Membebaskan Manusia dari Derita Penyakit

Jurnalis : Cindy Kusuma, Fotografer : Juliana Santy, Sartono (Tzu Chi Pekanbaru)
 
 

foto Lie Mei Kiaw Shijie (kiri) menghibur keluarga para pasien yang sedang menunggu giliran untuk dioperasi.

Cinta kasih bersemi di Bumi Lancang Kuning. Pada tanggal 28-29 April 2012, Tzu Chi Pekanbaru bekerja sama dengan Korem Wirabima 031 dan Rumah Sakit Lancang Kuning Pekanbaru menyelenggarakan bakti sosial pengobatan gratis hernia, bibir sumbing, katarak, dan bedah minor. Kegiatan ini dilangsungkan juga sebagai bentuk peringatan HUT Korem Wirabima 031 yang ke-53 serta ulang tahun RS Lancang Kuning yang ke-7.

 

 

Menurut Hong Thay Shixiong, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Penghubung Pekanbaru, bakti sosial bersama ini bertemakan “setiap detik berjuang demi kebajikan, menyelamatkan nyawa, melindungi kesehatan, dan melestarikan cinta kasih”.

Sang Komandan Pecinta Lingkungan
Tanggal 28 April 2012 pagi hari, Komandan Korem Wirabima 031 Kolonel (Inf). K. Dewantara menghadiri seremoni pembukaan baksos. Tidak seperti petinggi TNI yang biasanya menggunakan mobil dinas untuk menghadiri berbagai acara, K. Dewantara sampai di lokasi acara dengan mengayuh sepedanya. Ia diikuti oleh ajudan dan para stafnya yang juga mengendarai sepeda. “Ini sebagai tindak lanjut akan krisis energi dan masalah polusi yang sedang terjadi di bumi kita ini,” ujar K. Dewantara. Rupanya tidak pada saat acara undangan saja, sehari-hari, ia berangkat dan pulang kerja juga dengan cara yang sama. Bahkan ketika bertugas di kota lain pun, ia mempertahankan kebiasaannya yang sangat ramah lingkungan ini.

Dalam sambutannya, K. Dewantara mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada pihak penyelenggara. Ia menutup sambutannya dengan mengutip dua kalimat dari buku 108 Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni maka pelita harapan akan menyala di berbagai sudut gelap dunia” dan “Berusahalah sekuat tenaga untuk bersumbangsih bagi masyarakat dengan adil dan tidak membeda-bedakan. Pandanglah setiap orang sebagai orang yang pantas dihargai dan dihormati.”

Terlihat jelas bahwa K. Dewantara sangat terkesan dengan semangat dan dedikasi insan Tzu Chi dalam bersumbangsih bagi sesama. Ia menyatakan harapannya untuk dapat bekerja sama lagi di masa mendatang. Tidak hanya dalam bidang kesehatan, tapi juga dalam bidang amal dan pendidikan.

foto  foto

Keterangan :

  • Komandan Korem Wirabima 031 Kol. (Inf) K. Dewantara beserta ajudan dan para stafnya mengayuh sepeda untuk sampai di lokasi kegiatan baksos kesehatan. Tidak hanya saat kegiatan, sehari-hari pun ia mengayuh sepedanya dari rumah ke tempat kerja. (kiri).
  • Seluruh relawan Tzu Chi beserta TNI dan seluruh hadirin memanjatkan doa untuk kelancaran seluruh rangkaian kegiatan baksos(kanan).

Jodoh Baik Membawa Kesembuhan
Pukul 02.30 dini hari, Nasmi Br. Simamorang dan putra kesayangannya, Candra Pasaribu (13) berangkat dari rumahnya di Desa Duri dengan bus untuk pergi ke RS Lancang Kuning Pekanbaru. Dengan ongkos sebesar 50.000 rupiah per orang, mereka menempuh perjalanan panjang selama 4 jam. Perjuangan ini dilakukan supaya Candra bisa lekas sembuh dari penyakit bibir sumbing yang dideritanya sejak lahir.

Dari sepuluh anak Nasmi, lima diantaranya adalah anak kandungnya, dan hanya Candra yang mengidap bibir sumbing. Sewaktu Candra kecil, Nasmi telah membawa Candra ke Puskesmas setempat. Tetapi pihak Puskesmas mengimbaunya untuk menunggu sampai usianya agak besar untuk dapat dioperasi. Candra yang adalah anak ke-9 satu per satu mulai ditinggalkan kakak-kakaknya untuk bersekolah dan bekerja di kota besar, di antaranya Pematang Siantar dan Batam, bahkan ada kakaknya yang tidak tahu di mana rimbanya karena tidak memberi kabar kepada keluarga setelah pergi merantau.

Ayah dan ibu Candra sehari-hari bekerja sebagai petani.  Tapi apa mau dikata, ayah Candra terjerat penyakit tipes yang mengharuskannya berbaring di rumah sakit. Candra pun terpaksa putus sekolah ketika kelas 5 SD. Sehari-hari, ia membantu Nasmi di kebun milik tetangga. “Kalau ada kenalan yang menyuruh kami bekerja, ya kami bekerja. Apapun itu. Biasanya di kebun sawit. Berapapun uang yang kami dapat, kami gunakan untuk membiayai hidup,” kata Nasmi.

Melalui salah seorang temannya, Nasmi mendengar kabar bahwa akan diadakan pengobatan gratis bibir sumbing di Pekanbaru. Ia pun langsung membawa Candra untuk ikut screening. Berkat jalinan jodoh yang baik dan sudah matang, Candra lolos screening dan dapat dioperasi. Pada tanggal 28 April 2012, Nasmi dan Candra termasuk yang paling pertama kali sampai di RS Lancang Kuning. Wajah mereka terlihat bingung dan gusar, tetapi setelah pengecekan ulang oleh dokter dan dinyatakan bisa mengikuti operasi, senyum mengembang di wajah sepasang ibu dan anak ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Isyarat tangan “Satu Keluarga” diperagakan oleh para relawan Tzu Chi, staf RS Lancang Kuning Pekanbaru, dan staf dari TNI (kiri).
  • Hong Thay Shixiong (kanan) memberikan penjelasan kepada para pasien dan keluarganya bagaimana tindak lanjut para pasien sesudah dilakukan operasi (kanan).

Dua jam terasa begitu lama bagi Nasmi yang menunggu dengn cemas. Akhirnya, Candra pun selesai dioperasi. Nasmi dengan tergesa-gesa menghampiri Candra di ruang pemulihan. Tak sedetik pun Nasmi beralih dari sisi tempat tidur Candra, matanya terus memandang putranya, seolah tak percaya kini anaknya telah berhasil dioperasi bibirnya.

Menghibur dengan Penuh Ketulusan
Meski pasien sudah disaring melalui proses screening seminggu sebelumnya, pada hari pelaksanaan baksos, ada beberapa pasien yang belum bisa diambil tindakan karena kondisi kesehatan mereka yang kurang fit, misalnya tekanan darah tinggi atau sedang demam.

Dalam suasana ramai pasien yang sedang menunggu giliran untuk dioperasi, tampak seorang ibu berkerudung biru yang sedang menangis sambil memeluk anak perempuannya yang juga sedang menangis. Rupanya, anak itu sedang demam sehingga tidak bisa dilakukan operasi bibir sumbing. Sepasang ibu dan anak ini menjadi perhatian khusus para relawan pemerhati. Lie Mei Kiaw, salah satu relawan senior mengatakan, “Mungkin ketika mendengar kata operasi, anak itu merasa ketakutan sehingga suhu tubuhnya naik. Oleh sebab itu, hendaknya para orang tua memakai cara yang tepat dalam menyampaikan ke sang anak bahwa ia akan dioperasi.” Beruntung suhu badan si kecil bisa turun  sehingga bisa dioperasi keesokan harinya.

Bodhisatwa Medis Berperan dalam Melenyapkan Penderitaan Manusia
Pekerjaan yang dilakukan dengan bersungguh-sungguh pasti akan menuai hasil yang baik. Kerja keras para relawan, dokter, perawat, dan Tim Medis Tzu Chi telah memberkahi 347 orang pasien dari 372 pasien yang lolos screening untuk diambil tindakan. Di antara delapan kesulitan manusia, penyakit adalah kesulitan yang terberat. Melalui para Bodhisatwa inilah, beban sesama manusia bisa diringankan dan berkah tercipta. Kegembiraan yang tak terperi muncul di hati setiap tim medis maupun non medis yang berkarya. Semoga lebih banyak lagi manusia yang terpanggil untuk mengabdi dalam meringankan beban penderitaan ini.

  
 

Artikel Terkait

Paket Cinta Kasih untuk 160 Orang Penyandang Disabilitas dan Warga Kurang Mampu

Paket Cinta Kasih untuk 160 Orang Penyandang Disabilitas dan Warga Kurang Mampu

22 April 2022

Sebanyak 160 orang penyandang disabilitas dan warga tidak mampu di Kel. Sesetan, Denpasar Selatan, Bali merasa berbahagia menerima bingkisan beras dari Yayasan Buddha Tzu Chi.

Kasih Untuk Opa-oma Panti Jompo

Kasih Untuk Opa-oma Panti Jompo

11 Desember 2012 Panti Jompo…… Ketika kata-kata ini diucapkan, hati ini terasa pilu membayangkan kondisi opa-oma yang dengan segala keterbatasan fisik dititipkan oleh keluarga di sana dan mereka harus berjuang agar tetap bertahan hidup dengan saling membantu satu dengan yang lainnya.
Menghidangkan Ragam Rasa Kebaikan dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah

Menghidangkan Ragam Rasa Kebaikan dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah

01 September 2023

Bulan tujuh dalam penanggalan Lunar telah lama dipandang oleh masyarakat Tionghoa dengan stigma negatif. Namun, pandangan tersebut mendapat pembalikan makna oleh Tzu Chi dengan perayaan Bulan Tujuh Penuh Berkah tiap tahunnya.

Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -