Membentuk Satu Sinergi Antar Orang Tua, Siswa, dan Sekolah
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
|
| ||
Saat itu Bai Hua Shijie menjawab semua harus dimulai dari hati kita dan belajar bersabar, lalu relawan lainnya Chennie Shijie menuturkan cerita yang dibacanya beberapa waktu lalu, yaitu satu kisah dari Master Cheng Yen yang berjudul “Membeli Kebijaksanaan.” Ini adalah kisah tentang seorang raja dari negeri yang kaya raya namun merasa tak bahagia. Raja itu pun meminta seorang menterinya untuk pergi ke negeri lain dan membeli sesuatu yang tidak dimiliki negerinya. Lalu untuk memenuhi keinginan raja, seorang pedagang diutus ke luar negeri. Pedagang itu sudah berkeliling ke seluruh penjuru, tapi masih saja tidak menemukan sesuatu yang tidak dimiliki negaranya, hingga pada suatu hari ia melihat seorang orang tua yang duduk diatas punggung seekor kuda sambil berteriak-teriak, “Menjual kebijaksanaan! Menjual Kebijaksanaan!” Pedagang pun bingung, sungguh aneh, kebijaksanaan apa yang dijual. Orang tua tersebut menjawab, “Semua benda berwujud yang dapat ditimbang beratnya, diukur panjang-pendeknya, dan berbentuk, memiliki harga yang terbatas. Kebijaksanaan yang saya tawarkan tanpa wujud, tak bisa ditimbang dan diukur, tapi inilah pusaka tak ternilai.” Pedagang itu pun bersedia membeli kebijaksanaan seharga 500 tail emas. Lalu orang tua itu berkata kepadanya, “Dalam menghadapi berbagai hal, renungkanlah terlebih dahulu, jangan sekali-kali cepat marah. Jika kata-kata ini tak dapat dipergunakan pada hari ini, pasti bermanfaat pada kesempatan yang lain. Jagalah hati agar tidak mudah terpengaruh kondisi luar yang bisa membangkitkan kemarahan. Jika gampang marah dan kasar, hal ini akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.” Setelah itu, pedagang pulang ke rumah. Kebetulan hari sudah larut malam. Saat membuka pintu kamar, tiba-tiba ia melihat ada dua pasang sepatu di bawah tempat tidur yang ditutupi kelambu. Ia menduga ada orang lain bersama istrinya sehingga ia menjadi sangat marah lalu mengambil pentungan. Ketika akan mendobrak masuk, tiba-tiba ia terpikir ucapan dari orang tua tadi bahwa ia harus tenang dan jangan emosi. Seketika itu, tirai ranjang terbuka dan keluarlah seorang nenek yang adalah ibunya sendiri. Ternyata ibunya datang untuk menemani istrinya yang sedang sakit. Lalu ia pun tersadarkan.
Keterangan :
Dari cerita itu Chennie Shijie menyampaikan pesan bahwa untuk menjadi anggun kita tidak perlu sampai berteriak dan marah, kita harus belajar untuk tenang dan menahan emosi. Setelah tenang, barulah kita dapat mengungkapkan perasaan kita dengan lebih baik. Menjadi Da Ai Mama akan selalu berdekatan dengan anak-anak, sehingga penting bagi setiap Da Ai Mama untuk melatih kesabaran, ketenangan dan kebijaksanaan. Sebagai mana tersirat dalam nama Da Ai yang berarti cinta kasih yang besar, maka para Da Ai Mama diharapkan juga bisa menjadi representasi mama yang penuh kasih dalam mendampingi setiap anak-anak bertumbuh di Tzu Chi School. Bentuk Partisipasi Orang Tua Murid Supaya setiap Da Ai Mama memiliki gambaran yang jelas mengenai bidang yang akan mereka geluti, maka diadakan gathering Da Ai Mama secara berkala. Selain itu, pihak sekolah merancang pelatihan bagi Da Ai Mama sebanyak 10x pertemuan yang diadakan dari bulan September hingga November 2013. Di dalam pelatihan ini, para Da Ai mama diajak mengenal lebih dalam tentang peran Da Ai Mama di sekolah, keindahan budaya humanis dan penerapan tata krama Tzu Chi, pelestarian lingkungan dan makna bervegetarian, pemahamanan tentang sistim pendidikan Tzu Chi, serta bagaimana membina hubungan yang serasi antara orang tua dan anak. Selain itu di setiap sesi pelatihan diberikan pelajaran Mandarin. Melalui komunitas Da Ai Mama di Tzu Chi School, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan sukarelawan untuk mendukung pengembangan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan Tzu Chi. “Visi dan misi pendidikan Tzu Chi dapat terwujud apabila ada sinergi dan kerjasama yang baik antara orang tua, siswa dan pihak sekolah. Untuk mencapai hasil yang baik, kita membutuhkan kesatuan hati, pemahaman tentang filosofi pendidikan Tzu Chi serta penerapan budaya humanis yang konsisten. Jika semua pihak dapat saling mendukung maka akan tercipta suatu hubungan kemanusiaan yang indah dan harmonis,“ ucap Chennie selaku relawan pendidikan di Tzu Chi School. | |||
Artikel Terkait
Semangat Mencintai Bumi
19 April 2009 Tak terasa sudah sebulan kegiatan penyuluhan pelestarian lingkungan di Rusun Sukaramai berlalu. Tiba saat bagi Tzu Chi Medan kembali mengadakan penyuluhan yang sama di sekitar Rusun Sukaramai Blok A6 dan A7 Kelurahan Sukaramai II, Kecamatan Medan Area, untuk tahap kedua.Belajar Kebijaksanaan
26 Maret 2012 Udara di luar cukup dingin, karena hujan deras baru saja reda. Saat itu masih ada hujan rintik-rintik, namun hal tersebut tidak menghentikan langkah 26 relawan untuk hadir di sana dan mengikuti kegiatan Bedah Bukuyang rutin diadakan setiap hari Kamis.Paket Lebaran 2022: Cinta Kasih untuk Warga Prasejahtera di Kebayoran Lama
20 April 2022Sebanyak 325 paket lebaran Tzu Chi dibagikan kepada warga prasejahtera di Grogol Selatan, Kebayoran Lama. Warga yang sudah menerima kupon begitu antusias berdatangan ke Sekolah Surya Dharma.