Membangun Emosional Anak dan Orang Tua

Jurnalis : Sutriani (Tzu Chi Makassar), Fotografer : Sutriani (Tzu Chi Makassar)

Masing-masing anak asuh membasuh kedua kaki ibu mereka pada perayaan Hari Ibu di Tzu Chi Makassar, 23 Desember 2018.

Memasuki penghujung tahun 2018, hujan tak henti-hentinya mengguyur Kota Makassar. Langit mendung dan cuaca dingin berhari-hari menyelimuti Kota Daeng sejak awal Desember. Meski demikian, hal itu tak menyurutkan niat anak asuh binaan dari misi pendidikan Tzu Ching Makassar untuk turut memperingati Hari Ibu yang dilangsungkan pada Minggu 23 Desember 2018.

Dua pete-pete (angkutan umum) yang ditumpangi anak asuh bersama para ibunya, berhenti tepat di depan kantor Tzu Chi Lampung. Tampak ceria dan penuh semangat, mereka menaiki tangga demi tangga menuju lantai tiga.

Tzu Ching pun menyambut mereka dengan menampilkan Mars Tzu Ching bersama para relawan. Dengan tertib mereka menduduki kursi yang sudah berjejer rapi. Para ibu duduk di bangku depan dan anak asuh di belakang.

Para ibu duduk sambil menonton penampilan lagu maupun puisi yang dibawakan oleh anak mereka.

Hari itu, kegiatan dipandu oleh Nurul Qalbi, salah satu anggota Tzu Ching dan mengajak para tamu untuk melakukan penghormatan kepada Master Cheng Yen.

“Apa kabar hari ini?” sapa Qalbi kepada semua tamu yang datang, untuk lebih menghangatkan suasana dari dinginnya cuaca.

“Baik...” jawab para peserta.

Kegiatan diawali dengan peresembahan isyarat tangan lagu Satu Keluarga dari anak asuh. Hal ini dilakukan agar mereka bisa memperlihatkan penampilan di depan para ibunya. Tepuk tangan menghiasi ruangan usai penampilan anak asuh.

Masih berlanjut, tak mau kalah dengan penampilan isyarat tangan Satu Keluarga. Persembahan selanjutnya adalah penampilan puisi berantai berjudul Ibu. Empat anak asuh secara bergantian membawakan puisi yang cukup membuat ibu mereka menitikkan air mata.

Salah satu anak asuh menangis usai menyanyikan lagu Cinta untuk  Mama.

“Ibu, engkau mutiara yang abadi dalam hatiku. Engkau orang yang tak pernah lelah, engkau kuat meski anakmu ini seperti badai yang selalu menerjangmu setiap hari. Ibu, jasa-jasamu di hatiku. Aku mencintaimu...” Kutipan puisi yang dilantunkan oleh anak asuh cukup menyentuh hati ibu mereka. Tak tanggung-tanggung air mata pun ikut menetes.

Tak cukup sampai di situ, anak asuh masih ingin membuat ruangan pecah dengan tangisan haru. Sebuah penampilan sederhana dari lagu Cinta untuk  Mama ditampilkan pula oleh anak asuh.

“Hanya ini, kunyanyikan, senandung dari hatiku untuk mama. Hanya sebuah lagu sederhana, lagu cintaku untuk mama,” lantunan suara mereka menggema dalam ruangan. Mereka menyanyikan lagu sambil membawakan bunga untuk ibu mereka. Alhasil, haru pun tak terbendung lagi. Tampak para ibu bangga pada anaknya. Mereka pun saling memeluk, ada juga yang mencium anaknya sambil tersedu-sedu.

Hari itu, anak asuh berhasil membuat kisah haru dan membangun emosial antara dirinya bersama para ibunya. Lebih mengharukan lagi, anak asuh mendapat kesempatan membasuh kaki ibunya. Hal ini, diakui oleh para ibu bahwa baru kali ini mereka merasakan kasih sayang yang  mendalam dari anak-anaknya.

Fina, ibu dari Alik, mengungkapkan ia sedikit kaget dengan perkembangan anaknya selama mengikuti Program Minggu Belajar yang dilakukan oleh Tzu Ching Makassar. Dirinya melihat banyak perubahan, baik dari sisi ilmu pengetahuan maupun dari perilaku.

Dalam kegiatan ini pula, para relawan pembina Tzu Ching mendapatkan apresiasi dari Tzu Ching.

“Saya bangga melihat Alik yang mulai punya sopan santun kepada orang tuanya. Ia bahkan mulai rajin belajar di rumah. Lebih mengherankannya lagi, kini Alik sudah mulai jago bahasa Inggris,” katanya usai acara.

Fina juga berharap, semoga Tzu Chi terus menjaga komitmen dengan kegiatan yang dilakukan, agar anak-anak yang berada di Lette terus mendapatkan binaan sehingga mereka memiliki pengalaman yang berharga dari masa anak-anaknya yang akan dibawa hingga dewasa.

Koordinator misi pendidikan, Bahrul, menambahkan bahwa Tzu Ching sengaja mengundang anak asuh dan para ibunya untuk memperingati Hari Ibu tahun ini. “Kami ingin membangun kedekatan antara ibu dan anak dari anak asuh yang kami bina. Kami tahu, mereka tidak akan mendapatkan momen seperti ini di sekolah. Makanya, kami ingin para ibu melihat anak-anaknya kalau anak-anaknya itu bisa dibanggakan,” ujarnya.

Kegiatan pun diakhiri dengan pemberian hadiah untuk relawan, para pembina Tzu Ching, hal ini sebagai ungkapan terima kasih kepada mereka yang selalu mendukung setiap langkah kebaikan yang dilakukan oleh Tzu Ching.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Keharuan di Hari Ibu yang Tak Pernah Berubah

Keharuan di Hari Ibu yang Tak Pernah Berubah

26 Desember 2018
Di akhir semester ganjil, 21 Desember 2018, giliran murid-murid kelas X SMA Cinta Kasih Tzu Chi yang merayakan Hari Ibu. Ada 89 murid SMA yang membawa ibu mereka dan berkumpul di Aula Gedung B, Sekolah Cinta Kasih.
Membangun Emosional Anak dan Orang Tua

Membangun Emosional Anak dan Orang Tua

27 Desember 2018

Hari itu, anak asuh berhasil membuat kisah haru dan membangun emosial antara dirinya bersama para ibunya. Lebih mengharukan lagi, anak asuh mendapat kesempatan membasuh kaki ibunya. Hal ini, diakui oleh para ibu bahwa baru kali ini mereka merasakan kasih sayang yang  mendalam dari anak-anaknya.


Perayaan Hari Ibu di Tzu Chi Batam

Perayaan Hari Ibu di Tzu Chi Batam

18 Mei 2018
Perayaan Hari Ibu Tzu Chi Batam tahun ini diadakan pada Minggu 13 Mei 2018 di Aula Jing Si Batam. Perayaan Hari Ibu mencapai puncaknya pada sesi suguh teh dan basuh kaki ibu. Saat anak-anak menyuguhkan teh kepada ibunya, tidak sedikit dari para ibu yang air matanya berlinang, apalagi saat sang anak membasuh kaki mereka.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -