Memberi Kebahagiaan dengan Welas Asih
Jurnalis : Nuraisyah Baharuddin (Tzu Chi Makkassar), Fotografer : Lenny Popella (Tzu Chi Makkassar)
|
| ||
Sitti dioperasi pada tanggal 11 April 2013 sedangkan Hety lebih dahulu tiga hari sebelum Sitti yaitu pada tanggal 9 April 2013. Mereka berdua sama-sama dioperasi pada mata kiri mereka. Setelah dioperasi akhirnya kedua ibu ini sudah terlepas dari penderitaan sakitnya selama ini. Selain mengatasi pasien katarak dari Makassar, relawan Tzu Chi Makassar kedatangan pasien jauh dari Biak yang dirujuk ke Makassar untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Nama pasien ini adalah Anthon Smas yang lahir pada tanggal 14 November 1967 dan tinggal di kampung Aman, Kelurahan Aman, Kecamatan Warsa, Provinsi Papua. Kisah Anthon menderita penyakit terputusnya saluran kemihnya berawal ketika pasien pergi di kebun untuk bertani dan ketika hendak pulang pasien ketemu binatang kus-kus (Kuse) dan di saat itu pula pasien memotong cabang pohon dan binatang itu menyerang pasien sehingga pasien terjatuh tepat pada cabang pohon yang ia pangkas. Satu batang dahan pohon tertusuk tepat terkena pada penis sehingga penis Anthon terputus. Di Biak, pasien dipasangkan Poneksi Folly cateter langsung dari vesita urraria diakibatkan moses inflantasi luka akibat tsoma sayam pada urethra selama enam bulan. Selama beberapa hari di Makassar, Anthon sempat ketakutan dan tidak mau diteropong oleh dokter sehingga Anthon yang didampingi oleh seorang istri yang bernama Dolfiana Rumbin berniat untuk kembali ke Biak. Relawan Tzu Chi Makassar pun tak mampu berbuat apa-apa lagi dari sekian lama dibujuk namun tak ada juah titik terangnya, sehingga salah satu relawan Tzu Chi memutuskan membelikan tiket pesawat untuk pasangan suami- istri ini dan kembali ke Biak. Namun sehari sebelum keberangkatannya ke Biak, salah satu relawan Tzu Chi dari Biak menelpon salah satu sahabatnya yang ada di Makassar yang bernama Budi Shixiong, melalui Budi inilah diharapkan mampu membujuk Anthon untuk diteropong. Akhirnya, ternyata Budi bersedia untuk mendatangi Anthon yang pada malam itu bersama istrinya bermalam di Hotel Berlian. “Yang pertama saya lakukan hanyalah mendekati terlebih dahulu kejiwaan psikisnya, menanyakan apa alasan Anthon tidak mau obati, sehingga dengan kedekatan yang sama-sama mampu berbahasa Papua ini membuat Anthon mulai terbuka dan memaparkan alasannya kenapa dia tidak mau diobati. Anthon berkata sama saya kalau dia takut dengan pakaian-pakaian anggota TNI. Yang mana kita ketahui rumah sakit Plamonia adalah rumah sakit TNI, sehingga banyaknya TNI yang lalu lalang di depannya itulah yang membuat dia takut. Apalagi dengan peralatan rumah sakit yang begitu mewah yang tidak pernah dilihatnya di Rumah Sakit Biak. Dan takut dengan hiruk pikuk kehidupan orang banyak,” kata Budi di kamar bapaknya yang juga dirawat di Rumah Sakit Plamonia.
Keterangan :
Dengan kedekatan dan beberapa penjelasan-penjelasan tentang penyakit Anthon yang dipaparkan oleh Budi kepada Anthon, hingga akhirnya Anthon bersedia untuk diobati dan membatalkan niatnya untuk kembali ke Biak. Tepat pada tanggal 9 April 2013, Anthon dengan didampingi oleh istri, Budi dan beberapa relawan Tzu Chi mulai di-opname dan dioperasi pada tanggal 11 April 2013 oleh dokter A. Malik Yusuf, Sp.U. Penyakit Anthon pun sedikit demi sedikit membaik dan ia tidak lagi merasakan sakit yang parah sehingga pada tanggal 14 April dokter mengizinkan untuk beristirahat di hotel tempat Anthon menginap selama di Makassar. Karena harus menjalani kontrol dokter, pasien belum diizinkan untuk pulang ke Biak. “Saya dan istri selama berada di Makassar sangat berterimah kasih karena diberikan pelayanaan yang baik, tempat tinggal, makanan semua ditanggung oleh yayasan, dan sangat bersyukur telah menjalani operasi dengan selamat. Semoga sekembalinya ke Biak sudah bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena sudah hampir kurang lebih 8 bulan saya tidak bekerja,” ungkap Anthon. Anthon adalah seorang petani yang tengat berjuang menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Saat ini ekonomi mereka dibantu oleh anak yang sudah bekerja dan juga keluarga dekat, sehingga mereka bisa membiayai sekolah anak dan kehidupan sehari-harinya. Tanggal 16 April 2013 Anthon melakukan kontrol yang pertama di Rumah Sakit Plamonia dan pada tanggal 23 April 2013 melakukan kontrol terakhir sehingga pasien sudah diperbolehkan untuk kembali ke Biak. “Proses penyembuhannya ini karena ada penyumbatan hampir total dan sedikit panjang 1 cm, sehingga harus ada pemasangan cateter lebih panjang, dan lebih lama selama dua sampai tiga minggu supaya proses penyempitannya tidak cepat terjadi. Sepuluh hari kemudian cateter ini dicabut di rumah sakit Biak,” kata dokter yang selama ini mengontrol penyakit Anthon. Kebahagiaan pun terpancar dari wajah Anthon dan istrinya mendengar perkataan dokter yang menyatakan keadaannya mulai membaik dan mengizinkannya untuk kembali ke Biak. “Kondisi saya sekarang sudah jauh lebih baik dibandingkan dulu, sekarang juga saya tidak lagi merasakan sakit ketika buang air kecil. Saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali berdoa sama Tuhan agar membalas perbuatan relawan Tzu Chi kepada saya,” ujar Anthon setelah kontrol terakhirnya. Dengan memberi kebahagiaan dengan walas asih relawan Tzu Chi Makassar mampu melepaskan penderitaan ketiga pasien yang dirawat dan dibantunya selama ini. Semoga jalinan jodoh ini tidak berakhir sampai di sini saja, namun terus dijalani oleh pasien dan relawan Tzu Chi. | |||
Artikel Terkait
Banjir Jakarta: Mengungsi ke Tempat yang Aman
19 Januari 2013Memeriahkan HUT ke-23 Kabupaten Tanjung Balai Karimun dengan Bersumbangsih
17 Oktober 2022Dalam rangka memeriahkan HUT Kabupaten Tanjung Balai Karimun yang ke-23, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bekerja sama dengan Rumah Sakit Medic Centre dan Kelurahan Sungai Lakam Barat mengadakan kegiatan misi amal dan kesehatan, yakni donor darah dan pembagian paket sembako.
Ringankan Kesulitan Masyarakat, Tzu Chi Tanjung Balai Karimum Bagikan Beras
28 April 2020Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membagikan beras 10 kilogram kepada setiap keluarga yang terkena dampak dari pandemi Covid-19 pada Minggu 26 April 2020. Pembagian beras ini diharapkan dapat membantu warga yang benar-benar membutuhkan.