Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Mandala mendapat kunjungan dari Leo Club Medan Eka Prasetya. Sebelum praktik pemilahan, mereka terlebih dahulu diberikan pengarahan tentang barang daur ulang dan tata cara pemilahannya oleh relawan Tony Honkley selaku Koordinator Bidang Pelestarian Lingkungan He Qi Jati.
Masalah pengelolaan sampah di Kota Medan menjadi salah satu isu krusial yang membutuhkan perhatian serius. Kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan mencintai alam perlu ditanamkan sejak dini. Hal inilah yang mendorong 38 mahasiswa STIE Eka Prasetya, yang tergabung dalam Leo Club Medan, untuk mengunjungi Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan Mandala pada Minggu, 22 Desember 2024. Kegiatan ini bertujuan memperkenalkan konsep pelestarian lingkungan dan pengelolaan sampah yang baik melalui daur ulang, sekaligus mengembangkan rasa cinta lingkungan pada generasi muda. Didukung oleh 23 relawan, acara ini mencakup sesi praktik dan teori yang dirancang untuk memberikan pengalaman langsung dan pemahaman mendalam.
Kegiatan dimulai pukul 08.30 WIB, saat para anggota Leo Club disambut hangat oleh para relawan. Sebelum sesi praktik, mereka mendapat pengarahan mengenai barang daur ulang dan teknik pemilahan yang tepat dari Tony Honkley, Koordinator Bidang Pelestarian Lingkungan He Qi Jati. Dibagi menjadi empat kelompok, peserta diberi kesempatan memilah barang di empat pos berbeda: kertas, plastik, botol minuman, dan kaleng. Dengan antusias, mereka mempraktikkan pemilahan sampah, seperti memisahkan plastik berdasarkan jenis, melepas label dari botol, atau memipihkan kaleng agar lebih hemat ruang. Selama satu jam, semangat para peserta terlihat jelas saat mereka belajar bahwa setiap tindakan kecil bisa berdampak besar bagi lingkungan.
Para mahasiswa memilah-milah plastik berdasarkan jenisnya dengan arahan relawan Sofyan (keempat kiri, baju abu-abu). Mereka belajar lebih mendalam bagaimana mengelola sampah yang baik dengan daur ulang serta mengembangkan sikap cinta alam sejak dini.
Koordinator kunjungan, Kaylee (rompi biru), bersyukur mendapat kesempatan mengunjungi depo bersama anggota yang lain. Ia berharap kegiatan ini menjadi pembelajaran baginya sebagai generasi penerus untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan asri.
Setelah sesi praktik, peserta diarahkan ke lantai tiga untuk mengikuti sesi teori. Wilson, relawan Tzu Chi membuka sesi dengan antusias, menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa yang telah menunjukkan kepedulian lingkungan sejak usia muda. Sambutan hangat juga diberikan oleh Wakil Ketua Hu Ai Mandala, Hui Hui, yang berharap kunjungan ini menjadi awal dari jalinan kolaborasi berkelanjutan dalam misi pelestarian lingkungan.
Menginspirasi Lewat Teori dan Praktik
Sesi teori yang disampaikan Tony Honkley mengupas berbagai aspek pelestarian lingkungan, termasuk sejarah Yayasan Buddha Tzu Chi, visi dan misi organisasi, serta konsep 5R: rethink (mempertimbangkan ulang), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), repair (memperbaiki), dan recycle (mendaur ulang). Tony mengingatkan bahwa upaya pelestarian lingkungan tidak hanya soal uang, tetapi lebih pada kesadaran kolektif untuk menjaga Bumi. “Langkah pertama pelestarian lingkungan dimulai dari diri sendiri,” ungkap Tony.
Materi ini diperkaya dengan kutipan inspiratif Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi: “Tetesan air dapat membentuk sungai, dan kumpulan butiran beras bisa memenuhi lumbung. Jangan meremehkan hati nurani sendiri. Jangan berpikir untuk tidak melakukannya, walau perbuatan itu kecil.” Pesan ini menggugah peserta untuk mulai mengambil langkah konkret, sekecil apa pun, dalam menjaga lingkungan.
Para peserta disuguhi pertunjukan isyarat tangan lagu Dunia yang Bersih yang dibawakan oleh relawan tim isyarat tangan.
Para peserta juga diajak untuk memperagakan isyarat tangan lagu Dunia yang Bersih bersama relawan untuk dapat lebih memahami makna yang terkandung dalam lagu tersebut.
Setelah sesi teori, para peserta dihibur dengan pertunjukan isyarat tangan lagu Dunia yang Bersih, yang menggambarkan keinginan untuk mewariskan dunia yang sehat kepada generasi mendatang. Mereka pun diajak memperagakan lagu ini bersama-sama, menciptakan suasana hangat dan penuh semangat hingga acara berakhir pada pukul 12 siang.
Pelajaran Berharga Bagi Generasi Muda
Bagi para mahasiswa, kunjungan ini memberikan pengalaman berharga. Ketua Leo Club Medan Eka Prasetya, Angeline Jia, merasa kegiatan ini membuka wawasannya. “Saya belajar bahwa sampah tidak hanya sekadar kotoran, tetapi bisa dikelola dengan baik untuk manfaat yang lebih besar,” ungkapnya.
Wakil Ketua Hu Ai mandala, Hui Hui sangat mengapresiasi kunjungan Leo Club Medan Eka Prasetya ke depo. Ia berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Nicholas, salah satu peserta, mengaku kunjungan ini telah mengubah pandangannya. “Selama ini saya menganggap sampah hanya sesuatu yang harus dibuang. Sekarang, saya sadar bahwa memilah sampah bukan hanya pekerjaan fisik, tetapi juga latihan untuk merendahkan ego dan membangun karakter.”
Angelnina, yang juga pertama kali berkunjung, merasa terinspirasi oleh konsep 5R. “Selama ini, saya hanya tahu tiga konsep daur ulang. Ternyata, ada langkah lebih besar yang bisa dilakukan untuk tidak menciptakan sampah sejak awal,” ujarnya kagum.
Ketua Hu Ai Mandala, Elsa Huang, menyampaikan pesan cinta kasih yang menghimbau hadirin untuk giat melakukan pelestarian lingkungan dan menerapkannya dalam sehari-hari, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan keluarga.
Ketua Hu Ai Mandala, Elsa Huang, menutup kegiatan dengan pesan cinta kasih. “Akar dari masalah sampah adalah keinginan manusia. Kita harus memulai dari diri sendiri, tidak hanya memikirkan kebutuhan, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya pada lingkungan,” pesannya. Elsa juga mengingatkan bahwa perubahan tidak bisa ditunda lagi, mengingat ancaman global warming yang kini telah berkembang menjadi global boiling.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan. Melalui praktik nyata dan teori, mahasiswa Leo Club Medan Eka Prasetya tidak hanya belajar memilah sampah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga jalinan baik ini terus berlanjut, dan langkah kecil mereka hari ini menjadi awal dari perubahan besar untuk dunia yang lebih bersih dan hijau.
Editor: Hadi Pranoto