih: Drama Kisah Nyata Mewariskan Kebijaksanaan

15 Januari 2013 Dengan cinta kasih universal dan tekad yang kokoh, tiada hal yang sulit bagi mereka. Mereka berkata bahwa mereka bisa termotivasi karena sering menyaksikan Da Ai TV.
Suara Kasih: Kebahagiaan Terbesar

Suara Kasih: Kebahagiaan Terbesar

02 April 2012 Lihatlah Bodhisatwa di Afrika Selatan yang kaya secara spiritual meski hidup kekurangan. Meski hidup di tengah kondisi sulit, mereka tetap bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -