Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti
Jurnalis : Agus DS (He Qi Barat 2), Fotografer : Agus DS (He Qi Barat 2), Yusniaty (He Qi Utara 1)Tjitra Dewi Shijie sedang berkoordinasi dengan relawan lainnya dalam persiapan Camp Budi Pekerti di Tzu Chi Center.
Dunia pendidikan merupakan lingkungan yang tidak ada masa kedaluarsanya. Kapanpun, siapapun, dimanapun, semua orang dari usia balita bahkan sampai lanjut usia, semuanya masih terus belajar untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan serta kesuksesan dalam mencapai cita-citaya.
Misi pendidikan, merupakan salah satu misi Tzu Chi, dalam bentuk pengembangan karakter anak untuk menjadi lebih baik. Character Building Program atau pendidikan Budi Pekerti di Tzu Chi sudah berjalan lebih dari 10 Tahun. Di Tahun 2019 ini, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.
Tanggal 9 – 10 November 2019, penutupan Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban dan Tzu Shao Ban diadakan. Kegiatan yang dilakukan di Aula Jing Si, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk itu merupakan kegiatan tahunan dalam rangka penutupan Kelas Budi Pekerti yang biasanya diadakan setiap bulan di 5 wilayah di Jakarta. Tjitra Dewi Shijie menjelaskan, “Tujuan diadakan kelas budi pekerti ini untuk membentuk karakter anak sejak di lingkungan kecil seperti di rumah, sekolah, sampai ke masyarakat.”
Kelas Penutupan Budi Pekerti atau yang biasa di sebut Camp Qin Zi Ban dan Tzu Shao Ban tahun 2019 mengambil tema Bakti Orang Tua. Selama masa pendidikan budi pekerti dari awal tahun 2019, para siswa di masing-masing wilayah, selain mendapatkan materi pendidikan budi pekerti, juga diajarkan bab demi bab Sutra untuk persiapan Pementasan Sutra Bakti Seorang Anak. Masing-masing wilayah (5 wilayah kegiatan kelas Budi Pekerti di Jakarta), mementaskan bagian per bagian, sehingga seluruh drama pementasan Sutra Bakti Seorang Anak rampung menjadi satu rangkaian cerita yang utuh.
Jodoh Saling Mengait Satu Sama Lain
Salah seorang peserta pementasan Sutra Bakti Seorang Anak, Andy Shixiong (41) beserta istrinya Widiawati
Shijie (41), merasa bangga dan terharu atas kesempatan yang diberikan
kepada mereka, untuk turut serta dalam acara pementasan Sutra Bakti Seorang
Anak.
Andy Shixiong, beserta putrinya Clarissa Khanti Dewi sedang mementaskan Sutra Bakti Seorang Anak.
Andy Shixiong mengenal Tzu Chi sejak Tahun 2017 lalu. Jodoh awal Andy Shixiong sewaktu ingin mendaftarkan putra dan putrinya masuk di kelas Budi Pekerti. Setelah mendapat informasi dari teman anaknya, Andy Shixiong akhirnya berhasil mendaftarkan Marvel Pramana Deva (10), saat itu berusia 8 tahun dan masuk di kelas Qin Zi Ban Kecil di Sekolah Cinta Kasih, Cengkareng, Jakarta Barat. Sementara kakaknya Clarissa Khanti Dewi (13), tidak dapat masuk karena kelas Tzu Shao Ban sudah penuh.
Seiring dengan berjalannya waktu, dimana setiap murid Qin Zi Ban kecil pada saat mengikuti pelajaran, para orang tua wajib mendampingi putra atau putrinya pada saat kelas berlangsung. Para orang tua dikumpulkan dalam 1 ruangan terpisah pada saat kelas Budi Pekerti berlangsung dan mendapatkan materi tentang parenting, cara mendidik anak menjadi lebih baik, serta materi-materi lainnya yang mendukung pendidikan Budi Pekerti bagi putra putri mereka.
Menurut Andy Shixiong, banyak sekali perubahan yang terjadi pada ke 2 anaknya. Baik Deva maupun Clarissa, “Keduanya lebih sabar dan dalam menghadapi sesuatu masalah lebih tenang.” Andy Shixiong berharap, “Dengan adanya Kelas Budi Pekerti ini akhlak anak-anak menjadi lebih baik dan materi yang dikemas disesuaikan dengan kondisi anak-anak lebih mudah bermain sambil belajar.”
Berubah dengan Perlahan dan Pasti
Pendidikan Budi Pekerti tidak membuat serta merta setiap murid menjadi
orang yang berubah baik dari mulai tingkah laku, kesabaran, lebih mudah berkomunikasi,
atau interaksi terhadap sesama secara instan. Tetapi, pendidikan Budi Pekerti
dapat mengubah sedikit demi sedikit perilaku seorang anak untuk menjadi lebih
baik. Salah seorang siswa Tzu Shao Ban
Caitlin Tan, yang bergabung dalam grup Bao Rong 3 dari He Qi Utara 1 berani mengajukan diri maju
ke depan kelas untuk sharing tentang materi Seni Mencintai Diri Sendiri,
yang dibawakan oleh Andreas Shixiong,
salah seorang guru di Tzu Chi School.
Caitlin bersama papa dan adiknya mengikuti pentas dalam penutupan kelas Budi Pekerti.
Caitlin yang saat ini sudah duduk di kelas IX salah satu SMP di Jakarta mengatakan dia tertarik untuk sharing karena materi yang dibawakan sangat menarik tentang bagaimana sikap remaja terhadap orang tua di masa sekarang ini.
Caitlin yang sudah bergabung dalam kelas Budi Pekerti sejak kelas 2 SD hingga saat ini sudah menjadi siswa SMP mengatakan awal mengikuti kelas Budi Pekerti karena disuruh oleh orang tua. Saat awal mengikuti kelas Budi Pekerti, Caitlin merasa malas dan bosan karena guru pembimbingnya selalu sama dan materinya mirip dari waktu ke waktu, tapi Caitlin mengambil sikap berbeda untuk belajar. “Saya harus menemukan sesuatu yang baru yang dapat dipelajari saat tahun ajaran baru, selain itu Saya menemukan banyak teman baru untuk bermain.”
Menurut Caitlin, mamanya pun saat ini merasa senang dengan perubahan sikap yang terjadi selama Caitlin mengikuti kelas Budi Pekerti. “Kata mama, aku lebih bisa bersosialisasi, juga lebih nurut dengan perkataan orang tua di rumah, tidak membantah dan lebih mudah berkomunikasi dengan orang tua.”
Tentunya mendidik siswa siswa sejak kecil khususnya dalam Pendidikan Budi Pekerti, membutuhkan waktu dan proses untuk menjadi lebih baik. Mendidik bukan sekadar menjadikan anak cakap secara akademis, namun juga berkarakter mulia dan pendidikan Budi Pekerti menjadi penyelaras bagi siswa siswi menuju gerbang kehidupan di hadapan mereka.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Membentuk Karakter yang Baik Dengan Pendidikan Budi Pekerti
21 November 2019Di Tahun 2019, Kelas Budi Pekerti Qin Zi Ban sudah memasuki tahun ke 14, dan Kelas Pendewasaan Tzu Shao Ban memasuki usia ke 11. Tentunya perjalanan panjang khususnya pendidikan Budi Pekerti bagi para murid, banyak memberikan perubahan dalam pembentukan karakter anak yang lebih baik.