Membangkitkan Tekad dan Semangat untuk Bersumbangsih bagi Sesama
Jurnalis : Mettayani (Tzu Chi Pekanbaru), Fotografer : Wismina, Yanti, Kho Ki Ho (Tzu Chi Pekanbaru)Materi pertama yang disampaikan adalah tentang Kisah Tzu Chi yang dibawakan oleh Mettayani.
“Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Cinta kasih dan welas asih adalah sifat hakiki yang dimiliki setiap orang yang menunggu untuk dibangkitkan. Di Tahun 2022 ini, salah satu target pengembangan relawan Tzu Chi Pekanbaru adalah ke luar kota dan salah satunya adalah Kota Dumai. Kota yang dikenal sebagai kotak Minyak yang saat ini bisa ditempuh via tol dengan jarak tempuh sekitar 131 km.
Jalan tol baru diresmikan sekitar 2 tahun lalu dan ini dapat mempersingkat jarak tempuh Pekanbaru -Dumai yang sebelumnya berjarak sekitar 200 km. Mudahnya akses ke Kota Dumai, akan mempermudah relawan Pekanbaru melakukan pendampingan.
Sebagai langkah awal menggalang hati, Tzu Chi Pekanbaru memulai kegiatan pembagian sembako kepada masyarakat Dumai. Dan dari kegiatan ini banyak sukarelawan yang terbangkitkan cinta kasih dan welas asihnya untuk turut serta mengulurkan tangan membantu sesama. Sosialisasi relawan pun dilakukan untuk lebih memahami Visi dan Misi Tzu Chi. Selain ini juga dibentuk WhatsApp grup untuk sharing informasi dan koordinasi kegiatan.
Peserta fokus mengikuti pelatihan dan pelantikan relawan Abu Putih Pertama di Kota Dumai.
Minggu, 10 April 2022 merupakan satu catatan penting bagi relawan maupun sukarelawan Dumai. Yang mana hari itu diadakan pelatihan dan pelantikan Relawan Abu Putih perdana di Kota Dumai. Ada 19 relawan yang dilantik menjadi relawan Abu Putih. Pelatihan dilakukan di rumah salah seorang sukarelawan Tzu Chi yang dimulai pukul 08.30 hingga 13.15 WIB.
Gunarny sebagai MC pada kegiatan Pelatihan membuka pelatihan dengan mengundang Herman Susanto memberikan penjelasan singkat tentang tata cara memberikan penghormatan. Materi pertama adalah tentang Kisah Tzu Chi yang dibawakan oleh Mettayani.
Berbicara tentang Kisah Tzu Chi, tentu tidak lepas dari sosok Master Cheng Yen. Sharing kisah ini fokus bagaimana Master sejak kecil merupakan anak yang sangat berbakti, mandiri, dan terus mencari tentang makna kehidupan yang sesungguhnya. Juga tentang semangat dan keteguhan hati mempertahankan tekad yang sudah dibangun meskipun mesti menghadapi berbagai rintangan. Semua diterima dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semua dilakukan dengan sukarela dan menerima segala konsekuensi dengan sukacita.
Pada waktu kecil Master Cheng Yen pernah menggambar ‘Cetak biru’ untuk diri sendiri dan secara singkat isinya adalah我愛人人, 希望人人愛我 “Saya mengasihi semua orang dan berharap semua orang mengasihi saya” Dan harapan ini, saat ini sudah terwujud.
Sharing kisah Tzu Chi ditutup dengan pemutaran video Ceramah Master Cheng Yen. Master yang berharap dapat menjadi teman yang seiring di jalan Bodhisatwa dan jalinan jodoh kita adalah jalinan jodoh yang langgeng yang telah terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Berharap kita senantiasa menjaga hati dan senantiasa menempatkan Master di hati kita agar Master senantiasa bersama kita.
Lim Tjiap Bu memberikan materi tentang Semangat dan filosofi Misi Amal Tzu Chi.
Selanjutnya Lim Tjiap Bu (Abun) memberikan sharing tentang Semangat dan Filosofi Misi Amal Tzu Chi. Amal adalah misi pertama yang merupakan akar dari 4 misi utama dan 8 jejak Dharma. Adapun tujuan dari Misi Amal adalah memberikan kebahagiaan dengan hati yang welas asih dan melepaskan penderitaan yang ada.
Abun juga berbagi tentang mengapa perlu dilakukan survey kasus, sikap yang perlu dimiliki oleh relawan. Master Cheng Yen mengingatkan kita semua, bahwa Tzu Chi berawal dari Misi Amal. Yang paling mendasar bagi setiap relawan adalah membantu yang kurang mampu dan mendidik yang mampu untuk peduli.
Dalam melakukan survei akan membangkitkan kesadaran jiwa dan pemahaman atas penderitaan di dunia. Pemahaman ini akan menumbuhkan kebijaksanaan. Master mengatakan,”Ketika membantu orang, bukan melihat kemampuan kita untuk memberi bantuan, melainkan apa yang dibutuhkan oleh orang.”
Setelah melihat penderitaan maka akan timbul rasa syukur dan menghargai berkah yang dimiliki. Mengubah kebiasaan jelek serta meningkatkan kebijaksanaan. Dengan menggunakan jiwa dan raga ini untuk melakukan kebajikan agar bermanfaat dan menginspirasi orang lain.
Giat Mendengar Dharma
Tim isyarat tangan mengajak peserta untuk bersama-sama memperagakan isyarat tangan berjudul Jalan Tzu Chi.
Untuk meregangkan tubuh setelah sekian jam duduk mendengarkan materi, tim isyarat tangan mengajak peserta training untuk bersama-sama memperagakan isyarat tangan yang berjudul “Jalan Tzu Chi”.
Materi Berikut adalah tentang Budaya Humanis Tzu Chi. Di awal sesi, diperagakan sesi drama singkat tentang tata busana yang tidak sesuai dengan Budaya Humanis Tzu Chi. Liliana yang sudah dikenal paling pintar acting di Tzu Chi Pekanbaru bisa memperagakan drama singkat layaknya seorang artis dan acting-nya mengundang gelak tawa peserta. Selain tata cara berpakaian, juga disampaikan bagaimana tata cara jalan, berdiri, dan lain-lain.
Materi penutup di pelatihan ini, semua yang hadir dengan bersungguh hati mendengarkan Ceramah Master yang berjudul “Berpegang Teguh pada jalan Kebenaran.” Dari Ceramah Master kita bisa melihat ketidakselarasan 4 unsur alam yang mengakibatkan bencana alam. Begitu juga dengan pikiran kita harus dijaga, jangan sampai timbul keserakahan, kebodohan, kebencian, keangkuhan dan kecurigaan.
Elisah, Ketua He Qi Tzu Chi Pekanbaru memberikan pesan cinta kasih.
Elisah sebagai Ketua He Qi Tzu Chi Pekanbaru memberikan pesan cinta kasih. Ia mengatakan, seperti dalam mendidik anak-anak, kasih sayang harus disertai kebijaksanaan. Mungkin saat kita kecil mau mendapatkan segala sesuatu tidaklah mudah, saat kita punya anak kita merasa mereka jangan seperti kita dulu, jadi segala kebutuhan mereka terpenuhi berlebihan secara tidak sengaja akan memupuk sifat keserakahan pada anak. Memesan makanan berlebihan tanpa bisa menghabiskannya atau membeli mainan dan kebutuhan lainnya dengan mudah.
”Saya yakin yang hadir di sini pastilah mempunyai cinta kasih dan yakin akan jalan Tzu Chi baru bersedia dilantik jadi relawan. Dan cinta kasih harus diiringi dengan keyakinan yang kuat. Seperti dalam 37 faktor pencerahan, Keyakinan adalah akar dari segala kebajikan. Keyakinan juga butuh diiringi dengan tekad yang kuat. Jangan hanya saya mau melakukan, saya rela melakukannya tapi saat pengaruh luar datang kita langsung goyah dan mundur,” pesannya.
Tzu Chi dari kejauhan ibarat sebuah gunung yang indah. Namun begitu masuk kita bisa kaget, di dalam gunung yang indah penuh hutan dan binatang liar, di sinilah kesempatan bagi kita untuk melatih diri. Tzu Chi beda dengan organisasi sosial lain pada umumnya, kita tidak hanya sebatas berbuat kebajikan tapi disini kita bisa melatih diri, maka perlu dibarengi dengan giat mendengar dharma Guru Kita. Kalau tidak akan sangat mudah tergoyahkan tekad kita.
Sebagai Penutup Acara Pelatihan
Mei Kiaw menceritakan bagaimana beliau dapat membawa Tzu Chi ke Pekanbaru.
Untuk mendapatkan feedback dari peserta pelatihan, dibuka sesi sharing relawan. Tzu Chi ada berkat sebersit niat dari Master Cheng Yen untuk mendirikan Organisasi Sosial untuk membantu kaum Papa. Tzu Chi Pekanbaru ada berkat bibit pertama, Lie Mei Kiaw, seorang ibu rumah tangga yang tidak lancar berbahasa Indonesia namun berkat tekad dan niat tulus berhasil membawa bendera Tzu Chi ke Pekanbaru 15 tahun yang lalu. Mei Kiaw memberikan sharing bagaimana beliau dapat membawa Tzu Chi ke Pekanbaru.
Selanjutnya ada empat orang peserta yang berbagi kesan mengikuti kegiatan Tzu Chi sehingga bertekad untuk lebih bersungguh hati menapaki jalan Bodhisatwa. Ada Samin, Budiman, Jeffry, dan Hasan. Ketika bersumbangsih dan terjun langsung ke masyarakat, mereka merasa begitu banyak yang membutuhkan uluran tangan mereka dan bertekad akan lebih bersungguh hati mengembangkan cinta kasih universal. Selain mengembangkan cinta kasih universal banyak pelatihan diri ke dalam yang mereka dapatkan seperti timbulnya rasa bersyukur atas keberkahan yang dimiliki.
Jeffry dan ibunya berbagi tentang kegiatan Tzu Chi yang mereka ikuti.
Relawan berfoto bersama usai kegiatan rampung.
Pada kesempatan ini ada tiga pengusaha muda yang punya berkah bisa dilantik sebagai relawan bersamaan dengan istri, ada juga dengan ibunya. Seperti Hasan dan istrinya, Samin dan istrinya, lalu Jeffry bersama ibunya.
Ibu dari Jeffry sendiri karena sering menonton DAAI TV dan merasa organisasi Tzu Chi sangat baik, lalu memotivasi anaknya untuk bergabung. Jeffry yang awalnya sering merasa menderita karena kondisi tubuh yang kurang begitu fit, sejak mengikuti kegiatan Tzu Chi, hatinya terbuka. Ternyata banyak orang yang menghadapi penderitaan dan cobaan lebih berat. Saat ini ia telah menjadi orang yang optimis dan apalagi sudah tertemu dengan jalan Tzu Chi dan telah jelas melihat arah yang akan ditapaki.
Semoga benih cinta kasih Tzu Chi bisa bertumbuh di Kota Dumai dan bendera Tzu Chi dapat resmi berkibar demi melepaskan penderitaan dan memberikan kebahagiaan.
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Filosofi dan Semangat Tzu Chi sebagai Dasar yang Kokoh Menapaki Jalan Bodhisatwa
08 November 2021Relawan Tzu Chi Pekanbaru pada Minggu, 31 Oktober 2021 mengadakan pelatihan dan pelantikan menjadi relawan Tzu Chi. Kegiatan berangsung di kantor perwakilan Pekanbaru.
Membangkitkan Tekad dan Semangat untuk Bersumbangsih bagi Sesama
20 April 2022Minggu, 10 April 2022 Tzu Chi Pekanbaru melakukan pengembangan relawan hingga ke luar kota, salah satunya adalah Kota Dumai, kota yang dikenal sebagai kota minyak.
Tzu Chi yang Menginspirasi
13 April 2016Minggu,
10 April 2016 Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan pelatihan
relawan baru. Relawan Tzu Chi di Tanjung Batu memiliki semangat yang luar
biasa. Karena Tanjung Batu merupakan pulau tersendiri dan relawan harus naik
kapal terlebih dahulu untuk bisa datang ke Tanjung Balai Karimun. Kegiatan ini diikuti oleh 140
relawan.