Membentuk Manusia Berbudi Pekerti (Bag.2)
Jurnalis : Nadya Iva Nurdiani, Fotografer : Eko (Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi) & Viny Kurniawan (Tzu Chi Sinar Mas)
|
| ||
Untuk mengingatkan kembali apa yang disampaikan di sosialisasi lalu, ibu Zaenahh kembali menjelaskan pembelajaran budi pekerti 5 tahap yang kemudian dilanjutkan dengan sesi budi pekerti bertemakan ”Berbakti” untuk materi sekolah dasar yang dipandu oleh Ibu Veronika dan Ibu Sundari. Setelah makan siang para guru melanjutkan sesi budi pekerti bertema ”Kebersamaan” untuk materi sekolah menengah pertama. Dilanjutkan dengan menyaksikan tayangan Lentera Kehidupan ’Pendidikan Budi Pekerti’ dan ditutup dengan belajar bahasa isyarat tangan oleh Ibu Goh Poh Peng dengan lagu ”Sebuah Dunia yang Bersih” dan ”Satu Keluarga”. Pada hari kedua pelatihan, materi yang disampaikan berupa senam hulala oleh Viny Shijie dan Bapak Arie dilanjutkan dengan observasi kelas pembelajaran budi pekerti yang dilakukan secara paralel oleh dua tim yakni 4 kelompok SD dan 1 kelompok SMP. Menjelang siang dilakukan kegiatan bedah buku ’Pedoman Guru Budaya Humanis’ yang dipandu oleh Bapak Syahraibu. Sehabis makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan sesi Pembuatan Silabus dan RPP (Rencana Program Pembelajaran) yang dibimbing oleh tim guru SD dan SMP Sekolah Cinta Kasih dan pada sore harinya para peserta yang terbagi dalam 5 kelompok mempresentasikan silabus dan RPP tersebut.
Keterangan :
Hari ketiga diisi dengan mengunjungi depo daur ulang Tangerang yang didampingi oleh Bapak Eko Sutrisno. Tema sesi budi pekerti hari ketiga ini adalah Pelestarian Lingkungan yang dibawakan oleh Ibu Lian Cu dan relawan Tangerang lainnya. Setelah dari Depo daur ulang, para guru mengunjungi Sekolah Tzu Chi Pantai Indah Kapuk untuk pengenalan dan gladi bersih kelas budi pekerti relawan oleh Ibu Chi Ying dan relawan tim budi pekerti. Gladi bersih ini sebagai persiapan untuk keesokan harinya di mana para guru beserta Ibu Chi Ying dan relawan tim budi pekerti melakukan kelas budi pekerti dengan tema ’Bersyukur’ untuk anak-anak dan tema’Berbuat Baik’ untuk kelas remaja. Hari keempat, para guru ikut serta dalam kegiatan kelas budi pekerti bersama para relawan. Hari kelima pelatihan, para guru yang terbagi dalam 5 kelompok melakukan praktik pengajaran di kelas (micro teaching) dan setelahnya para peserta perwakilan dari tiap kelompok akan melakukan sharing dari praktik yang dilakukannya. Pak Pahru menyampaikan bahwa sebuah aktivitas akan lancar apabila ada perencanaan yang matang, maka RPP harus dibuat sedetail mungkin termasuk kebutuhan akan peralatan. Tujuan pembelajaran pun harus disampaikan kepada anak dan setelahnya harus ada evaluasi pembelajaran tersebut. Dari setiap peserta yang sharing akan ditanggapi oleh pendamping kelompoknya seperti yang disampaikan oleh Ibu Fitri setelah sharing dari Bapak Pramana, ”Secara keseluruhan cara pengajaran sudah bagus cuma kami setingkat lebih ada pengalaman terlebih dahulu. RPP yang ditulis hanya yang pokok-pokok saja padahal seharusnya semua tahapannya dirinci. Pada saat tanya jawab, siswa seharusnya lebih banyak digali jawabannya. Namun cara mengajarnya sudah oke banget!” Pak Edi juga menyampaikan bahwa pelajaran budi pekerti merupakan sesi mengubah manusia maka setiap sesi harus bisa menyentuh hati si anak. Bapak Zakimin selaku kordinator sekolah Perkebunan Kalimantan Barat juga menyampaikan, ”sebelum datang saya banyak pertanyaan tentang Tzu Chi. Apakah bentuk penyebaran agama? Ternyata selama mengikuti seminggu ini, pendidikan Tzu Chi itu bagus, bukan paham agama yang disebarkan tapi nilai-nilai humanis yang universal yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita ibarat obor blarak yaitu terima sebagai obor yang membakar semangat seperti api merapen yang terus membara. Kedisiplinan yang kita dapat di sini, bisa kita bawa sekembalinya nanti ke Kalimantan. Saya yakin, walau kita kesulitan namun tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha. Satu kata: Jiayou!” yang disambut riuhan tawa para peserta dan relawan. Ibu Diah selaku Direktur Sekolah Cinta Kasih juga menyampaikan, “Walau sekolah kita beda kondisi tapi jangan berkecil hati. Tidak ada rotan, akar pun jadi. Buat guru di Sekolah Cinta Kasih jangan terlena. Jangan sampai nanti kita yang belajar ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Tidak usah khawatir bapak ibu guru, kita satu keluarga jarak tidak akan memisahkan kita. Bila nanti menemui kesulitan dalam proses pembelajaran, jangan ragu bertanya pada kita. Jika internet susah, bisa kirim sms dan kita bisa bertukar informasi. Setiap bulannya harus ada kumpul guru-guru budi pekerti untuk saling sharing, hal itulah untuk mensiasati perkembangan yang ada”. Sekolah Cinta Kasih membuka pintu selebarnya untuk saling bertukar ilmu dan informasi.
Keterangan :
Terakhir merupakan pesan cinta kasih dari Bapak Hong Tjhin selaku pembina Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas yang mengatakan bahwa niat baik Ibu Diah harus digenggam erat. Jangan kembali ke kebun lalu menunggu, tapi para gurulah yang harus jemput bola. Berkreasilah, jika kesulitan bertanyalah jangan pernah menyerah. Dengan keberanian seekor singa terus giat membina diri dan dengan keuletan seekor unta mengatasi segala kesulitan. Pada akhirnya kegiatan pelatihan ini ditutup secara resmi oleh Bapak Yustinus Widodo selaku Department Head Social Responsibility PT Smart Tbk. Semoga apa yang didapat di sini dapat dibawa terus hingga pulang ke Kalimantan nanti dan api semangat tidak boleh berhenti menyala. Sehabis pelatihan, para guru melakukan kunjungan ke Museum Schmutzer Ragunan Jakarta Selatan. Di sana mereka diberikan materi sosialisasi akan zero tolerance policy yakni kebijakan PT Smart Tbk yang dibuat untuk melindungi spesies satwa liar yang termasuk kriteria langka dan terancam punah di dalam areal perkebunan yang dikelolanya, serta tidak ada toleransi terhadap karyawan maupun staf yang melakukan perburuan, memelihara, melukai, mencelakakan dan membunuh satwa liar langka yang dilindungi. Materi ini dibawakan oleh Bapak Kunkun Jaka Gurmaya dari bagian Environment Division PT Smart Tbk. Para guru meninggalkan jejak langkahnya dengan melakukan penanaman sayur di area Tzu Chi Center PIK. Bibit yang ditanam sebagian merupakan bibit-bibit unggul hasil riset Departemen Pertanian Jepang. Sejak dulu Jepang terus berusaha mengembangkan riset pangan sehingga kini bisa menghasilkan semangka seberat 100 kg, wortel jumbo, giant labu dan lainnya. Bapak Hong Tjhin menuturkan, bahwa dulu sejumlah pemuda diundang beasiswa sekolah pertanian agar pertanian di Indonesia bisa maju sebab Jepang melihat lahan di Indonesia masih luas yang belum tergarap. Jepang sudah dapat memprediksi krisis pangan, maka sejumlah riset pertanian terus dilakukan. Sayangnya hasil dari beasiswa tersebut di mana para pemuda yang menjadi harapan masa depan pertanian tidak berlanjut akibat kurangnya dedikasi. Banyak pelajar tersebut menyia-nyiakan beasiswanya dengan tidak melanjutkan ilmu yang didapatnya setiba di tanah air. Hal ini bisa menjadi pembelajaran kita, bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada saat ini untuk bersumbangsih dan menggulirkan ilmu yang kita dapat untuk generasi-generasi masa yang akan datang. Semoga doa dan sentuhan tangan hijau para guru dapat menumbuhkan benih cinta kasih ini. Selesai | |||
Artikel Terkait
Mencintai Raisa dengan Ketulusan
17 November 2020Di usia kehamilan 34 minggu, Neni terpaksa melahirkan Raisa Syaqila. Namun bukan hanya prematur 8 bulan, anaknya kala itu langsung didiagnosa dengan down syndrome beserta penyakit bawaannya: PJB (penyakit jantung bawaan), laringomalasia (gangguan fungsi menelan), juga atresia dodenum (gangguan pencernaan).