Membangkitkan Hati Buddha

Jurnalis : Junet Lee (He Qi Barat), Fotografer : Christine Desyliana, Nandar (He Qi Barat)

fotoRabu, 26 oktober 2011, relawan Tzu Chi dari He Qi Barat kembali mengadakan Kegiatan Bedah Buku 20 kesulitan Dalam Kehidupan, tepatnya pada Bab 5 mengenai “Sulit Hidup Sezaman Dengan Buddha”.

Buddha berkata, ”Sulit untuk hidup sezaman dengan Buddha.” Meskipun semua makhluk hidup senantiasa lahir melalui lingkaran tumimbal lahir dalam 6 alam: surga, manusia, asura (makhluk yang suka berkelahi), binatang, setan kelaparan, dan neraka, kita jarang terlahir sebagai manusia. Bahkan sangat sulit sekali hidup sezaman dengan Buddha dan mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha.

 

“Sangat berbahagia sekali malam ini kita semua dapat berkumpul dalam kegiatan bedah buku hari ini bersama Kumuda Shixiong,” ujar Achai Shixiong selaku moderator. Rabu, tanggal 26 oktober 2011, relawan Tzu Chi dari wilayah He Qi Barat kembali mengadakan Kegiatan Bedah Buku 20 kesulitan Dalam Kehidupan,tepatnya pada Bab 5  mengenai “Sulit Hidup Sezaman Dengan Buddha”.

foto  foto

Keterangan :

  • Master Cheng Yen sering mengimbau agar murid-muridnya tidak hanya membina berkah (berdana materi, waktu, pikiran, dan tenaga), tetapi juga harus membina kebijaksanaan.(kiri)
  • Kumuda Shixiong mengatakan kepada para peserta bedah buku untuk menggantikan hati mereka dengan hati Buddha karena semua orang adalah calon Buddha.(kanan)

Kumuda Shixiong mengatakan, ”Tanyakan pada diri sendiri apakah selama kita bersumbangsih di Tzu Chi telah tumbuh kebijaksanaan kita?” tanya Kumuda Shixiong. Kumuda Shixiong juga mengatakan bahwa Master Cheng Yen sering mengimbau agar murid-muridnya tidak hanya membina berkah (berdana materi, waktu, pikiran, dan tenaga), tetapi juga harus membina kebijaksanaan (Fu Hui Shuang Xiu). Dengan membina keduanya maka itu adalah tindakan yang tepat dan bijaksana. Oleh karena itu, maka setiap relawan di setiap komunitas Tzu Chi (He Qi Utara, Barat, Selatan, dan Timur) mulai menggalakkan program Bedah Buku sehingga setiap relawan dapat terus bertumbuh kebijaksanaan.

foto  foto

Keterangan :

  • Kegiatan Bedah Buku di He Qi Barat rutin dilakukan setiap hari Rabu (dua minggu sekali).(kiri)
  • Rudi Dharmawan (kanan) dan istrinya Carolina (kiri) merasa bahagia bisa bersumbangsih di Tzu Chi. Selain berkegiatan di Tzu Chi, mereka juga aktif mendalami ajaran Master Cheng Yen.(kanan)

Membangkitkan Hati Buddha
Kumuda
Shixiong juga berkata kepada kami bahwa kita harus menggantikan hati kita dengan hati Buddha karena semua orang adalah calon Buddha. Buddha di sini bukanlah patung yang disembah-sembah di wihara, tetapi melambangkan orang yang telah sadar dan terlepas dari kebencian, keserakahan, ketidaktahuan, serta seseorang yang memiliki cinta kasih universal tanpa batas kepada semua makhluk. Buddha mengajarkan kita untuk memancarkan metta (kasih sayang dan cinta kasih) kepada semua makhluk tanpa kecuali. Terhadap manusia, janganlah membedakan suku, bangsa, ras, dan agama. Terhadap hewan, janganlah membedakan jenisnya. Metta harus dipancarkan kepada semua hewan termasuk yang terkecil seperti serangga. Kita semua harus memiliki cinta kasih universal kepada semua makhluk, barulah kita kita bisa menggantikan hati kita dengan hati Buddha.

Menaklukan Diri Sendiri
Dalam Dhammapada, Buddha bersabda, “Seseorang yang membuang pikiran untuk menaklukkan orang lain akan merasakan kedamaian.” Pada saat yang sama, Buddha memuji upaya menaklukkan diri sendiri. Buddha berkata, “Seseorang yang menaklukkan ribuan orang dalam perang bukanlah penakluk sejati. Tetapi seseorang yang hanya menaklukkan seorang saja yaitu dirinya sendiri, dialah pemenang tertinggi.”

Artinya kita semua harus bisa menaklukkan kekotoran batin yang ada di dalam diri kita sendiri, barulah kita bisa melatih diri kita menjadi orang yang berwelas asih dan bijaksana. Sang Buddha juga pernah mengatakan bahwa siapa saja yang hidup dengan benar, tak peduli kepercayaan apapun yang dianutnya, tetap mempunyai harapan yang sama untuk memperoleh kebahagiaan di kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Apapun agama yang kita yakini, baik itu Islam, Katolik, Kristen, Hindu maupun Buddha serta kepercayaan lainnya, pada dasarnya kita semua diajarkan mempunyai cinta kasih kepada semua orang dan menaklukkan keegoisan diri kita sendiri. Sehingga suatu saat nanti tidak akan ada lagi terdengar konflik dan peperangan antar agama yang memakan banyak korban. Betapa indahnya dunia ini kalau kita semua dapat bergandengan tangan dan saling membantu sesama tanpa membedakan bangsa, ras, suku, dan agama. Itulah harapan kami sebagai insan Tzu Chi.


Artikel Terkait

Internasional : Desa Cinta Kasih Ketiga

Internasional : Desa Cinta Kasih Ketiga

26 April 2010
Yayasan Buddha Tzu Chi membangun desa ketiga di bagian selatan Taiwan untuk para korban Angin Topan Morakot yang melanda Taiwan Selatan bulan Agustus tahun 2009.
Bantuan Kebakaran: Bentuk Cinta Kasih dan Menjalin Tali Silahturahmi

Bantuan Kebakaran: Bentuk Cinta Kasih dan Menjalin Tali Silahturahmi

23 Maret 2016
Relawan Adi Wisastra selaku koordinator kegiatan ini mengungkapkan harapannya yaitu agar para warga yang tertimpa musibah dapat segera bangkit lagi semangatnya.
Bantuan Bagi Korban Banjir di Padang

Bantuan Bagi Korban Banjir di Padang

10 November 2011 Banjir ini disebabkan hujan lebat yang tercurah dalam semalam pada Rabu 2 November 2011. Sungai-sungai meluap. Delapan kecamatan dan 50 nagari (desa) disapu air bah.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -