Membangun Welas Asih dan Membangun Empati

Jurnalis : Christabel, Rahayu Wulandari, You Natan (Tzu Chi Surabaya), Fotografer : Ida Sabrina, Stella Agrippina, Diyang Yoga W (Tzu Chi Surabaya)

You Natan sedang menjelaskan tentang Welas Asih dalam tidakan nyata, Salah satu materi untuk anak asuh dapet memiliki rasa empati terhadap sesama mahluk. Anak-anak asuh diajarkan untuk menyalurkan cinta kasih yang mereka rasakan kepada semua makhluk.

Kelas anak asuh Tzu Chi Surabaya di bulan September ini mengangkat tema “Mengubah Empati Menjadi Tindakan.” Kegiatan ini diadakan pada Minggu, 8 September 2024 dengan pendampingan tujuh orang relawan pendidikan dan 23 orang anak asuh Tzu Chi yang hadir. Kelas anak asuh ini guna membekali anak-anak asuh dengan nilai-nilai budi pekerti yang akan membimbing mereka menjadi pribadi yang penuh empati dan beraksi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta anak asuh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelas besar dan kelas kecil (untuk siswa kelas 3 SD ke bawah). Kegiatan diawali dengan memasuki kelas dengan tertib dan rapi dan memberi penghormatan kepada Master Cheng Yen. Mereka dengan seksama menyimak ceramah Master Cheng Yen yang berjudul "Bunga Cinta Kasih."

Pada tayangan video itu Master Cheng Yen bercerita kisah tentang seorang pemburu yang terkenal dengan keahliannya dalam memburu hewan. Namun, sang pemburu mengalami pertobatan mendalam setelah menyaksikan hasil perbuatannya yang kejam, yaitu membunuh seekor ibu dan anak monyet.  Dari kisah tersebut, Master Cheng Yen menekankan pentingnya menumbuhkan empati, tidak hanya di antara sesama manusia, tetapi juga welas asih terhadap semua makhluk hidup, termasuk hewan.

Anak-anak kelas anak asuh juga diajarkan berdiskusi tentang membangkitkan rasa empati dan diwujudkan dalam tindakan kasih sayang yang nyata dalam kehidupan.

Relawan pendamping anak asuh Tzu Chi dengan cinta kasih mendampingi anak-anak untuk bercerita dengan pendekatan kreatif dan ceria.

Pada sesi diskusi tentang makna empati anak-anak asuh Tzu Chi aktif membahas kisah ibu dan anak monyet serta tindakan si pemburu. Mereka dengan cepat dapat merasakan bagaimana ibu monyet yang ingin melindungi anaknya, serta perasaan bagaimana anak monyet yang diliputi ketakutan. Melalui diskusi ini, anak-anak belajar bahwa empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh makhluk lain meskipun berbeda. Setiap makhluk hidup, termasuk hewan, memiliki perasaan, dan dengan empati, kita dapat lebih menghargai dan peduli terhadap semua makhluk di sekitar kita.

Mengajarkan welas asih kepada kelas kecil para relawan pendidikan menggunakan pendekatan yang kreatif dan penuh keceriaan. Mereka melibatkan anak-anak dalam kegiatan mewarnai gambar-gambar dengan tema empati dan kasih sayang. Gambar-gambar yang mereka warnai anak-anak berbagi cerita tentang perasaan empati yang muncul dari gambar yang mereka warnai.

Para relawan turut serta dalam membantu anak-anak berdiskusi, dengan sabar menggali lebih dalam bagaimana mereka memahami dan merasakan empati serta welas asih. Melalui aktivitas ini, anak-anak belajar untuk tidak hanya mengenal perasaan empati, tetapi juga bagaimana mengubahnya menjadi tindakan kasih sayang yang nyata dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Relawan dengan suka cita mengapresiasi salah satu anak asuh yang sudah berani bercerita di depan kelas.

Anak-anak diajarkan berdiskusi agar belajar saling menghargai pendapat anatr satu kelompok. Masing Masing relawan dengan suka cita membimbing setiap kelompok anak asuh yang ada dengan welas asih.

Sementara itu, anak-anak kelas besar dibagi menjadi tiga kelompok untuk membuat drama berdasarkan gambar-gambar yang bertemakan rasa empati. Setiap kelompok ditugaskan untuk membuat skenario drama singkat dari salah satu gambar tersebut.

Kelompok pertama menampilkan kisah tentang kasih sayang antara ibu dan anaknya, yang menggambarkan kasih sayang keluarga. Kelompok kedua menampilkan hubungan persahabatan yang saling mendukung, menonjolkan pentingnya perhatian antar teman.

Kelompok ketiga membawa cerita tentang seorang nenek yang bersedih setelah padinya dicuri. Cucu dari nenek tersebut menunjukkan empati dan welas asih dengan menghibur dan memberikan dukungan kepada neneknya yang berduka. Kelompok tiga ini menjelaskan mereka memahami rasa kehilangan sesuatu yang telah dikerjakan dengan susah payah, mereka ingin menggambarkan perasaan seorang cucu yang berusaha meringankan beban neneknya.

"Melalui tema ini, kami berharap anak-anak makin tertarik dan memahami Tzu Chi dengan lebih mendalam," ujar You Natan relawan tim pengajar kelas anak asuh. "Kami juga ingin anak-anak mengetahui dua karakter penting yang menjadi ciri relawan Tzu Chi," tambah You Natan.

Felania sedang mendampingi dan memberi motivasi untuk anak-anak kelas asuh dalam membuat sebuah rangkaian cerita dan mewarnai gambar.

Kelompok pertama Anak asuh yang sedang beradegan cerita tentang kasih sayang antara ibu dan anaknya, menggambarkan kasih sayang keluarga.

Setelah sesi drama, seluruh anak asuh menikmati snack berupa mini pizza. Para anak asuh juga belajar memperagakan bahasa isyarat tangan dengan lagu Rang Ai Chuan Chu Qu (Sebarkan Kasih Sayang). Bahasa isyarat tangan ini menggambarkan harapan dari kelas anak asuh Surabaya agar anak-anak Tzu Chi dapat menyalurkan cinta kasih yang mereka rasakan kepada semua makhluk, menjadi cahaya kebaikan bagi dunia di sekitar mereka.

Pada pertemuan kelas anak asuh ini anak-anak mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang gerakan pada setiap bait lagu. Yuliani dengan penuh kesabaran membimbing anak-anak untuk memahami gerakan isyarat tangan pada lagu tersebut.

Yuliani dengan penuh kesabaran membimbing anak-anak untuk memahami gerakan isyarat tangan

Yuliani mengajarkan isyarat tangan dengan menggunakan ilustrasi wa wa tu yang membantu anak-anak melihat hubungan setiap gerakan dan kata-kata dalam lagu. Dengan cara ini, diharapkan anak-anak dapat lebih memahami makna dari setiap gerakan dan bagaimana gerakan-gerakan tersebut mencerminkan pesan kasih sayang yang terkandung dalam lagu.

Di penghujung acara anak asuh antre untuk makan bersama yang telah disiapkan para relawan pendamping anak asuh. Beberapa anak turut membagikan makanan. Kayla dan Dyah membantu pembagian makanan kepada teman-teman mereka. Dengan penuh semangat, mereka melayani teman-teman untuk makan bersama dengan tertib dan penuh kehangatan.

Acara ditutup dengan nyanyian dan isyarat tangan dengan lagu “Sebarkan Kasih Sayang” (Rang Ai Chuan Chu Qu)

Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Menjadi Remaja yang Siap Menghadapi Tantangan

Menjadi Remaja yang Siap Menghadapi Tantangan

30 Mei 2017
Tim Teratai kembali mengadakan gathering anak asuh pada Minggu, 2 April 2017. Pada gathering tersebut, Tim Teratai mengambil tema: 20 Kesulitan dalam Kehidupan Manusia.
Menanamkan Kepedulian Terhadap Sesama dan Lingkungan

Menanamkan Kepedulian Terhadap Sesama dan Lingkungan

26 September 2019

Sebanyak 104 siswa SD, SMP, SMA hingga jenjang universitas hadir dan berkumpul menyatukan hati bersama di Aula Jing Si Jakarta. Bersama orang tua dan relawan pemerhati, para anak asuh penerima beasiswa Tzu Chi Sinar Mas mendapatkan penjelasan tentang Pelestarian Lingkungan dan Budi Pekerti.

Serunya Berlomba Bersama Relawan

Serunya Berlomba Bersama Relawan

09 September 2022

Masih dalam semarak kemerdekaan, seluruh tim dan peserta mengadakan upacara bendera dan lomba 17-an. Suasana sangat riang karena seluruh tim yang dibagi dalam beberapa grup semangat ‘45 untuk memenangkan berbagai lomba.

Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -