Membantu Tak Mengenal Sekat
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta WulandariHong Tjhin menemani Ayman
Riad Al Mufleh, Sekretaris Jendral dari Jordan
Hashemite
Charity Organization mengelilingi Aula Jing Si dan melihat
kegiatan pemberian bantuan yang telah Tzu Chi Indonesia lakukan.
Ayman Riad Al Mufleh, Sekretaris Jendral dari Jordan Hashemite Charity Organization (JHCO) mengunjungi Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada Selasa, 17 Juli 2018. Bersama 3 delegasi lainnya dari JHCO dan dua dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Ayman ingin menjalin keakraban dengan keluarga besar Tzu Chi Indonesia setelah sebelumnya mengunjungi Tzu Chi Taiwan dan berkesempatan bertemu dengan Master Cheng Yen. Hong Tjhin, CEO DAAI TV Indonesia menyambut kedatangan mereka dengan hangat dan antusias.
Bertempat di ruang rapat lantai 6 Gedung DAAI, kedua organisasi yang sama-sama bertujuan untuk memberikan kehidupan yang lebih baik ini berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dalam memberikan bantuan.
Hong Tjhin menyambut kedatangan Ayman
Riad Al Mufleh, Sekretaris Jendral dari Jordan
Hashemite
Charity Organization beserta delegasinya ketika sampai di Aula
Jing Si.
Jordan Hashemite Charity Organization didirikan pada 1990 oleh Pangeran Hassan dari Yordania. Organisasi ini mendedikasikan diri mereka untuk membantu kelompok yang membutuhkan. Dalam enam tahun setelah meletusnya perang di Suriah, JHCO telah membantu lebih dari satu juta pengungsi Suriah di Yordania. Dan sejak tahun 1997, mereka sudah bekerja sama dengan relawan Tzu Chi Yordania.
Berkawan dan menjalin kerja sama dengan Tzu Chi, Ayman mengungkapkan kesan yang mendalam. Baginya jarang sekali organisasi bisa melakukan hal-hal yang dilakukan oleh Tzu Chi. “Tzu Chi melayani dengan perhatian. Mereka selalu membawa pesan bahwa masih ada harapan. Mereka juga memberikan cinta, perasaan bahagia, dan kebaikan,” ucap Ayman. “Saya salut dengan relawan yang terus bekerja, seperti di Yordania. Itulah mengapa di organisasi kami, kami juga membuat satu grup bernama sanneda yang berarti mendukung. Jadi bayangkan apabila di dunia ini saling mendukung maka akan berdampak besar dalam kehidupan bermasyarakat apalagi bagi mereka yang membutuhkan dukungan,” lanjutnya.
Respon Sigap Menangani Pengungsi
Bertempat di ruang rapat lantai 6 Gedung DAAI,
kedua organisasi ini berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dalam memberikan
bantuan.
Dalam pertemuan tersebut Ayman menjelaskan bahwa, pengungsi di Yordania kini sudah separuh dari populasi negaranya sendiri. Saat ini jumlah populasi Yordania ada 6 juta penduduk, sementara pengungsi yang datang ada 3 juta penduduk. “Kendala pasti sangat banyak, namun sejak pemerintahan Yordania merespon mengenai pengungsi Suriah di Yordania, kami langsung turun memberikan bantuan. Relawan Tzu Chi Yordania juga selalu sigap dan banyak membantu masyarakat Yordania dan para pengungsi yang membutuhkan bantuan,” jelas Ayman.
Sementara itu Hong Tjhin merasa Tzu Chi Indonesia harus banyak belajar dari JHCO dalam memberikan bantuan bagi para pengungsi. “Di Indonesia pun mungkin tidak terlihat, tapi ada 14.700 pengungsi dan di sekitar Jabodetabek ada 4 hampir 5 ribu. Tentunya ini suatu permasalahan yang perlu kita pikirkan bersama bagaimana kita bisa mengurangi dampak negatif kepada masyarakat dan bisa membantu meringankan penderitaan pengungsi,” kata Hong Tjhin. Relawan Komite Tzu Chi Indonesia ini pun melanjutkan bahwa adanya kebijakan baru tentang para pencari suaka di negara-negara barat yang mereka tuju kembali memberikan ketidakpastian tentang berapa lama proses para pengungsi ada di negara transit.
Selain Aula Jing Si, Ayman
Riad Al Mufleh dan delegasinya juga
mengunjungi Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk melihat bagaimana misi pendidikan
Tzu Chi diterapkan.
Hingga saat ini Tzu Chi Indonesia masih terus belajar dan berusaha memberikan bantuan bagi para pengungsi dengan bekerja sama dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Bantuan tersebut berbentuk bakti sosial kesehatan secara berkala bagi para pengungsi yang datang dari Somalia, Afganistan, dan negara-negara lainnya. “Permasalahan ini memang jarang dan tidak terlalu diekspos karena sensitif. Tapi masih banyak sekali yang di bawah umur yang memerlukan perhatian khusus supaya mereka bisa melanjutkan pendidikan dan bagaimana selama masa tunggu yang penuh ketidakpastian ini mereka bisa memperoleh kehidupan dengan baik,” jelas Hong Tjhin.
“Jadi tetaplah melakukan hal ini (membantu satu sama lain), terus berbuat, sampaikan ceritanya pada teman, saudara, keluarga. Ajak mereka untuk ikut bersama karena bagaimanapun kehidupan berlangsung, membantu orang lain tetap menjadi sesuatu yang penting,” sambung Ayman.
Tzu Chi dan Jordan Hashemite
Charity Organization (JHCO) saling bertukar suvenir.