Membentuk Manusia Berbudi Pekerti (Bag.1)
Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani, Fotografer : Eko (Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi) & Viny Kurniawan (Tzu Chi Sinar Mas)
|
| ||
"Di Sinar Mas perkebunan kita juga banyak sekolah-sekolah, bagaimana mutu dari sekolah itu dapat kita tingkatkan seperti mutu yang ada di sini. Bukan hanya dari segi pelajarannya tapi juga dari ajaran-ajaran humanisnya karena Master Cheng Yen bilang kalau hanya kepintaran saja dapat merusak, dengan kepintarannya itu bisa salah digunakan. Jadi pendidikan ini sangatlah penting dan menjadi tanggung jawab kita bersama. Bagaimana anak-anak bukan hanya diberikan kepintaran tapi juga dengan semua nilai-nilai yang baik yang kita sebut pendidikan yang seutuhnya, itulah yang diharapkan. Jadi kita harapkan sekolah-sekolah di Sinar Mas bisa kita didik anak-anaknya seperti demikian,” lanjut Franky. Dengan latar belakang perkataan dari Franky dan dalam rangka menyelaraskan pendidikan di sekolah-sekolah perkebunan, diadakanlah Pelatihan Guru Budi Pekerti di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang berlangsung selama 6 hari terhitung sejak tanggal 13 hingga 18 september 2012. Para peserta merupakan perwakilan guru dan kordinator sekolah yang berada di Perkebunan Sinar Mas 7 Kalimantan Barat dan Perkebunan Sinar Mas 6 Kalimantan Tengah.
Keterangan :
Sebelum pelatihan diadakan, seminggu sebelumnya tanggal 1 dan 2 september 2012 dilakukan sosialisasi Tzu Chi dan pengenalan budi pekerti Tzu Chi untuk semua guru yang ada di Perkebunan Sinar Mas Kalimantan Tengah. Hal ini dilakukan agar para guru yang tidak ikut serta ke Jakarta untuk pelatihan dapat mengenal dan memahami prinsip-prinsip pembelajaran budi pekerti dengan kata perenungan Master Cheng Yen. Sosialisasi yang dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 September 2012 tersebut disampaikan oleh Ibu Zaenah Mawardi yang merupakan Kepala Sekolah SD Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng Jakarta Barat. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi ini antara lain tahapan pembelajaran budi pekerti yakni Mengalami, Bercerita, Menyimak, Merenungkan dan Menerapkan. Dalam tahap Mengalami, diharapkan siswa dapat merasakan langsung kejadian atau peristiwa yang sesuai dengan tema yang akan disampaikan. Bu Zaenah juga memberikan contoh tema seperti ’Berbakti’ dengan kata perenungan ”Banyak berbuat baik berarti membalas budi orang tua”, maka cara pelaksanaannya bisa dengan para siswa diminta membawa sebutir telur yang dimasukkan ke dalam kantong baju dan dijaga sampai pulang sekolah. Sejak awal para siswa tidak diberitahu maksud dan tujuan dari membawa sebutir telur tersebut, dan ketika pelajaran berakhir baru dijelaskan maknanya bahwa menjaga telur itu ibarat ibu mereka yang menjaga mereka sejak dalam kandungan. Dengan hati-hati selalu menjaga diri mereka supaya mereka dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Cara pelaksanaan ini dapat berbeda-beda dan bisa dibuat sesuai dengan tema dan kreativitas para gurunya. Tahap kedua yakni Bercerita bisa dilaksanakan dengan menonton drama kisah nyata, membacakan cerita, melihat sandiwara boneka dan lain sebagainya. ”Jika memang di sini (perkebunan-red) kesulitan dengan alat-alat teknologi, para bapak ibu guru bisa membuat sandiwara boneka dengan mengkreasikan boneka dari bahan daur ulang atau pun amplop yang digambar wajah. Tidak perlu sesuatu yang mahal untuk memulai, dan tidak ada batasan dalam berkreasi,” ujar Bu Zaenah.
Keterangan :
Tahap ketiga Menyimak, yakni membahas secara bebas cerita yang baru saja dilihat atau didengar sehingga dapat menjernihkan nilai pandangannya. Cara pelaksanaannya dengan berdiskusi dan memberikan lembar kerja di mana para siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan cerita atau tayangan yang telah disaksikan lalu dipilih beberapa jawaban untuk mengungkapkan pendapat. Di tahap selanjutnya yakni Merenungkan, para siswa diharapkan terinspirasi dari kisah kehidupan yang disampaikan dan juga membuat perubahan positif dalam dirinya sendiri. Lalu tahapan yang terakhir adalah menerapkan dengan cara guru memfasilitasi kegiatan penerapan ini. Contohnya dengan mengajak siswa berkunjung ke panti jompo, mengadakan kegiatan pelestarian lingkungan, menulis surat terima kasih kepada orang tua, yang disesuaikan dengan kata perenungan dan tema yang diangkat. Semangat para guru yang berada di perkebunan ditularkan oleh Bapak Paulus Wangga selaku kordinator sekolah di Perkebunan Sinar Mas Kalimantan Tengah yang selalu mengatakan ”tujuan penyelenggaraan pendidikan di sini adalah membentuk pribadi yang memiliki budi pekerti agar menjadi manusia yang diharapkan oleh orang tua, bangsa dan negara. Tidak berlebihan karena di perkebunan ini saja ada sekitar 4.000 siswa yang merupakan bibit-bibit masa depan bangsa. Nantinya akan tercetak pemuda-pemudi cerdas yang mengharumkan bangsa berasal dari area perkebunan di Kalimantan Tengah.” Hal ini disambung oleh Rudi Suryana Shixiong ketika membuka acara sosialisasi ini yang dihadiri oleh 270 guru dari 23 sekolah dengan menyanyikan lirik lagu ”guru bak pelita, penerang dalam gulita...jasamu tiada tara” dan disambung dengan mengatakan ”Sungguh kita bisa berada di sini tidak kurang karena jasa para guru-guru kami dahulu selama bersekolah maupun ketika sudah terjun ke masyarakat. Sungguh luar biasa peran guru dalam kehidupan umat manusia”. Bangga menjadi seorang guru, itulah yang dirasakan oleh Ibu Zaenah dan Bapak Paulus dan juga berharap guru-guru lainnya yang hadir saat itu merasakan hal yang sama. Ibu Zaenah juga memaparkan bahwa sebenarnya budi pekerti sudah diajarkan hanya kadang tidak disadari. Di sekolah Cinta Kasih, budi pekerti tersebut terintegrasi di semua mata pelajaran dengan budaya kemanusiaan Tzu Chi yakni bersyukur/ berterima kasih, menghormati dan cinta kasih universal. Budi pekerti yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari ini kadang dilupakan oleh para guru karena banyak di antara mereka yang mengejar target kurikulum. Sehingga ketika masuk kelas langsung mengajar tanpa memperhatikan suasana kelas dan kondisi para muridnya. Lihatlah dulu para muridnya satu persatu, bagaimana kerapihan seragam mereka, apabila deretan kursi tidak lurus diluruskan terlebih dahulu semuanya adalah cara memperlakukan para siswa. Seperti apa yang disampaikan Master bahwa pengetahuan itu penting, tapi lebih penting lagi budi pekerti. Dengan pembelajaran Budi Pekerti yang baik mendekatkan proses dan tahap-tahap pembelajaran melalui sentuhan hati dan batin, maka diharapkan akan terbentuk generasi-generasi penerus bangsa yang mempunyai solidaritas, kepekaan sosial dan yang lebih penting lagi cinta kasih yang menjadi dasar berpikir, bertutur kata dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Bersambungan Bagian Ke 2 | |||
Artikel Terkait
Mengenal Budaya Kaligrafi
17 Oktober 2017Memperpanjang Barisan Tim Medis Humanis Tzu Chi
05 November 2019Mengingat begitu pentingnya kesehatan dalam kehidupan, TIMA Surabaya mengadakan Sosialisai yang bertajuk Mengenal Barisan Relawan Medis Humanis. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan peran TIMA dalam menjalankan visi misi kesehatan dan kemanusiaan di Tzu Chi.