Dokter memeriksa penglihatan Ocid Hamdan yang sudah 2 tahun mengalami rabun. Selain itu Ocid juga menderita stroke dua tahun lalu dan tidak pernah berobat ke dokter karena terkendala biaya.
Ocid Hamdan (65) memiliki dua orang anak dan satu cucu yang tinggal di Kampung Kaveling Desa Karang Baru RT.06/01 Kec. Cikarang Utara. Ocid mengalami stroke dan katarak sejak tiga tahun lalu. Ocid kini tinggal bersama anak perempuannya dan menantu yang bekerja sebagai buruh pabrik yang penghasilannya sangat pas-pasan.
Tiga tahun lalu Ocid terserang stroke ringan, dengan gejala tangan sebelah kanannya terasa kebas dan sedikit mengalami tremor. Ocid sangat khawatir karena tidak memiliki cukup biaya untuk berobat ke rumah sakit. “Satu tahun lalu saya berobat mata saya yang kanan ke RS Medika, dibersihin sama dokternya. Alhamdulillah sedikit jelas yang tadinya gak bisa lihat sama sekali. Kalo strokenya saya gak berobat, terapi aja gak ada biaya,” jelas Ocid.
Namun dengan adanya baksos kesehatan umum dan gigi gratis yang diadakan Tzu Chi bagi keluarga prasejahtera di sekitar lingkungan sekolah Sariputra, Ocid mengaku mendapat kupon pengobatan dari RT setempat satu hari sebelumnya. Dan pada Minggu 29 Oktober 2023 pagi pukul 08.00 WIB Ocid langsung bergegas ke sekolah Sariputra yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.
Di sekolah Sariputra, Ocid mendaftar dan diarahkan oleh relawan ke pengobatan umum. Di meja pendaftaran Ocid mendapat pemeriksaan tekanan darah, berat badan, dan mendapatkan makanan roti dan satu botol air mineral.
Dokter dari relawan TIMA (Tzu Chi International Medical Association) pun memeriksa Ocid. “Saya memang darah tinggi, terus gatal-gatal, kalau malam keringatan. Saya gatal-gatal mungkin alergi kata dokternya. Terus mata saya agak rabun,” ucap Ocid. Dokter lalu memberikan penyuluhan untuk pemeriksaan mata, dan pencegahan risiko terserang stroke kembali serta menganjurkan makanan bernutrisi dan menjalani pola hidup sehat. “Bapak sering-sering makan buah-buahan dan sayuran yaaaa, jangan makan yang banyak mengandung minyak, santan, dan daging dulu yaaa,” saran dokter yang memeriksa Ocid.
Didampingi dokter mata, Ocid mencoba kacamata dan membaca huruf-huruf berukuran besar dan kecil. Ocid adalah salah satu dari ratusan pasien yang merasa sangat terbantu dengan adanya baksos kesehatan ini.
Dokter yang memerika Ocid memberikan resep obat termasuk untuk pemeriksaan matanya. Selesai pemeriksaan, Ocid didampingi relawan Tzu Chi menuju ruang lain untuk mengambil obat sambil menunggu antrian. Pemeriksaan matanya dilakukan setelah Ocid mendapatkan obat.
“Relawannya yang tugas ramah-ramah, saya kan gak tau dari pertama daftar sampai akhir nerima obat dan kacamata ke mana lagi, ruangannya banyak, orang juga rame lagi, pokoknya saya gak bingung dah, kita dianterin sama relawannya,” ucap Ocid. Ia sangat bersyukur dengan kacamata yang diterimanya, kini ia dapat mengaji dengan lancar dan tidak kesulitan membaca lagi.
Kisah Ocid Hamdan adalah salah satu contoh bagaimana bantuan layanan kesehatan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dapat memberikan harapan kesembuhan yang sangat dibutuhkan warga prasejahtera, sehingga membantu menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Memberi Pelayanan ke Rumah-rumah
Hal yang sama dialami oleh Mariyam (71) warga Kampung Teleng RT.002/003 Karang Baru Cikarang Utara. Dua dokter dan satu perawat bersama tujuh relawan Tzu Chi datang berkunjung ke rumah-rumah warga yang tidak dapat datang langsung ke lokasi baksos.
Dokter Ida Bagus Gde Wirastana, Sp.M dari TIMA sedang memeriksa kondisi penglihatan mata Mariyam di rumahnya Kampung Teleng, Karang Baru, Cikarang Utara. Beberapa orang anggota TIMA bersama relawan Tzu Chi datang mengunjungi rumah-rumah pasien yang tidak dapat datang ke lokasi baksos kesehatan umum dan gigi.
Mariyam adalah seorang janda yang tinggal dengan anak perempuannya yang bertahan hidup dari sebuah warung kecil. Nenek Mariyam yang mengalami stroke dua tahun lalu hanya bisa duduk dan tidur saja di atas kasur. Karena terjatuh, tulang pinggulnya bergeser sehingga Nenek Mariyam tidak bisa berjalan. “Terima kasih dokter sudah datang ke sini periksa saya,” ucap Nenek Mariyam.
“Iya Bu sama-sama. Apa yang sakit Nek,” sapa Dokter Ida Bagus Gde Wirastana, Sp.M dengan ramah. “Ini dokter pinggul saya sakit gak kuat jalan saya, trus kepala saya sering sakit, badan lemas dokter,” keluh Mariyam. “Ini saya kasih obat ya... Diminum ya obatnya ini ada vitaminnya juga,” jelas dr. Ida Bagus.
Seorang angota TIMA sedang mendata Nenek Mariyam yang mengalami strok dan mengalami patah tulang pinggul. Rata-rata pasien yang dikunjungi sudah berusia lanjut, dan menderita stroke. Kepada penderita stroke dokter menyarankan agar jangan berhenti meminum obat pengatur tekanan darah dan harus rajin berlatih jalan pelan-pelan.
Nenek Mariyam adalah salah satu dari empat pasien yang dikunjungi oleh tim medis TIMA bersama relawan Tzu Chi. Rata-rata pasien yang dikunjungi ini sudah berusia lanjut, dan menderita stroke. Dokter menyarankan kepada penderita strok agar jangan berhenti meminum obat pengatur tekanan darah dan harus rajin berlatih jalan pelan-pelan.
Baksos kesehatan umum dan gigi ini sudah diadakan ketiga kalinya di Desa Karang Baru yang merupakan desa binaan Tzu Chi. Pada awalnya relawan Tzu Chi bekerja sama dengan Sekolah Sariputra utuk menyosialisasikan semangat celengan bambu kepada murid-murid sekolah dan para guru. Sosialisasi ini berlanjut dengan baik hingga bisa mengadakan baksos pengobatan umum dan gigi di gedung sekolah Sariputra, karena sarana untuk mengadakan pengobatan dan lokasinya sangat dekat dengan pemukiman warga yang cukup padat.
Relawan Tzu Chi dari komunitas Cikarang yang datang untuk bersumbangsih dalam kegiatan baksos pengobatan ini berjumlah 110 orang. Dengan penuh perhatian mereka mendampingi pasien yang baru datang mendaftar hingga selesai menerima obat.
“Kita sudah sosialisasikan celengan bambu di sekolah Sariputra kemudian dari pihak sekolah mau kerja sama dengan kita,” ungkap Veriyanto, Ketua komunitas relawan Tzu Chi Cikarang. Veriyanto menegaskan bahwa baksos pengobatan umum dan gigi ini untuk masyarakat tidak mampu, dan relawan melakukan survei seminggu sebelumnya ke rumah-rumah warga, dan memang kondisi warga layak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.
“Mereka rata-rata sudah lansia, ada yang pakai kursi roda, pakai tongkat, jalan tertatih-tatih. Jadi mereka datang memang sangat membutuhkan pengobatan,” jelas Veriyanto. Veriyanto menjelaskan bahwa relawan dan tim medis memang menyiapkan beberapa orang dokter untuk datang mengunjungi warga yang memang tidak dapat datang ke lokasi baksos karena kondisi fisiknya yang lemah.
Seorang dokter TIMA sedang memeriksa kondisi kesehatan Ibu Yati (57) yang tinggal di Kp. Teleng, Karang Baru, Cikarang Utara. Dokter menyarankan Ibu Yati agar lebih sering berlatih berjalan pascastroke, karena dengan berlatih otot-otot kaki dan tangan akan pelan-pelan berfungsi kembali dengan baik.
Relawan Tzu Chi khususnya komunitas Cikarang berharap warga Kampung Kaveling Desa Karang Baru bisa menjalani pola hidup sehat. Banyak warga yang tidak menyadari bahwa hidup sehat itu sangat penting. “Kita semua relawan selalu memberi perhatian kepada para lansia untuk hidup sehat, menjalin jodoh baik untuk menggalang masyarakat untuk bergabung dalam barisan Tzu Chi, ini harapan kami,” tutup Veriyanto sehabis kunjungan ke rumah pasien.
Pada baksos kesehatan umum dan gigi ini tim medis TIMA terdiri yang dari 27 dokter umum dan 9 dokter gigi berhasil menangani 450 pasien pengobatan umum dan 80 pasien gigi, dibantu oleh 110 relawan Tzu Chi dari komunitas Cikarang.
Editor: Erli Tan