Membangkitkan Hati Welas Asih

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Siladhamo Mulyono
 

fotoPara Mahasiswa Tzu Chi mencoba membaur dengan para murid di pesantren yang sedang belajar di taman.

Ketika sedang membabarkan Dharma, Master Cheng Yen berkata, ”Saya sering mengulas tentang pandangan kesetaraan dan welas asih. Orang yang benar-benar memiliki welas asih akan memandang setara semua makhluk, terjun ke tengah masyarakat, dan tidak membedakan status sosial, terlebih tidak menonjolkan dirinya. Inilah pelatihan diri, inilah welas asih Bodhisatwa. Saat terjadi bencana, kita hendaknya membangkitkan hati welas asih kita dengan mempraktikkan sifat luhur Bodhisatwa agar dapat mengasihi dan membantu sesama.”

Pengalaman seperti inilah yang ingin dibagikan kepada para mahasiswa jurusan Sosial Work (Pekerjaan sosial) Universitas Tzu Chi, Taiwan. Sebanyak 15 orang pelajar beserta satu guru pendamping tersebut datang ke Indonesia untuk mendalami pengetahuan tentang  memiliki welas asih dan memandang setara semua makhluk.

Pada tanggal 12 Februari 2012, pukul 10.00, para mahasiswa Universitas Tzu Chi berkunjung ke  Pesantren AL-Ashriyyah Nurul Iman, Parung. Mengapa ke Pesantren? Karena di tempat ini telah tiga tahun lamanya, terjalin pertukaran budaya antara relawan Tzu Chi dengan para santri di sana berjalan. Setiap dua minggu sekali, para santri mendapat pelatihan bahasa mandarin dan gerakan isyarat tangan dari relawan Tzu Chi.

foto   foto

Keterangan :

  • Yueh-Mi Lai, seorang guru pendamping, sedang berinteraksi dengan para santri yang sedang membuat roti (kiri).
  • Mahasiswa Tzu Chi dan para santri di pesantren saling berbagi kesan dan pendapat selama melakukan kunjungan di pesantren (kanan).

Dengan adanya kunjungan para mahasiswa tersebut, para pelajar dari pesantren menjadi lebih bersemangat dalam berlatih bahasa mandarin. ”Ini merupakan sebuah kesempatan yang langkah untuk kami. Biasa kami mempraktikkan pengucapan bahasa mandarin yang kami pelajari dengan teman sekelas, dan dengan adanya kunjungan mereka (mahasiswa Tzu Chi), kami bisa mengetahui apakah pengucapan yang kami lakukan setiap hari sudah betul atau belum?” ujar Nikmatul Lah, Koordinator penyambut kedatangan mahasiswa Tzu Chi di Pesantren. Nikmatul Lah mengatakan jika dirinya berharap  kunjungan dari mahasiswa Tzu Chi ini dapat dilakukan berkala sehingga para santri yang ada di pesantren dapat bersahabat dengan para mahasiswa Tzu Chi untuk jangka panjang.

Rasa gembira dan senang tidak hanya dirasakan oleh para santri dari pesantren tetapi juga dari para mahasiswa Universitas Tzu Chi ini, “Senang sekali dapat berkunjung  kemari. Banyak masukan yang saya dapat dari kunjungan ke pesantren ini,” terang Lin Yu-Chen (22), yang tinggal di kota Kaohsiung, Taiwan.

Selain para murid, Yueh-Mi Lai, guru yang mengajar di Universitas Tzu Chi di bidang Social Work ini juga mengatakan jika kunjungan kali ini adalah suatu pengalaman yang sangat berkesan untuk dirinya dan para mahasiswa. ”Sangat merasa sangat terharu melihat jalinan jodoh yang baik antara relawan Tzu Chi dengan para santri di sini. Mengingat mereka (para santri) adalah seorang  muslim dan relawan Tzu Chi yang berlabelkan agama Buddha tetapi bisa begitu harmonis. Sungguh suatu kehormatan bagi kami untuk bisa berkunjung kemari,” jelasnya.

Selain itu, ia pun mengatakan bahwa merasa gembira karena kedatangan mereka disambut dengan hangat dan meriah layaknya saudara yang baru pulang dari berjalan-jalan. Yueh-Mi Lai juga berharap  kunjungan ini dapat membuka mata para mahasiswa. Jika meskipun kita berbeda negara ataupun agama, kita tetap adalah saudara yang tinggal dibawah langit dan diatas tanah yang sama.“ Semoga pengalaman menarik ini dapat dibagikan kepada para mahasiswa di Taiwan, sehingga para mahasiswa disana dapat juga mempelajari hal yang baik ini,” ucapnya.

  
 

Artikel Terkait

Banyak Jalan Menuju Roma

Banyak Jalan Menuju Roma

20 Mei 2009 Pepatah yang begitu terkenal tersebut menyiratkan makna bahwa ada banyak pilihan cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan kita. Tentunya tujuan yang didiskusikan dalam bedah buku pada Kamis, 14 Mei 2009 lalu di Jing-Si Pluit, Jakarta Utara bukanlah untuk tiba di Roma (Italia), melainkan pencerahan.
Suara Kasih: Senantiasa Menjadi Pemberani

Suara Kasih: Senantiasa Menjadi Pemberani

17 Desember 2011 Ada pula Relawan Ying-ju dan keluarganya. Jalinan jodoh mereka dengan Tzu Chi bermula dari Ibu Ying-ju, yaitu Mei-yu. Dia adalah relawan senior Tzu Chi. Kesungguhan hatinya telah menginspirasi menantu dan putranya untuk bergabung dengan Tzu Chi.
Menjalin Kekompakan Melalui Lomba Memasak

Menjalin Kekompakan Melalui Lomba Memasak

21 November 2022

Relawan Tzu Chi Pekanbaru Komunitas Hu Ai Selatan mengadakan gathering. Dalam acara ini, sebanyak 33 orang relawan ikut berpartisipasi dalam lomba memasak makanan vegetarian.

Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -