Membangun Kesadaran Melindungi Bumi

Jurnalis : Vincent Salimputra (He Qi Utara 2), Fotografer : Vincent Salimputra (He Qi Utara 2)
Relawan Tzu Chi, Tjoeng Mi Mi memberikan materi pelestarian lingkungan kepada para xiao pu sa dalam kelas Tzu Shao yang diadakan secara daring pada Minggu, 30 Agustus 2020.

Misi pelestarian lingkungan Tzu Chi telah menorehkan banyak pencapaian selama 30 tahun. Dalam ceramahnya mengenai “Sebuah Hidup yang Penuh Berkah” di Taichung pada bulan Agustus 1990, Master Cheng Yen mengimbau masyarakat untuk memulai kegiatan daur ulang sampah. “Alangkah baiknya apabila kedua tangan yang digunakan untuk bertepuk tangan dapat digunakan untuk mengumpulkan sampah dan melakukan daur ulang sampah agar negeri ini menjadi tanah yang bersih”, imbau Master Cheng Yen kepada para hadirin yang bertepuk tangan riuh ketika selesai mendengarkan ceramahnya.  

Seorang gadis muda pun merespon imbauan Master tersebut menjadi aksi nyata. Teladan gadis muda tersebut kemudian diikuti oleh para relawan Tzu Chi yang lain. Sejak saat itu, banyak orang mulai terlibat dalam pengumpulan dan pemilahan sampah. Depo pelestarian lingkungan pun bermunculan mulai dari Taichung hingga ke berbagai belahan dunia di mana Tzu Chi berada.

Seiring berjalannya waktu, Master Cheng Yen juga mengajarkan kepada para muridnya untuk tidak hanya mengikuti tren yang ada seperti mendaur ulang sampah menjadi barang yang dapat digunakan kembali, namun harus berpikir ulang dan mengendalikan diri sebelum melakukan kegiatan konsumsi yang berpotensi menimbulkan sampah.

Kegiatan kelas Tzu Shao ini diikuti oleh 38 peserta. 

Konsep tersebut merupakan bagian dari materi yang turut disosialisasikan oleh Tjoeng Mi Mi kepada para xiao pu sa (Bodhisatwa cilik-red)dalam kelas Tzu Shao, yang diadakan secara daring pada Minggu 30 Agustus 2020. Menggenggam setiap kesempatan untuk menanamkan pendidikan pelestarian lingkungan, beliau menjalin jodoh baik dengan 38 peserta yang berpartisipasi dalam kelas tersebut.

Filosofi Pelestarian Lingkungan
“Mengubah sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih” merupakan slogan yang menjadi inspirasi sekaligus mendasari semangat para insan Tzu Chi yang aktif melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Tujuan utama pelestarian lingkungan ini bukanlah sekedar berapa banyak dana yang berhasil terkumpul, melainkan yang terpenting dari semua itu adalah kesadaran dari setiap orang akan pentingnya melestarikan lingkungan. Dengan banyaknya tangan yang bekerja untuk melestarikan lingkungan, maka bumi akan semakin bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit dan bencana. Hal ini juga yang diharapkan oleh Tjoeng Mi Mi dari para xiao pu sa agar dapat mengajak temannya bersama-sama melakukan hal bermanfaat untuk memperpanjang usia bumi.

Bumi yang kita diami saat ini dapat diibaratkan sebagai tubuh manusia. Bila tubuh manusia dipaksa untuk bekerja terlalu keras, maka tentunya akan menjadi lelah dan dapat jatuh sakit. Dan ketika sakit, berbagai gejala seperti demam, pusing dan batuk pun bermunculan. Seperti halnya dengan bumi ini, akibat dieksploitasi oleh manusia secara berlebihan, mulai menunjukkan gejala “demam”, yang disebut dengan fenomena pemanasan global. Dampak dari kenaikan suhu bumi ini tak bisa dianggap sepele, mulai dari gelombang panas yang menyengat, gletser di dunia yang mulai mencair, meningkatnya level air laut, hingga berbagai bencana lainnya akibat ketidakselarasan unsur-unsur alam. Ditambah,  usia bumi yang saat ini tidak bisa dikatakan muda lagi.

Agar para xiao pu sa dapat lebih memahami fenomena pemanasan global tersebut, Tjoeng Mi Mi menayangkan sebuah cuplikan video berdurasi 27 detik mengenai beruang kutub yang mencukur bulu di sekujur tubuhnya hingga tak bersisa. Tjoeng Mi Mi pun mengajukan pertanyaan, ”Mengapa beruang kutub melakukan hal tersebut?”. Banyak di antara xiao pu sa yang antusias merespon pertanyaan tersebut, salah satunya Elora Fleta Sulim, “Beruang kutub merasa kepanasan, akibat dari es mulai mencair.” Hal senada juga diutarakan oleh Nicko Setiawan yang merasa iba dengan beruang kutub tersebut. “Suhunya terlalu panas sehingga beruang kutub harus mencukur bulunya. Kasihan dia terlihat kurus.”

Dalam kelas online ini, para peserta menyaksikan ilustrasi gambar bumi yang sedang sakit dan kondisinya semakin memprihatinkan. 

Memang dampak pemanasan global terasa semakin nyata bagi sebagian makhluk hidup, tak terkecuali beruang kutub. Bergantung pada lautan es untuk berburu makanan dan berkembang biak, mereka sangat rentan ketika habitatnya menyusut. Penyusutan es akan membuat mereka semakin kesulitan mendapatkan makanan, yang tentunya memaksa mereka berenang dan berjalan lebih jauh untuk mencarinya. Hal ini akan berakibat mereka mengalami defisit energi dan kehilangan massa tubuh. Bila tren pemanasan global ini terus berlanjut, maka populasi mereka akan semakin berkurang dan terancam punah.

Tanpa kita sadari, kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari turut menyumbang emisi karbon dan gas rumah kaca yang mengakibatkan pemanasan global yang sedang terjadi. Mulai dari meninggalkan lampu dan AC dalam keadaan menyala di kamar kosong, menggunakan sedotan plastik untuk minum, membeli air minum dalam kemasan setiap hari, membuang kertas yang masih dapat digunakan hingga mengonsumsi daging hewan yang ada dalam piring kita. Padahal, dengan hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk mengurangi emisi tersebut seperti menghemat energi listrik, menghemat penggunaan kertas dan plastik, dan menerapkan pola makan vegetarian, dapat membuat bumi menjadi lebih sehat.

5 Prinsip Bijak Selamatkan Bumi
Menjadi seseorang yang peduli lingkungan ternyata dapat dilakukan dengan hal sederhana, karena sesungguhnya hal tersebut dimulai dari diri sendiri. Dengan bermodalkan kecintaan pada lingkungan, Tjoeng Mi Mi mengajak para xiao pu sa untuk menerapkan prinsip 5R dalam kehidupan mereka sehari-hari yaitu Rethink, Reduce, Repair, Reuse, dan Recycle.

Dalam menjelaskan prinsip 5R ini, Tjoeng Mi Mi juga mengajak para xiao pu sa untuk menikmati video animasi lucu nan menghibur serta memetik pelajaran berharga dari video tersebut. Video tersebut berceritakan sekumpulan hewan yang menyelamatkan bumi dengan menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya melalui hal-hal sederhana seperti menghemat penggunaan air ketika mandi dan menghindari penggunaan plastik ketika berbelanja di pasar.

Para xiao pu sa pun terinspirasi dan bersedia untuk mempraktekkan apa yang telah diajarkan oleh hewan-hewan dalam video tersebut, seperti yang dituturkan oleh Viryadi Gunawan kepada Tjoeng Mi Mi, “Saya akan mengajak orang-orang rumah untuk mulai membawa tas belanja sendiri ketika sedang berbelanja di pasar.”

Tjoeng Mi Mi memberikan pemahaman kepada para xiao pu sa untuk menerapkan prinsip 5R dalam kehidupan mereka sehari-hari yaitu Rethink, Reduce, Repair, Reuse, dan Recycle.

Kondisi lingkungan pada masa yang akan datang akan tergantung dari perilaku kita terhadap lingkungan tersebut. Bila kita terus mencemari bumi dengan sampah, maka tentu akan mewariskan bumi yang gersang dan berbau busuk. Adalah kewajiban kita bersama untuk berkontribusi lebih nyata walaupun hal tersebut kecil dan sederhana, dalam menjaga, merawat, dan melindungi bumi dari segala kerusakan. Dengan demikian, kita dapat mewariskan bumi yang lebih bersih dan lebih sehat, kepada anak cucu nanti.

Pada kesempatan kali ini, tim relawan misi pendidikan dari komunitas He Qi Utara 2 juga telah mempersiapkan beberapa polling untuk mengetahui seberapa banyak materi yang diserap oleh para xiao pu sa. Tidak ketinggalan pula, Tjoeng Mi Mi me-review pekerjaan rumah yang telah dikerjakan oleh para xiao pu sa. Kelas yang berlangsung pada hari itu pun ditutup dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen.

Editor: Arimami Suryo A.


Artikel Terkait

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -