Membangun Mimpi Anak-anak Sekolah Tzu Chi

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit, begitulah kira-kira bunyi pepatah yang telah akrab di telinga. Pepatah ini juga yang mendasari satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia, Rabu (4 Juni 2014) lalu. Kegiatan berupa Year End Performance yang menampilkan sebuah drama musikal bertajuk Dream, Believe, and Achieve ini diadakan dalam rangka menutup tahun ajaran 2013/2014. “Kita ingin menyampaikan pesan kepada anak-anak bahwa apapun yang mereka harus punya mimpi, harus berjuang dengan jerih payah untuk mencapai apa yang mereka impikan,” ujar Caroline Widjanarko, Kepala SD Tzu Chi Indonesia, menjelaskan mengenai latar belakang pengambilan tema drama. Drama musikal yang berlangsung kurang lebih selama dua jam itu diikuti oleh seluruh tingkatan kelas (1 – 5) yang semuanya berjumlah 650 siswa dan berkisah mengenai perjuangan lima orang anak yatim untuk mengejar mimpi mereka.

Adalah Anna, Linda, Mary, Jack, dan Brian, anak yatim yang diasuh sendiri oleh Erika (Ibu mereka) setelah kepergian ayah mereka. Kehidupan keluarga yatim ini kurang sempurna dan serba susah, apalagi untuk memperoleh pendidikan yang layak hingga bermimpi juga susah. Suatu hari datanglah satu rombongan relawan Tzu Chi yang melihat-lihat dan memberikan kesempatan kepada kelima anak tersebut untuk melanjutkan sekolah mereka di Sekolah Tzu Chi Indonesia.

Dalam rangka menutup tahun ajaran 2013/2014, Rabu (4 Juni 2014) lalu Sekolah Tzu Chi Indonesia menampilkan sebuah acara berupa Year End Performance yang menampilkan sebuah drama musikal bertajuk Dream, Believe, and Achieve.

Dalam bersosialisi di sekolah baru, kelima anak ini agak sulit untuk membaur karena ada beberapa siswa yang tidak menyukai kehadiran mereka. Beberapa siswa tersebut mengaku sebagai da ge (kakak perempuan) dan da jie (kakak perempuan) yang bersikap sombong, angkuh, dan suka merendahkan teman mereka. Diceritakan dalam kisah selanjutnya bahwa sekolah mereka mengadakan satu festival adu bakat yang diikuti oleh beberapa regu. Regu baik dan regu jahat pun ikut dalam festival tersebut dan membuktikan kemampuan masing-masing serta menggunakan kesempatan tersebut untuk meraih mimpi mereka.

Dalam drama ini, para siswa tidak hanya diajarkan mengenai seni mendalami peran dari masing-masing tokoh yang diperankan. Namun para guru sengaja ingin memberikan pengajaran tentang seni dalam kehidupan bahwa di dalam kehidupan pastilah ada satu nilai yang saling bertolak belakang. Baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya sehingga nantinya para siswa mampu membedakan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan. Hal lain yang penting adalah menumbuhkan kepercayaan diri dan mengasah hobi mereka sedari dini. “Supaya anak-anak berani belajar dan berani tampil (di depan umum). Semoga mereka bisa lebih berani mengekspresikan diri dan juga kita tahu mereka tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi kita harapkan supaya mereka belajar di bidang lainnya,” tutur Caroline. Di samping mengusung kisah drama, anak-anak juga menampilkan tarian daerah, nyanyian, dan tarian modern yang diajarkan langsung oleh guru mereka.

Drama musikal ini menceritakan tentang perjuangan 5 anak yatim (Anna, Linda, Mary, Jack, dan Brian) untuk menuju kesuksesannya.

Selain hal itu, nilai moral mengenai dunia Tzu Chi juga banyak tertuang dalam drama. Seperti misi pelestarian lingkungan yang ditekankan dan alur drama yang tidak jauh dari apa yang Master Cheng Yen ajarkan bahwa, “Kesuksesan bergantung pada kekuatan tekad yang gigih, bukan didapat dengan untung-untungan karena dorongan emosi sesaat.”

Belajar Melalui Peran
Memerankan tokoh yang dikucilkan dalam drama, Valencia Astono dan Evangeline (kelas 5), mengaku ikut belajar hal baru selain seni peran. “Kita nggak boleh serakah, nggak boleh merendahkan orang, dan tetap perjuangkan mimpi,” ujarnya. Walaupun awalnya mereka merasa sangat sulit untuk memerankan tokoh masing-masing, namun pada akhir kegiatan rasa puas dan lega mereka rasakan karena telah menampilkan kemampuan mereka. “Kemarin Laoshi (guru) pesan, katanya hari ini harus siapin 200% energi untuk tampil di depan mama-papa. Dan sekarang senang, lega,” ucap Evangeline, “memang yang paling susah buat belajar ekspresi wajah. Tapi karena bersungguh-sungguh jadi bisa.”

Selain kisah drama, para siswa juga membawakan tarian daerah, nyanyian, dan juga tarian modern yang diajarkan langsung oleh guru mereka.

Kisah lain datang dari Jamalia, salah satu orang tua murid yang begitu bangga melihat penampilan anaknya di depan panggung. Dengan memegang gadget bermode video, ia merekam seluruh penampilan Michelle Anwar yang membawakan sebuah lagu barat: Somewhere Over The Rainbow dengan iringan piano dan biola dari siswa lainnya. “Bangga dan sangat senang melihat dia bisa tampil dengan baik,” ujarnya. Dalam keseharian, Michelle merupakan anak yang lembut, tidak rewel namun sedikit pemalu, tidak disangka dia bisa menunjukkan percaya diri yang begitu besar di depan para tamu undangan. Selain membangun percaya diri Michelle, melalui pengajaran dalam sekolah kini Michelle juga bersikap lebih dewasa dalam sikap dan tingkah laku. “Semoga Michelle nantinya bisa menjadi anak berbakti dan menjadi dirinya sendiri,” tambah Jamalia. Harapan yang sama bagi seluruh siswa juga terucap dari Yang Wen Cong, Direktur Sekolah Tzu Chi Indonesia. “Dari sini anak-anak terlihat sudah semakin dewasa. Orangtua punya harapan dan mimpi terhadap anak-anak, disamping itu anak-anak juga punya mimpi. Dari semua mimpi itu, semoga orangtua dan anak bisa mencapai impian mereka,” tutupnya.

Michelle Anwar menyanyikan sebuah lagu barat, Somewhere Over The Rainbow dengan iringan piano dan biola dari siswa lainnya. Penampilan ini merupakan sebuah kebanggan bagi orangtua Michelle, Jamalia.

Di Akhir acara, para murid juga menerima penghargaan atas prestasi dalam bidang akademik dan non-akademik yang telah mereka raih selama satu tahun ini.


Artikel Terkait

Membangun Mimpi Anak-anak Sekolah Tzu Chi

Membangun Mimpi Anak-anak Sekolah Tzu Chi

06 Juni 2014 Kegiatan Year End Performance ini menampilkan sebuah drama musikal bertajuk Dream, Believe, and Achieve ini diadakan dalam rangka menutup tahun ajaran 2013/2014.
Pentas di Penutup Tahun Ajaran

Pentas di Penutup Tahun Ajaran

09 Juni 2016

Sekolah Dasar Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan Year End Performance yaitu penampilan drama musikal sebagai kegiatan di akhir tahun ajaran. Selain pementasan, dalam kegiatan juga menjadi momentum untuk memberikan penghargaan bagi siswa berprestasi.

Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -