Membangkitkan Cinta Kasih untuk Bumi Sejak Dini

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Fotografer : Livia C. Kasman (He Qi Pusat)


Seluruh peserta kelas bimbingan budi pekerti sedang bersiap memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen sebelum memulai pengajaran materi.

Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pada Minggu, 14 Juli 2019 mengusung tema pemilahan sumber daya dan menyanyangi, serta menghargai bumi. Sebanyak 24 murid qing zi ban besar, 27 murid tzu shao ban, dan 14 orang tua murid hadir mengikuti kelas yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6. Kelas bimbingan budi pekerti ini berlangsung dari pukul 8.20 pagi hingga 12.30 siang.

Metode pengajaran dengan permainan diberikan kepada para murid agar dapat merasakan dan merenungkan. Ada selembar koran yang dibentangkan, dan setiap orang dalam kelompok harus berdiri dalam selembar koran tersebut. Selama permainan kaki tidak boleh menyentuh lantai. Dan akan diberikan pertanyaan, dengan jawaban yang tidak boleh sama. Bagi kelompok yang tidak bisa menjawab maka koran tersebut akan di lipat menjadi kecil.

Melalui permainan tersebut memberikan pesan bahwa kita hanya memiliki satu bumi, jika terus menerus merusak, mengotorinya maka terakhir yang menderita adalah semua mahkluk hidup yang ada di permukaan bumi. “Koran yang mengecil diibaratkan kerusakan bumi yang telah menyebar banyak karena ketikdakpedulian manusia untuk melindungi bumi,”ujar Wirya, sebagai Daai gege yang memandu permainan.


Michelle Kurniawati dengan kesungguhan hati menghias celengan dalam sesi keterampilan.


Maria Fintje (kanan) dan Wirya (kiri) sedang memberikan arahan dalam sesi permainan.

Sedangkan di qing zi ban metode pengajaran menggunakan permainan mengambar, dengan membuat 3 kelompok besar dan mendapatkan tema yang berbeda tiap kelompok yang terdiri dari Halloween, Natal dan Imlek. Tiap kelompok diharuskan mengambar benda-benda yang ada pada perayaan hari raya tersebut dan mempresentasikannya.

Melalui permainan tersebut dan pemaparan secara lisan oleh Lie Anne Tanjaya selaku Daai Mama memberikan pesan kepada murid untuk mengurangi dan berpikir terlebih dahulu sebelum membeli barang. Selain itu semua orang harus mulai melakukan pemilahan sampah dan sumber alam yang dapat didaur ulang.

Maria Fintje selaku koordinator kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat menyampaikan materi secara lisan mengenai Misi Pelestarian Lingkungan kepada murid tzu shao ban. Dampak nyata telah terjadi akibat pengabaian manusia kepada lingkungan berupa tumpukan sampah yang tidak hanya berdampak bagi manusia juga mencemari laut, pantai. Sampah plastik dan sejenisnya yang tidak dapat didaur ulang termakan oleh ikan paus, burung, mematikan ekosistem.


Handersen Layad bersama tim kelompoknya sedang mempresentasikan hasil gambar dalam sesi permainan.


Lie Anne Tanjaya sedang memberikan penjelasan dampak buruk ketidakpeduliaan manusia kepada alam dan bumi.

Melalui pesan ini digarisbawahi bahwa manusia dan segala sesuatu di alam semesta ini merupakan suatu kesatuan kehidupan yang saling berkaitan erat. Para murid dididik untuk memiliki rasa syukur, syukur terhadap orang tua, para guru dan semua mahkluk di bumi ini.

“Membuang sampah ke tempatnya, membawa bekal sendiri, mengurangi pemakaian limbah plastik karena sampah plastik sudah banyak. Terimakasih sama Shigu, Shibo yang sudah mengajari banyak tentang budi pekerti yang baik. Yang akan saya lakukan mengurangi penggunaan listrik, air, mengurangi sampah plastik. Perasaan hari ini senang karena bisa mendapat pelajaran berarti,” ujar Michelle Kurniawati (13).

Sementara itu bagi Michelle Clarissa (11), materi pelestarian lingkungan yang disampaikan telah membuka wawasannya untuk mulai turut bertindak nyata menjadi bagian dari penyelamatan bumi.

“Jadi tidak boleh membuang sampah ke laut sehingga hewannya makan plastiknya dan mati, kita harus jangan buang sampah sembarangan dan harus bisa recycle. Bawa bekal makan tidak terbuat styroform, kurangi plastik,” Ujar Michelle C.

Mengolah dan menggunakan kembali (Reuse) sampah merupakan salah satu cara mengurangi beban bumi akibat penumpukan sampah yang tidak dapat didaur ulang. Selain itu, dapat mengasah kreativitas dari para murid. Maka, pada sesi keterampilan para murid tzu shao ban dan qing zi ban diajarkan untuk menghias celengan. Mendayagunakan kreativitas merubah sampah menjadi barang yang bernilai dan bermanfaat kembali.


Michelle Clarissa (kanan) didampingi Hun-Hun yang adalah Daai Mama menghias celengan dari bahan daur ulang.


Foto bersama murid qing zi ban dan tzu shao ban di akhir kelas budi pekerti pada Minggu, 14 Juli 2019.

“Sebenarnya yang ingin digunakan adalah botol plastik tetapi ternyata botol tersebut sudah dalam keadaan gepeng sehingga tidak dapat dipakai maka kebetulan ada yang menyumbang kaleng bekas cokelat Swissdream  maka relawan membantu mengebor dan menghaluskan permukaan di tengahnya,” ujar Maria Fintje.

Handersen Layadi (11) terlihat antusias mengikuti sesi ini. “Senang  karena buat kreasi adalah hobi saya,” katanya.

Pengajaran bahasa Mandarin dengan kata perenungan diberikan untuk tzu shao ban yang  berbunyi “Jiāng  xiǎo ài kuò wéi dà ài ,  Ài zì jǐ ài zhòng rén, ài dà dì, Dà dì ān zé zhòng shēng ān, Zhòng shēng ān zé zì jǐ cái néng píng'ān”. (Bentangkan cinta kasih universal, cintai diri sendiri, cintai orang banyak, cintai bumi; jika bumi selamat maka semua makhluk ikut hidup selamat demikian juga diri kita).

Dan, untuk qing zi ban berbunyi Téng xī dà dì, Yào cóng rén rén de zú xià qǐ bù (Mencintai dan menghargai sumber  alam, hendaknya dimulai dari setiap individu).

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

23 Januari 2019

Pada Minggu, 20 Januari 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan rutin setiap bulannya yaitu kelas budi pekerti. Pada pertemuan kali ini, para Xiao Tai Yang diberikan tema yang berkaitan dengan Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada bulan Februari 2019.


Komunikasi Harmonis dalam Keluarga

Komunikasi Harmonis dalam Keluarga

16 Maret 2015 Selain itu, dalam acara ini juga ditampilkan ilustrasi seorang anak yang tega menelantarkan orang tua mereka sendiri yang sudah tidak berdaya dimakan usia dan terjangkit berbagai penyakit. Melalui ilustrasi ini, para orang tua dan anak-anak diajak kembali mengakrabkan diri masing-masing, meluangkan waktu kebersamaan lebih erat lagi satu sama lain dalam suasana  yang lebih kekeluargaan, lebih rukun, lebih harmonis.
Hubungan Orang Tua dan Anak yang Makin Erat

Hubungan Orang Tua dan Anak yang Makin Erat

24 November 2017

Kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini Minggu, 19 November 2017 diadakan di alam terbuka, yakni Pantai Pongkar. Kegiatan ini diisi dengan berbagai materi dan games menarik yang membuat hubungan orang tua dan anak makin dekat.

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -