Membentuk Generasi yang Pandai Bersyukur

Jurnalis : Tcering Zoma Chen (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Abdul Rahim, Tcering Zoma Chen (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

AA Mama berbagi momen penuh tawa dengan para Xiao Tai Yang saat bermain permainan yang seru, menciptakan pengalaman belajar yang tak terlupakan.

"Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai dan terus menanam berkah." Kata Perenungan Master Cheng Yen tersebut menjadi pedoman materi pembelajaran bagi murid-murid Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada 20 Agustus 2023.  Sebanyak 19 murid hadir dalam kegiatan ini.

Lissa Mama, selaku koordinator dan pembawa acara mengawali kelas dengan memberikan penghormatan kepada Buddha, Bodhisatwa dan Master Cheng Yen, dilanjutkan dengan membaca sepuluh sila Tzu Chi.

"Bagaimana kabarnya?".

"Wow, selalu ceria". Jawab anak-anak.

Materi “Belajar Bersyukur dan Berpuas Diri” dibawakan oleh Susi Mama agar para Xiao Tai Yang dapat selalu menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.

Pada kelas budi pekerti kali ini, para Xiao Tai Yang disuguhi beberapa materi yaitu, peraturan di kelas, cara berpakaian yang benar, cara memberikan penghormatan, serta belajar berpuas diri yang dibawakan oleh Da Ai Mama, Lissa, AA dan Susi.

Di awal materi, Lissa Mama mengenalkan para Xiao Tai Yang tentang Tzu Chi, tata krama, juga cara berpakaian di Tzu Chi. Dengan memberikan pengenalan-pengenalan tersebut diharapkan mereka menjadi lebih tertib, disiplin dan memahami cara berpakaian yang benar.

"Cara berpakaian yang benar baju dimasukkan ke dalam celana, pakai ikat pinggang, pakai kaos kaki dan wa tao (pelapis kaos kaki) serta kepang dan pakai pita untuk perempuan," jelas Lissa.

Para Da Ai Mama mengajak semua Xiao Tai Yang menyanyikan “Indonesia Raya” sambil mengibarkan bendera merah putih untuk merayakan bulan kemerdekaan Indonesia.

Kemudian AA Mama mengajarkan para Xiao Tai Yang cara memberikan penghormatan yang benar. Dengan ini diharapkan para murid tahu bagaimana cara memberi penghormatan dan beranjali serta melakukan sikap Mudra Vairocana yang benar. "Saat membungkukkan badan harus pelan-pelan dan harus 90 derajat sambil melafalkan Nan Mo Ben Shi Shi Jia Mo Ni Fo," ungkapnya.

Materi terakhir yaitu materi berpuas diri dibawakan oleh Susi Mama. Ia mengingatkan anak-anak bahwa dalam kehidupan harus selalu bersyukur dan berpuas hati dengan apa yang sudah kita miliki. Agar anak-anak bisa lebih mengerti, Susi Mama menampilkan video tentang kehidupan penduduk di negara Haiti yang serba kekurangan baik sandang maupun pangan. Untuk mengisi perut, mereka menggunakan tanah liat dicampur dengan mentega dan garam, untuk membuat mud cake (kue lumpur). Ia juga berpesan kepada anak-anak agar senantiasa berpuas diri dengan apa yang telah mereka miliki saat ini, serta berterima kasih atas berkah yang di berikan kepada mereka.

"Kita harus bersyukur masih punya rumah, punya makanan, pakaian dan bisa sekolah. Anak-anak di Haiti jangankan bersekolah, untuk makan saja mereka tidak punya nasi dan harus makan tanah. Jadi kita harus berpuas diri atas apa yang kita miliki sekarang," tuturnya.

Elena Florence bersyukur memiliki makanan dan kehidupan yang layak. Ia akan mengambil makanan secukupnya dan tidak membuang-buang makanan.

Anak-anak tampak hanyut dalam materi yang dibawakan Susi Mama. Salah satunya Elena Florence (8). Ia merasa sangat bersyukur memiliki makanan dan kehidupan yang layak. "Saya bersyukur masih punya pakaian, mainan dan makanan sedangkan mereka harus makan tanah liat karena mereka tidak punya uang. Saya akan mengambil makanan secukupnya dan tidak membuang-buang makanan," kata Elena.

Tak hanya bersyukur memiliki makanan dan kehidupan yang layak, juga lebih bersyukur akan jalinan jodoh yang baik. Dapat mempelajari prinsip-prinsip kebenaran serta memiliki lingkungan yang suportif adalah wujud berkah. Dengan mendalami Dharma dan mempraktikkannya dalam kehidupan sejak dini, dapat menciptakan berkah yang amat besar, dan mencegah terjalinnya jodoh buruk.

Lissa Mama menanyakan Shellawati Princess Dai jawaban dari permainan tebak kata yang sedang mereka mainkan.

Seperti contohnya, Shellawati Princess Dai (6) yang sudah mulai bervegetaris. Ia merasa berbelas kasih melihat anak-anak di Haiti yang harus memakan tanah liat untuk mengisi perut dan bersyukur memiliki kehidupan yang layak. Ia juga memiliki keluarga yang mendukung pilihannya untuk bervegetaris. "Mereka sangat kasihan, harus makan tanah sedangkan saya bisa makan nasi di rumah. Saya juga sudah pakai fo zhu / 佛珠 (gelang tasbih Buddha) jadi harus makan vegetarian. Vegetarian itu enak dan bergizi," kata Shella.

Hal ini dibenarkan oleh Mama Shella, Megawati (39). Menurutnya, sejak mengikuti Tzu Chi di umur 2,5 tahun, Shella selalu menonton DAAI TV di rumah dengan neneknya. Sejak 3 tahun Shella sudah mulai kurang suka dengan daging-daging. Shella juga punya impian untuk bisa pakai fo zhu sejak lama dan kebetulan Ru Xin Shigu, Ketua Harian Tzu Chi Tanjung Balai Karimun ke Taiwan, jadi ditanyakan ke Shifu (Bhikkuni Griya Jing Si). Keinginan Shella akhirnya terkabul untuk pakai fo zhu dengan syarat harus salin sutra.

"Dia memang tidak suka makan daging. Dia lihat relawan lain pakai fo zhu dia juga mau. Akhirnya keinginannya dikabulkan dan sekarang sudah terus bervegetarian. Papanya yang awalnya tidak setuju Shella vegetarian juga akhinya mulai menerima dan sekarang di rumah juga masak vegetarian semua," ungkap Megawati.

Seusai kelas, para relawan beserta Xiao Tai Yang melakukan sesi foto bersama dengan memamerkan bendera merah putih.

Di akhir acara, para relawan dan Xiao Tai Yang berdoa bersama. Lissa Mama tidak lupa mengajak anak-anak untuk mengingat kembali materi berpuas diri yang telah disampaikan dan berharap agar para Xiao Tai Yang dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Kebersihan Pangkal Kesehatan

Kebersihan Pangkal Kesehatan

12 Maret 2019

Setiap bulan sekali diadakan kegiatan pendidikan budaya humanis di Rusun Cinta Kasih II Muara Angke, Jakarta Utara. Pada bulan yang lalu anak -anak sudah dibagikan baju seragam berwarna biru langit. Minggu, 10 Maret 2019 adalah pertama kalinya anak-anak datang mengikuti kelas dengan mengenakan seragam barunya.

Yuan Yuan

Yuan Yuan

26 Februari 2015
Qin zi ban adalah kelas budi pekerti yang diperuntukan untuk anak usia 5-8 tahun. Ini  merupakan salah satu misi pendidikan Tzu Chi untuk membekali nilai-nilai budi pekerti kepada anak sejak dini
Bertenggang Rasa Terhadap Sesama

Bertenggang Rasa Terhadap Sesama

10 Oktober 2018

Kelas Budi Pekerti di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini membahas tentang pentingnya setiap orang bertenggang rasa. Banyak sekali manfaat jika setiap orang saling bertenggang rasa terhadap sesama, seperti hidup rukun dan damai, saling peduli dan tercipta kesatuan.

Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -