Membangkitkan Semangat Relawan Dalam Mengukir Sejarah Tzu Chi

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)

Panitia dan peserta Pelatihan Zhen Shan Mei foto bersama dengan penuh semangat, kekeluargaan, dan keceriaan dalam mengemban tanggungjawab sebagai relawan Zhen Shan Mei di komunitasnya masing-masing.

Yayasan Buddha Tzu Chi Medan di komunitas He Qi Cemara mengadakan pelatihan relawan Zhen Shan Mei  (ZSM) pada 18-19 Februari 2023 yang diikuti 30 orang peserta berlokasi di Cheagia Resort Taman Wisata Iman Bukit Sitinjo, Sidikalang.

Perjalanan menuju Sidikalang yang lumayan jauh dengan Jarak tempuh lebih kurang lima jam dari kota Medan. Pada Sabtu, 18 Februari 2023, peserta dibagi beberapa grup dan beberapa titik kumpul, ada yang berangkat dari Kantor Tzu Chi Medan kompleks Cemara Asri, ada yang dari Gedung Tzu Chi kompleks Jati Junction, dan ada yang berangkat dari Binjai serta ada juga relawan dari kota Tebing Tinggi.

Para relawan bertemu di titik kumpul di kota Kabanjahe untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Sidikalang secara bersamaan. Pada Pukul 17.00 WIB, dua bus peserta tiba di lokasi camp disambut panitia yang sudah tiba di lokasi sehari sebelumnya. Camp Zhen Shan Mei (ZSM) dimulai pukul 18.00 WIB. Walaupun menempuh perjalanan seharian, para peserta sangat bersemangat mengikuti pelatihan.

Pukul 18.00 WIB peserta memasuki ruang pelatihan yang dipandu Liany sebagai pembawa acara. Mengawali pelatihan , peserta memberikan penghormatan kepada Sang Buddha dan Master Cheng Yen. Liany menjelaskan apa itu Relawan Zhen Shan Mei ? “ Zhen Shan Mei (ZSM) termasuk dalam misi budaya humanis, di mana misi ini ada di setiap misi Tzu Chi termasuk diantaranya Misi Amal, Pengobatan dan Pendidikan.

Nuraina membawakan materi penulisan artikel di Tzu Chi dan bagaimana menjadi pengukir sejarah Tzu Chi. Pada materinya Nuraina menegaskan kita (relawan ZSM) menulis sesuatu yang bisa memberikan inspirasi ke pembaca dan bisa mengetuk hati pembaca.

Relawan Zhen Shan Mei  (ZSM) mengabdikan diri untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan Amal Kemanusiaan Tzu Chi dan merekam jejak Bodhisatwa dalam menyebarkan cinta kasih. Menggunakan pena dan tinta menggoreskan cinta kasih murni menjadi sebuah sejarah yang bisa menginspirasikan banyak orang untuk berjalan di jalan Bodhisatwa.

Adanya catatan dan dokumentasi dari relawan ZSM, Master Cheng Yen bisa tahu apa yang dilakukan relawan Tzu Chi di seluruh dunia, untuk itu relawan ZSM disebut juga sebagai mata dan telinganya Master Cheng Yen” ucap Liany relawan yang memandu pelatihan.

Dua materi utama pelatihan ini, yaitu tentang penulisan artikel dan merekam gambar (foto). Nuraina, yang telah menulis kegiatan Tzu Chi Medan selama 10 tahun, berbagi pengalaman tentang teknis dan dasar-dasar menulis artikel. Nuraina menjelaskan tulisan yang melahirkan pikiran, gagasan, dan ketika menulis membutuhkan ketulusan dengan hati.

Kunci tulisan yang benar adalah menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti pembaca umum, bermakna, tersusun secara sistematis, dan padat informasi.” Di Zhen Shan Mei, kita tidak menulis tentang penderitaan orang tetapi menulis sesuatu yang bisa memberikan inspirasi ke pembaca dan bisa mengetuk hati pembaca agar mau bergabung dan berjalan di jalan Bodhisatva Tzu Chi” ungkap Nuraina.

Para relawan ZSM berbaris memasuki ruangan camp Zhen Shan Mei untuk registrasi ulangoleh panitia. Pelatihan Zhen Shan Mei ini berlangsung dua hari di Cheagia Resort, Sidikalang.

Materi kedua tentang teknik pengambilan foto yang dibawakan oleh Lily Hermanto. “ Pada teknik foto yang benar harus memahami tiga komponen pada kamera foto, yaitu Diafragma, Shuter Speed, dan tingkat sensitivitas sensor terhadap cahaya atau International Standar Organization (ISO) / American Standar Association (ASA) yang ketiganya disebut segitiga eksposure.

Sebuah foto akan benar jika diambil dengan komposisi dan angle yang benar,” papar Lily Hermanto. Pada materi foto Lily menjelaskan tentang tata krama pengambilan foto yang humanis sebagai relawan ZSM.

Pada hari kedua pelatihan peserta diajak praktik langsung peliputan agar lebih menjiwai materi di hari pertama. Peserta dibagi menjadi empat kelompok. Sebagai objek peristiwa, panitia membuat dua drama yang diperankan beberapa orang relawan. Kedua drama bertema sebuah kunjungan kasih ke anak asuh dan kunjungan kasih ke penerima bantuan beras.

Di dalam praktik, tiap kelompok didampingi dua orang mentor, mentor foto dan artikel. Para mentor siap membimbing peserta agar hasilnya sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. Hasil data, informasi, dan foto dijadikan artikel dan mentor akan memberikan koreksi foto dan artikel yang dibuat peserta.

Para relawan ZSM sedang mempraktekkan pengambilan foto yang benar didampingi oleh mentor-mentor yang sudah sering mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi.

Camp kali ini diikuti oleh relawan ZSM yang baru dan yang sudah lama, diantaranya Elin Juwita peserta dari Tzu Chi Tebing Tinggi yang sudah enam tahun menulis artikel di Tzu Chi Tebing Tinggi.

"Saya tertarik ikut dalam camp ZSM karena saya semakin memahami sisi budaya humanis di dalam menulis artikel Tzu Chi,”ucap Elin.

Menurut Elin pelatihan ZSM ini semakin mengasah kemampuan dengan teori dan praktik langsung yang di dampingi mentor. “Hari ini saya  diminta untuk mendampingi penulis baru, ini juga mengasah kemampuan saya karena saya harus benar-benar memberi pendampingan agar kedepannya relawan tidak takut untuk menulis sejarah Tzu Chi," imbuh Elin Juwita.

Yanti Chen relawan Binjai yang turut dalam pelatihan ZSM mengungkapkan ingin sekali belajar menulis artikel dan foto agar bisa mendokumentasikan kegiatan Tzu Chi di Kota Binjai. " Saya baru belajar dan masih belum begitu bisa, namun saya akan berlatih terus supaya nantinya dalam kegiatan Tzu Chi di Binjai," harap Yanti.

Setelah praktik foto dan artikel, peserta Kembali ke ruangan ruang pelatihan untuk menyaksikan tayangan ceramah Master Cheng Yen tentang pandangan Master Cheng Yen terhadap relawan Zhen Shan Mei dan pesan Master Cheng Yen untuk relawan Zhen Shan Mei.

Di penghujung pelatihan para peserta dan panitia bersama-sama memperagakan bahasa isyarat tangan dengan judul “Satu Keluarga” di pelataran Cheagia Resort, Sidikalang.

Pada akhir pelatihan Juliana pemandu acara pelatihan mengajak peserta bermain games untuk menumbuhkan rasa kebersamaan. Pelatihan diakhiri dengan  menyanyikan dan memperagakan bahasa isyarat tangan yang berjudul “Satu Keluarga” dan berfoto bersama dengan penuh keceriaan.

Mengapa Camp diadakan di luar kota ?
Sudah tiga tahun , di Tzu Chi Medan tidak mengadakan kegiatan onsite, apalagi outdoor di luar kota karena pandemi covid 19. Untuk itu agar lebih fokus belajar diputuskan untuk mengadakan camp ZSM di luar kota.

Lily Hermanto selaku koordinator camp Zhen Shan Mei membawakan materi pengambilan foto yang baik sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. Lily mengatakan relawan Zhen Shan Mei  (ZSM) mengabdikan diri untuk mendokumentasikan seluruh kegiatan Amal Kemanusiaan Tzu Chi dan menyebarkan cinta kasih.

“Kami merencanakan Camp atau pelatihan ini di luar kota supaya bisa menjalin kebersamaan dan relawan bisa fokus belajar, kalau di dalam kota Medan, kadang ada yang tidak ikut pelatihan sampai selesai, kali ini kita juga mengajak relawan dari Misi Amal agar bisa belajar mencatat setiap cerita jejak Langkah relawan menyalurkan bantuan kepada penerima bantuan Tzu Chi,” ungkap Lily Hermanto koordinator pelatihan dan fungsionaris Zhen Shan Mei komunitas He Qi Cemara.

Suryati ketua komunitas He Qi Cemara sangat mengapresiasi kegiatan camp Zhen Shan Mei yang banyak diminati relawan Tzu Chi. "Saya mengapresiasi panitia camp Zhen Shan Mei karena mempersiapkan materi yang begitu lengkap, sampai ada drama agar peserta camp bisa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan pada hari pertama camp, dan Gan En kepada semua peserta yang walaupun menempuh perjalanan jauh, namun tetap semangat mengikuti camp, apalagi saat praktik saya berharap makin banyak yang bergabung di tim Zhen Shan Mei,” tutup Suryati.

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

Menjadi Aliran Jernih, Mencatat Sejarah Tzu Chi

21 November 2014

Zhen Shan Mei Camp ke-2 (15 - 16/11) bertemakan, “Di Dalam Keindahan Ada Aku, Anda, dan Dia” yang diselenggarakan di Aula Jing Si telah usai. Namun, semangat untuk mencatat sejarah Tzu Chi dan menjadi aliran jernih masih menyelimuti para peserta kamp. Bagaimana tidak? Dalam kamp ini dihadirkan trainertrainer yang sudah lama berkecimpung dalam perkembangan relawan Zhen Shan Mei di Taiwan. Sebut saja Lai Rui Ling, Dylan Yang, Zhang Yi Hong, Zhuang Hui Zhen, dan Xiao Hui Ru.

Kamp Zhen Shan Mei: Menjadikan Kelemahan Sebagai Tantangan

Kamp Zhen Shan Mei: Menjadikan Kelemahan Sebagai Tantangan

08 Desember 2015

Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei 2015 dimulai pada Sabtu dan Minggu, 5 dan 6 Desember 2015 di gedung DAAI, Tzu Chi Center. Sebanyak 80 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia ini : Batam, Jambi, Makassar, Manado, Palembang, Pekanbaru, dan Tangerang, datang untuk menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen.

Kamp Zhen Shan Mei: Berlari Mengimbangi Laju Tzu Chi Indonesia

Kamp Zhen Shan Mei: Berlari Mengimbangi Laju Tzu Chi Indonesia

10 Desember 2015
Liu Su Mei menegaskan bahwa membuat dokumentasi dari apa yang mereka lakukan kala itu adalah hal yang sangat penting. Hingga kini pun, dokumentasi adalah poin yang sangat penting. “Karena hasil dokumentasi bisa dimanfaatkan untuk mengajak orang lain dan menginspirasi mereka agar tergerak hatinya untuk membantu yang membutuhkan,” jelasnya dalam sesi sharing di Kamp Budaya Humanis Zhen Shan Mei (6/12/15).
Orang yang berjiwa besar akan merasakan luasnya dunia dan ia dapat diterima oleh siapa saja!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -