Membentuk Satu Sinergi Antar Orang Tua, Siswa, dan Sekolah

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 

foto
Da Ai Mama Tzu Chi School mempelajari isyarat tangan lagu “Gan En Zun Zhong Ai” (Bersyukur, Menghormati, Cinta Kasih) pada pelatihan relawan Da Ai Mama yang diadakan pada tanggal 20 September 2013.

Pada saat training Da Ai Mama Tzu Chi School yang ke-3, usai sesi mengenai keindahan tata krama humanis Tzu Chi yang dibawakan oleh satu relawan senior Tzu Chi, yaitu Bai Hua Shijie, ada seorang Da Ai Mama yang bertanya, “Bagaimana saat marah tapi masih bisa terlihat anggun?” Pertanyaan tersebut disambut tawa dari Da Ai Mama lain, tapi juga menimbulkan rasa ingin tahu mereka bagaimana pada saat marah bisa tetap terlihat anggun.

Saat itu Bai Hua Shijie menjawab semua harus dimulai dari hati kita dan belajar bersabar, lalu relawan lainnya Chennie Shijie menuturkan cerita yang dibacanya beberapa waktu lalu, yaitu satu kisah dari Master Cheng Yen yang berjudul “Membeli Kebijaksanaan.” Ini adalah kisah tentang seorang raja dari negeri yang kaya raya namun merasa tak bahagia. Raja itu pun meminta seorang menterinya untuk pergi ke negeri lain dan membeli sesuatu yang tidak dimiliki negerinya. Lalu untuk memenuhi keinginan raja, seorang pedagang diutus ke luar negeri. Pedagang itu sudah berkeliling ke seluruh penjuru, tapi masih saja tidak menemukan sesuatu yang tidak dimiliki negaranya, hingga pada suatu hari ia melihat seorang orang tua yang duduk diatas  punggung seekor kuda sambil berteriak-teriak, “Menjual kebijaksanaan! Menjual Kebijaksanaan!”

Pedagang pun bingung, sungguh aneh, kebijaksanaan apa yang dijual.  Orang tua tersebut menjawab,  “Semua benda berwujud yang dapat ditimbang beratnya, diukur panjang-pendeknya, dan berbentuk, memiliki harga yang terbatas. Kebijaksanaan yang saya tawarkan tanpa wujud, tak bisa ditimbang dan diukur, tapi inilah pusaka tak ternilai.” Pedagang itu pun bersedia membeli kebijaksanaan seharga 500 tail emas. Lalu orang tua itu berkata kepadanya, “Dalam menghadapi berbagai hal, renungkanlah terlebih dahulu, jangan sekali-kali cepat marah. Jika kata-kata ini tak dapat dipergunakan pada hari ini, pasti bermanfaat pada kesempatan yang lain. Jagalah  hati agar tidak mudah terpengaruh kondisi luar yang bisa membangkitkan kemarahan. Jika gampang marah dan kasar, hal ini akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.”

Setelah itu, pedagang pulang ke rumah. Kebetulan hari sudah larut malam. Saat membuka pintu kamar, tiba-tiba ia melihat ada dua pasang sepatu di bawah tempat tidur yang ditutupi kelambu.  Ia menduga ada orang lain bersama istrinya sehingga ia menjadi sangat marah lalu mengambil pentungan. Ketika akan mendobrak masuk, tiba-tiba ia terpikir ucapan dari orang tua tadi bahwa ia harus tenang dan jangan emosi. Seketika itu, tirai ranjang terbuka dan keluarlah seorang nenek yang adalah ibunya sendiri. Ternyata ibunya datang untuk menemani istrinya yang sedang sakit.  Lalu ia pun tersadarkan.

foto   foto

Keterangan :

  • Di dalam pelatihan ini, para Da Ai mama diajak mengenal lebih dalam tentang peran Da Ai Mama di sekolah, keindahan budaya humanis dan penerapan tata krama Tzu Chi, pelestarian lingkungan dan makna bervegetarian, pemahamanan tentang sistim pendidikan Tzu Chi, serta bagaimana membina hubungan yang serasi antara orang tua dan anak (kiri).
  • Chennie, relawan pendidikan di Tzu Chi School mengatakan bahwa visi dan misi pendidikan Tzu Chi dapat terwuju apabila ada sinergi dan kerjasama yang baik antara orang tua, siswa dan pihak sekolah (kanan).

Dari cerita itu Chennie Shijie menyampaikan pesan bahwa untuk menjadi anggun kita tidak perlu sampai berteriak dan marah, kita harus belajar untuk tenang dan menahan emosi. Setelah tenang, barulah kita dapat mengungkapkan perasaan kita dengan lebih baik.  Menjadi Da Ai Mama akan selalu berdekatan dengan anak-anak, sehingga penting bagi setiap Da Ai Mama untuk melatih kesabaran, ketenangan dan kebijaksanaan. Sebagai mana tersirat dalam nama Da Ai yang berarti cinta kasih yang besar, maka para Da Ai Mama diharapkan juga bisa menjadi representasi mama yang penuh kasih dalam mendampingi setiap anak-anak  bertumbuh di Tzu Chi School.

Bentuk Partisipasi Orang Tua Murid
Komunitas Tzu Chi School Da Ai Mama merupakan suatu bentuk partisipasi para orang tua murid dalam membantu terlaksananya kegiatan di sekolah yang lebih efektif. Bersama-sama dengan para relawan pendidikan, mereka saling bekerjasama bahu membahu dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta pelayanan di Tzu Chi School, menumbuhkan rasa bersyukur, menghormati dan mencintai dalam setiap interaksi antara orang tua, siswa dan pihak sekolah. Ada beberapa ladang berkah yang dapat digarap oleh Da Ai Mama, antara lain menjadi relawan di kelas budaya humanis, relawan di bagian penyajian makan siang anak, serta menjadi pendamping di acara karyawisata serta kegiatan sekolah lainnya sesuai dengan permintaan dari pihak sekolah.

Supaya setiap Da Ai Mama memiliki gambaran yang jelas mengenai bidang yang akan mereka geluti, maka diadakan gathering Da Ai  Mama secara berkala. Selain itu, pihak sekolah merancang pelatihan bagi Da Ai Mama sebanyak 10x pertemuan yang diadakan dari bulan September hingga November 2013.  Di dalam pelatihan ini, para Da Ai mama diajak mengenal lebih dalam tentang peran Da Ai Mama di sekolah, keindahan budaya humanis dan penerapan tata krama Tzu Chi, pelestarian lingkungan dan makna bervegetarian, pemahamanan tentang sistim pendidikan Tzu Chi, serta bagaimana membina hubungan yang serasi antara orang tua dan anak. Selain itu di setiap sesi pelatihan diberikan pelajaran Mandarin. 

Melalui komunitas Da Ai Mama di Tzu Chi School, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan sukarelawan untuk mendukung pengembangan dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan Tzu Chi.  “Visi dan misi pendidikan Tzu Chi dapat terwujud apabila ada sinergi dan kerjasama yang baik antara orang tua, siswa dan pihak sekolah. Untuk mencapai hasil yang baik, kita membutuhkan kesatuan hati, pemahaman tentang filosofi pendidikan Tzu Chi serta penerapan budaya humanis yang konsisten. Jika semua pihak dapat saling mendukung maka akan tercipta suatu hubungan kemanusiaan yang indah dan harmonis,“ ucap Chennie selaku relawan pendidikan di Tzu Chi School.

  
 

Artikel Terkait

Andi yang Kembali Memulai Hidup dari Awal

Andi yang Kembali Memulai Hidup dari Awal

08 November 2017

Mirip dengan kisah Amir, warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Meulaboh, Aceh. Andi pun harus merelakan kaki kanannya untuk diamputasi sampai batas dengkul. Bukan karena tersengat aliran listrik, namun karena kecelakaan ketika berkendara. Kehadiran relawan Tzu Chi menguatkannya kembali.

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

Sepuluh Tahun Kelas Budi Pekerti: Prestasi yang Terus Berkesinambungan

26 Oktober 2015

Tahun ini kamp bimbingan diadakan selama dua hari, 24 - 25 Oktober 2015 di Jing Si Tang, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk. Sebanyak 270 anak mengikuti kegiatan ini. Di usinya yang genap 10 tahun ini, banyak kisah anak-anak yang terlibat di dalamnya. Bahkan relawan pendamping juga memiliki kesan yang mendalam.

Pekan Amal Tzu Chi 2019

Pekan Amal Tzu Chi 2019

21 Oktober 2019

Dengan wajah yang berseri-seri, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei membuka Pekan Amal Tzu Chi 2019 dengan memukul gong bazar sebanyak tiga kali. Pekan Amal Tzu Chi 2019 ini berlangsung meriah, namun sangat rapi dan tertib. Pekan Amal Tzu Chi 2019 didukung banyak pihak. Tercatat ada 207 stan dengan berbagai macam produk, seperti makanan, minuman, sembako, ATK, pakaian, elektronik, hingga kendaraan roda 2 dan 4. 

 

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -