Membantu Untuk Dua Puluh Hari Kedepan

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

foto
Salah satu relawan mengajak para tamu untuk memeragakan bahsa isyarat tangan bersama-sama pada seremonial pembagian paket bantuan pascabanjir di Juwana, Pati, Jawa Tengah.

Banjir yang terjadi beberapa pekan lalu di wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah meluluhlantahkan infrastruktur kota. Guyuran air yang terus meningkat selama berhari-hari menyebabkan lahan persawahan yang sudah siap untuk di panen terendam air. Banyak padi yang siap panen mengalami kegagalan. Warga harus memanen paksa padi yang masih tersisa pasca banjir.  Akibat banjir ini, warga yang mata pencaharian petani padi mengalami kerugian yang cukup besar dan penyerapan beras tersendat di kawasan ini.

Melihat kondisi demikian, Yayasan Buddha Tzu Chi merasa tersentuh atas kehidupan para warga. Pasca banjir, pada tanggal 22 Februari 2014, Tzu Chi hadir untuk memberikan perhatian kepada warga di Kecamatan Juwana, Pati, Jawa Tengah.

Berharap setelah rumah warga terendam banjir selama beberapa pekan, warga yang belum bisa meniti pekerjaannya kembali memulihkan kehidupan untuk beberapa hari ke depan. Sehingga warga  merasa tenang selama masa pemulihan pasca banjir. Untuk itu, Yayasan Buddha Tzu Chi memberikan bantuan berupa beras sebanyak 20 kg, 1 dus mi instan, dan 1 liter minyak goreng kepada 4.000 KK. Apa yang dilakukan Tzu Chi, mendapat apresiasi positif dari pemimpin pemerintahan Kota Pati. “Saya bersyukur karena masyarakat masih ada kepedulian tentang bantuan. Seperti hari ini, Buddha Tzu Chi mengulurkan tangannya demi untuk kemanusiaanya membantu warga kami yang tertimpa bencana alam,” ucap Heriyanto, Bupati Pati saat berkunjung ke kantor dinasnya. “Saya memberikan apresiasi. Terima kasih kepada Buddha Tzu Chi yang telah memberikan bantuan di Kabupaten Pati dan tidak hanya sekali ini saja, sudah tiga kali ini saya mendampingi penyaluran bantuan yang diberikan Buddha Tzu Chi di sini,” tambahnya.

Beruntung Mendapat Bantuan
Di bawah tenda yang disediakan di halaman kantor Kecamatan Juwana, Pati, Jawa Tengah terlihat barisan tempat duduk yang diisi oleh para lansia untuk mengikuti seremonial pembagian paket bantuan pasca banjir. Sugirah, seorang wanita lanjut usia memakai baju terusan biru bermotif kembang ini membawa secarik kertas warna biru, dengan penuh perhatian mengikuti rangkaian acara seremonial. Saat relawan membawakan bahasa isyarat tangan Satu Keluarga di hadapan para warga beserta aparat pemerintah yang hadir, wanita berusia 73 tahun ini meneteskan air mata rasa haru dengan kata-kata yang terkandung dalam lagu ini. Salah satu relawan yang memeragakan isyarat tangan dengan tersenyum mengajak Sugirah untuk memberikan ketenangan dan mengajaknya untuk ikut memeragakan isyarat tangan bersama-sama. Air mata haru tak terbendung lagi, ia pun terus terisak akan tangisnya. “Lagu-lagunya tadi membuat terharu. Mereka (relawan Tzu Chi) baik sekali, semua rukun dan sayang semua orang. Yang gandeng saya tadi, dia tidak membeda-bedakan orang,” ucap Sugirah tak bisa menahan luapan air matanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Hektaran lahan pertanian yang mengalami gagal panen akibat banjir yang merendam padi-pai ini (kiri).
  • Warga di Kecamatan Juwana, Pati bersama-sama meluruskan barisan dan mengantri untuk pengambilan paket bantuan dari Tzu Chi pada tanggal 22 Februari 2014 (kanan).

Sugirah menerima paket bantuan pascabanjir dengan penuh syukur. Dengan dibantu relawan Tzu Chi, ia menuju halaman sekolah untuk menunggu saudaranya yang masih mengantri mengambil bantuan. Nenek janda ini masih mengungsi di rumah saudaranya setelah seminggu membersihkan tempat tinggalnya. Sejak tanggal 15 Januari 2014, hujan turun lebat di kawasan tempat tinggalnya sehingga rumah pun tak luput dari genangan air yang semakin meninggi hingga ketinggian air mencapai 3 meter. Tanpa bisa menyelamatkan harta benda, Sugirah bersama keluarganya mengungsi di stasiun kereta api yang terdapat di Juwana. Namun, semakin hari air semakin meninggi. Sugirah dan keluarga berpindah mengungsi di kantor Kecamatan Juwana.

Melihat kondisi yang dirasakannya, ia hanya bisa ikhlas dan pasrah dengan kondisi. “Harta benda titipan Allah, kalau memang nanti diminta ya bagaimana, hanya pasrah dan ikhlas saja. Kalau nanti ada rejeki bisa beli lagi,” ucap nenek yang sehari-hari momong cucunya pasrah. Mendapat beras sebanyak 20 kg, ia merasa tenang dan bersyukur ada makanan. Bahkan menurutnya beras sebanyak 20 kg ini bisa digunakan untuk memasak untuk 20 hari ke depan. “Saya merasa beruntung mendapat bantuan, bisa untuk menyambung hidup. Terima kasih atas bantuannya,” ungkap Sugirah penuh syukur. Bahkan di saat kondisi dia yang seperti ini, Sugirah masih sempat berpikir kapan mampu untuk memberikan bantuan untuk orang lain bukan hanya ia terus yang mendapatkan bantuan dari orang lain.

foto  foto

Keterangan :

  • Dengan penuh syukur, Sugirah (kiri) menerima paket bantuan dari relawan Tzu Chi yang bisa menghidupi keluarganya selama dua puluh hari ke depan (kiri).
  • Harni bersama anak bungsunya menukarkan kupon bantuan paket bantuan pascabanjir. Ia merasa bersyukur Tzu Chi menggandeng semua pihak tanpa pandang ras, agama, golongan, dan lain-lain (kanan).

Selain Sugirah, seorang ibu-ibu yang menggendong anak bungsunya yang berusia 25 hari ini turut memasuki barisan antrian untuk mengambil paket bantuan. Harni (33), baru tiga hari mendiami rumahnya akibat banjir yang menggenangi rumahnya setinggi 3 meter. Ia juga melahirkan seorang bayi anak bungsunya di pengungsian saat banjir menghadang. Tinggal di pengungsian bagi seorang bayi bukanlah tempat yang nyaman, namun karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertumbuh kembang di rumah sendiri, bayi ini merasakan ketidaknyamanan. Selama sebulan, Harni dan keluarganya mengungsi di SD N Doro Payung, Kecamatan Juwana, Pati.

Suami Harni harus mencari nafkah dengan bekerja di salah satu pabrik di Juwana dengan menjadi buruh lepas. Selama sebulan di pengungsian, suaminya tidak memperoleh penghasilan. Sehingga hari ini, ia bersama bayinya mengantri dari pagi demi untuk mendapatkan paket bantuan untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga beberapa pekan ke depan. “Niki wau mendet rangsum mbak (ini tadi ambil bantuan mbak),” ujar ibu tiga anak ini.

Mendapat bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi membawa sukacita dan syukur tersendiri bagi Harni dan keluarganya. “Alhamdulilah, saget dingge maem sak keluargo teng griyo. Teng griyo gadah kedik, niki angsal tambahan nggeh Alhamdulilah (Alhamdulilah, bisa untuk makan sekeluarga di rumah. Di rumah punya beras sedikit, ini dapat tambahan ya Alhamdulilah),” ungkap Harni yang fasih Bahasa Jawa halus ini. Bahkan ia terus mengucap terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi. Menurutnya Tzu Chi merupakan yayasan yang mau memberikan perhatian dan mengerti orang lain yang membutuhkan.


Artikel Terkait

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -