Ada 18 relawan pendidik dan pengurus serta 3 orang tua murid dan 11 peserta umum yang menghadiri acara Parenting Class yang diadakan oleh Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen (Jing Si Ban) Tzu Chi Mandala. Kelas ini menghadirkan pembicara Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T., seorang psikolog klinis dan hypnotherapist (ahli terapi dengan metode hipnosis) bersertifikasi dalam bidang parenting (mengasuh dan mendidik anak).
Setiap orang tua tentu menginginkan buah hatinya tumbuh dengan budi pekerti dan karakter yang kuat. Mendidik dan membimbing anak adalah tanggung jawab yang membutuhkan kesabaran, strategi yang tepat, serta komunikasi yang baik agar terjalin hubungan yang harmonis. Selain pola asuh yang sesuai, orang tua juga perlu memahami karakter anak agar dapat membangun koneksi yang kuat serta membentuk pribadi yang positif di masa depan.
Kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) Mandala Medan mengadakan Parenting Class di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Mandala, Medan pada Minggu, 16 Februari 2025. Acara tahunan ini menjadi pembuka tahun ajaran baru kelas Kata Perenungan (Jing Si Ban) yang dihadiri oleh 18 relawan pendidik serta pengurus, bersama tiga orang tua murid dan 11 orang peserta umum.
Parenting Class ini akan memberikan pemahaman kepada orang tua dan pendidik mengenai pentingnya kecerdasan emosional, intelektual, dan sosial dalam perkembangan anak. "Setiap anak itu unik dan berharga. Melalui Parenting Class, kami ingin membantu orang tua menyadari potensi luar biasa yang dimiliki anak-anak mereka," ujar Yessica, koordinator kegiatan.
Phei Yin Ketua Kelas Kata Perenungan Master Cheng Yen (Jing Si Ban) Tzu Chi Mandala, menyampaikan kurikulum dan program Kelas Kata Perenungan selama satu tahun ke depan dan materi yang diberikan sepanjang tahun ajaran 2025.
Pada kesempatan ini, Phei Yin, Ketua Kelas Kata Perenungan Medan Mandala 2025 menjelaskan program pembelajaran selama setahun ke depan untuk mendapatkan dukungan dan kerja sama dari para orang tua.
Acara dimulai dengan pemutaran video ceramah Master Cheng Yen yang berjudul "Mendidik Murid dengan Cinta Kasih." Master Cheng Yen mengibaratkan anak-anak sebagai selembar kertas kosong yang siap diisi dengan nilai-nilai baik. Master Cheng Yen menekankan pentingnya lingkungan yang mendukung agar anak dapat tumbuh dengan moralitas yang baik. “Para pendidik harus meningkatkan kualitas diri agar dapat menjadi teladan yang baik bagi murid-murid,” kutipan dari pesan Master Cheng Yen.
Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T. memaparkan materi bertema “Semua Anak Cerdas dan Berharga”. Juliana menjelaskan betapa pentingnya pola asuh dan pendekatan yang sesuai dengan karakter anak dan komunikasi yang baik agar dapat membangun koneksi dengan anak dan fondasi yang kuat agar mereka menjadi pribadi yang positif kelak.
Dengan mengusung tema "Setiap Anak Cerdas dan Berharga," Parenting Class menghadirkan Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T., seorang psikolog klinis sekaligus hypnotherapist bersertifikasi dalam bidang parenting. Sejak 2010, Juliana aktif dalam berbagai pelatihan dan kini praktik di Siloam Hospital Medan serta LivWell Clinic.
Menurut Juliana, banyak orang tua beranggapan bahwa pendidikan formal adalah kunci kesuksesan anak. Namun, ia menegaskan bahwa keberhasilan anak di masa depan tidak hanya ditentukan oleh akademik, melainkan oleh konsep diri yang positif. "Jika anak memiliki konsep diri yang baik, ia akan lebih percaya diri, kreatif, dan mampu bersosialisasi dengan baik. Namun, jika konsep dirinya negatif meskipun pintar secara akademik, ia akan sulit berkembang dan merasa selalu kurang," jelas Juliana.
Konsep diri anak terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan, baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah, pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pola pikir anak, terutama dalam lima tahun pertama kehidupannya. Juliana menjelaskan konsep diri terbentuk melalui lima cara utama, yaitu figur otoritas (orang tua dan guru), emosi, pengulangan, pengamatan, serta kondisi relaksasi seperti sebelum tidur dan setelah bangun tidur. Selain itu, fondasi bahasa yang kuat serta kedisiplinan juga berperan penting dalam membentuk kepribadian anak.

Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T. juga memberikan pemahaman tentang pentingnya bahasa kasih untuk membentuk konsep diri yang positif pada anak.
Lebih lanjut, Juliana menekankan anak akan tumbuh secara optimal jika merasa aman. Rasa aman ini erat kaitannya dengan "baterai kasih" dalam diri anak. Jika baterai kasihnya penuh, anak akan berkembang dengan baik, namun jika kosong, ia bisa menjadi anak yang bermasalah.
Pola asuh orang tua berperan besar dalam menjaga batu baterai kasih ini. Juliana menjelaskan beberapa pola asuh yang umum, mulai dari overprotective (terlalu melindungi), overpermissive (terlalu membebaskan), overdemading (terlalu banyak tuntutan), rejection (selalu menolak keinginan anak), dry cleaning (menyerahkan pengasuhan ke orang lain hingga pola asuh ideal yang mengayomi, mengarahkan, dan membimbing anak dengan penuh kasih sayang.
“Ketika baterai kasih anak mulai menipis, orang tua harus segera mengisinya dengan bahasa kasih seperti quality time, kata-kata apresiasi, pelayanan, sentuhan fisik seperti pelukan, serta pemberian hadiah yang bermakna. Yang terpenting, bahasa kasih ini harus dilakukan dengan kontak mata dan ketulusan,” jelas Juliana.
Salah satu peserta mendapat kesempatan bertanya dan sharing (berbagi) dalam sesi tanya jawab kepada Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T.
Di sekolah, peran guru dan lingkungan juga sangat memengaruhi konsep diri anak. Selama ini, kecerdasan anak sering diukur dari kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung). Padahal, ada banyak bentuk kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan bahasa, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, naturalistik hingga eksistensial.
Oleh karena itu, Juliana mengingatkan para orang tua agar tidak hanya menuntut prestasi akademik, tetapi juga memberikan ruang bagi anak untuk mengembangkan bakat dan potensinya. “Konsep diri yang baik akan membawa anak menuju keberhasilan di masa depan. Jika di rumah sudah terbentuk konsep diri yang positif, pastikan di sekolah juga mendapatkan lingkungan yang mendukung,” lanjut Juliana.
Tantio (59) salah satu peserta yang hadir mengungkapkan bahwa Parenting Class sangat bermanfaat. “Acara seperti ini membantu orang tua memahami karakter anak dengan lebih baik. Anak-anak memiliki keunikan tersendiri, dan penting bagi kita untuk menyadarinya,” ujar Tantio. Ia juga menyoroti pentingnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai, mengingat teknologi makin berkembang pesat. “Semoga makin banyak orang tua yang sadar akan pentingnya Parenting Class agar hubungan dengan anak lebih harmonis,” harap Tantio.
Phei Yin Ketua Kelas Kata Perenungan 2025 memberikan suvenir kepada narasumber acara Parenting Class Juliana, S.Psi., M.Psi., Psikolog, C.Ht.®, C.T. sebagai ungkapan terima kasih relawan Tzu Chi.
Tony Honkley, Wakil Ketua Kelas Kata Perenungan 2025 memberi apresiasi terhadap antusias peserta. Tony mengingatkan menjadi orang tua adalah proses belajar yang tidak berhenti. “Saya berharap Parenting Class ini bisa menjadi wadah untuk terus belajar agar kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik dan menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh cinta kasih,” tutur Tony.
Parenting Class bukan sekadar ajang berbagi ilmu tentang pola asuh, tetapi juga sarana untuk menyadarkan orang tua bahwa setiap anak memiliki nilai dan potensi yang luar biasa. Dengan membangun komunikasi yang baik serta mendukung anak sesuai karakter dan keunikannya, diharapkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat secara sosial dan intelektual.
Editor: Anand Yahya