Membebaskan Manusia dari Derita Penyakit
Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Juliana Santy, Sartono (Tzu Chi Pekanbaru) Lie Mei Kiaw Shijie (kiri) menghibur keluarga para pasien yang sedang menunggu giliran untuk dioperasi. |
| ||
Menurut Hong Thay Shixiong, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru, bakti sosial bersama ini bertemakan “setiap detik berjuang demi kebajikan, menyelamatkan nyawa, melindungi kesehatan, dan melestarikan cinta kasih”. Sang Komandan Pecinta Lingkungan Dalam sambutannya, K. Dewantara mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada pihak penyelenggara. Ia menutup sambutannya dengan mengutip dua kalimat dari buku 108 Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni maka pelita harapan akan menyala di berbagai sudut gelap dunia” dan “Berusahalah sekuat tenaga untuk bersumbangsih bagi masyarakat dengan adil dan tidak membeda-bedakan. Pandanglah setiap orang sebagai orang yang pantas dihargai dan dihormati.” Terlihat jelas bahwa K. Dewantara sangat terkesan dengan semangat dan dedikasi insan Tzu Chi dalam bersumbangsih bagi sesama. Ia menyatakan harapannya untuk dapat bekerja sama lagi di masa mendatang. Tidak hanya dalam bidang kesehatan, tapi juga dalam bidang amal dan pendidikan.
Keterangan :
Jodoh Baik Membawa Kesembuhan Dari sepuluh anak Nasmi, lima diantaranya adalah anak kandungnya, dan hanya Candra yang mengidap bibir sumbing. Sewaktu Candra kecil, Nasmi telah membawa Candra ke Puskesmas setempat. Tetapi pihak Puskesmas mengimbaunya untuk menunggu sampai usianya agak besar untuk dapat dioperasi. Candra yang adalah anak ke-9 satu per satu mulai ditinggalkan kakak-kakaknya untuk bersekolah dan bekerja di kota besar, di antaranya Pematang Siantar dan Batam, bahkan ada kakaknya yang tidak tahu di mana rimbanya karena tidak memberi kabar kepada keluarga setelah pergi merantau. Ayah dan ibu Candra sehari-hari bekerja sebagai petani. Tapi apa mau dikata, ayah Candra terjerat penyakit tipes yang mengharuskannya berbaring di rumah sakit. Candra pun terpaksa putus sekolah ketika kelas 5 SD. Sehari-hari, ia membantu Nasmi di kebun milik tetangga. “Kalau ada kenalan yang menyuruh kami bekerja, ya kami bekerja. Apapun itu. Biasanya di kebun sawit. Berapapun uang yang kami dapat, kami gunakan untuk membiayai hidup,” kata Nasmi. Melalui salah seorang temannya, Nasmi mendengar kabar bahwa akan diadakan pengobatan gratis bibir sumbing di Pekanbaru. Ia pun langsung membawa Candra untuk ikut screening. Berkat jalinan jodoh yang baik dan sudah matang, Candra lolos screening dan dapat dioperasi. Pada tanggal 28 April 2012, Nasmi dan Candra termasuk yang paling pertama kali sampai di RS Lancang Kuning. Wajah mereka terlihat bingung dan gusar, tetapi setelah pengecekan ulang oleh dokter dan dinyatakan bisa mengikuti operasi, senyum mengembang di wajah sepasang ibu dan anak ini.
Keterangan :
Dua jam terasa begitu lama bagi Nasmi yang menunggu dengn cemas. Akhirnya, Candra pun selesai dioperasi. Nasmi dengan tergesa-gesa menghampiri Candra di ruang pemulihan. Tak sedetik pun Nasmi beralih dari sisi tempat tidur Candra, matanya terus memandang putranya, seolah tak percaya kini anaknya telah berhasil dioperasi bibirnya. Menghibur dengan Penuh Ketulusan Dalam suasana ramai pasien yang sedang menunggu giliran untuk dioperasi, tampak seorang ibu berkerudung biru yang sedang menangis sambil memeluk anak perempuannya yang juga sedang menangis. Rupanya, anak itu sedang demam sehingga tidak bisa dilakukan operasi bibir sumbing. Sepasang ibu dan anak ini menjadi perhatian khusus para relawan pemerhati. Lie Mei Kiaw, salah satu relawan senior mengatakan, “Mungkin ketika mendengar kata operasi, anak itu merasa ketakutan sehingga suhu tubuhnya naik. Oleh sebab itu, hendaknya para orang tua memakai cara yang tepat dalam menyampaikan ke sang anak bahwa ia akan dioperasi.” Beruntung suhu badan si kecil bisa turun sehingga bisa dioperasi keesokan harinya. Bodhisatwa Medis Berperan dalam Melenyapkan Penderitaan Manusia | |||
Artikel Terkait
Paket Cinta Kasih untuk 160 Orang Penyandang Disabilitas dan Warga Kurang Mampu
22 April 2022Sebanyak 160 orang penyandang disabilitas dan warga tidak mampu di Kel. Sesetan, Denpasar Selatan, Bali merasa berbahagia menerima bingkisan beras dari Yayasan Buddha Tzu Chi.
Kasih Untuk Opa-oma Panti Jompo
11 Desember 2012 Panti Jompo…… Ketika kata-kata ini diucapkan, hati ini terasa pilu membayangkan kondisi opa-oma yang dengan segala keterbatasan fisik dititipkan oleh keluarga di sana dan mereka harus berjuang agar tetap bertahan hidup dengan saling membantu satu dengan yang lainnya.Menghidangkan Ragam Rasa Kebaikan dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah
01 September 2023Bulan tujuh dalam penanggalan Lunar telah lama dipandang oleh masyarakat Tionghoa dengan stigma negatif. Namun, pandangan tersebut mendapat pembalikan makna oleh Tzu Chi dengan perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah tiap tahunnya.