Memberi Kesembuhan dengan Cinta Kasih
Jurnalis : Sinta Febriyani (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Hendra Gusnadhy (Tzu Chi Bandung)Relawan dengan tulus mendampingi pasien dari mulai screening hingga selesai operasi. Memberikan ketenangan kepada pasien sangat penting agar operasi bisa berjalan dengan lancar. |
| |
Rasa bahagia Asep bertambah ketika dokter menyatakan ia lolos screening dan dapat menjalani operasi hernia pada 5 November 2009. “Nggak bisa berkata apa-apa lagi, yang jelas seneng sekali, Alhamdullillah,” ujar Asep. Begitu Banyak Kesan “Saya nggak nyangka yang namanya relawan itu mendampingi pasien sampai seperti ini. Memang capek, tapi rasa lelah itu hilang karena bahagia melihat para pasien bisa dioperasi,” tutur Brigita dengan penuh semangat. Dalam baksos ini, 6 pasien penderita katarak berhasil dioperasi pada tanggal 5 November 2009, sementara untuk operasi bedah mayor-minor yang terdiri dari hernia dan tumor, operasi dilaksanakan selama 2 hari, yakni 10 pasien pada tanggal 5 November 2009, dan 7 pasien pada tanggal 9 November 2009. Adapun tenaga medis yang terlibat dalam bakti sosial operasi katarak berasal dari RS Dustira dan Tzu Chi, sedangkan untuk operasi mayor-minor, tenaga medis yang terlibat semua dari RS Dustira.
Ket: - Asep begitu bahagia ketika dokter menyatakan ia lolos screening dan dapat menjalani operasi hernia pada 5 November 2009. Kini penyakit yang menghinggapinya selama 8 tahun itu dapat dioperasi pada baksos kesehatan yang diadakan oleh Tzu Chi bandung. (kiri) Penantian Selama 8 Tahun Delapan tahun menderita hernia tentunya bukan waktu yang singkat. Terlebih sakitnya itu seringkali mengganggu pekerjaannya. “Kalau mengangkat beban yang berat, pasti langsung turun dan yang paling saya sering rasakan kalau bekerja berat-berat adalah cepat lelah. Asep mengaku, pada awal menderita hernia, ia sempat berobat ke dokter. Namun karena dokter menyarankan ia untuk menjalani operasi, pria yang ceria itu lebih memilih untuk berobat alternatif. “Kalau harus dioperasi ya, darimana uangnya? Saya kan cuma buruh bangunan, darimana dapat uang untuk bayar biayanya,” jelas Asep. Setelah beberapa kali menjalani pengobatan alternatif, namun tidak membuahkan hasil, selama 8 tahun ini Asep hanya dapat pasrah pada keadaannya. Sampai akhirnya, sekitar beberapa bulan yang lalu, kerabat Asep memberi infomasi tentang Tzu Chi. Oleh kerabatnya itu, Asep kemudian didaftarkan sebagai calon pasien baksos. “Awalnya saya nggak berharap apa-apa. Yang sudah-sudah kanbanyak yang malah mungutin uang. Tapi saya lihat Tzu Chi berbeda. Membantunya begitu tulus. Selain pengobatannya gratis, relawannya pun terus mendampingi, membuat semuanya menjadi mudah. Alhamdulillah sekarang saya sudah tidak terbebani lagi oleh penyakit saya, sekarang tinggal pemulihan saja. Terimakasih banyak semuanya. Semoga Tzu Chi bisa lebih banyak lagi menolong orang-orang yang membutuhkan,” harap Asep yang telah siap menyongsong kehidupan barunya.
Ket: - Brigita (kanan), relawan Tzu Chi Bandung merasa, rasa lelah pada saat mendampingi pasien pada screening untuk baksos operasi mayor- minor dan katarak dapat hilang begitu pasien dapat dioperasi.(kiri) Wujud Kepedulian Bersama Dalam sambutannya pada 9 November 2009, Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary mengatakan, “Di tengah krisis yang melanda dunia saat ini, sangat membahagiakan masih ada yang peduli (untuk) membantu masyarakat tidak mampu.” Pangdam menambahkan, pihaknya akan siap kapan saja bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Penyataan ini, tentu saja disambut baik oleh Tzu Chi yang sejauh ini kerap bekerja sama dengan Kodam III/Siliwangi dalam membantu pengobatan pasien-pasien dengan kasus khusus, seperti tidak memiliki anus dan lain-lain. Setelah memberikan sambutan, Pangdam III/ Siliwangi dengan didampingi relawan Tzu Chi berkunjung ke ruangan tempat pasien baksos menjalani rawat inap. Selain bersama-sama memberikan semangat kepada para pasien, Pangdam berharap rasa sukacita yang dirasakan oleh para pasien hendaknya tidak saja berupa kata-kata, namun juga diwujudkan dalam kehidupan yang benar dan selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ket: - Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary (kedua dari kiri) menjenguk pasien pascaoperasi di RS Dustira Cimahi. Beliau merasa bahagia karena di tengah krisis yang melanda dunia saat ini, Tzu Chi dan Kodam III/Siliwangi masih dapat membantu masyakat yang kurang mampu. (kiri) Bisa melihat memang merupakan kebahagian yang tak terkira. Itulah kiranya yang dirasakan Sumiati, warga Bojongloa Kaler, Bandung, Jawa Barat. Setelah mata kirinya dioperasi pada bulan Juni 2009 lalu, kini giliran mata kanannya yang dioperasi. “Sekarang kedua mata saya telah dioperasi. Semoga setelah mata saya sembuh dan dapat melihat dengan normal lagi, saya bisa berjualan kembali untuk membantu biaya hidup keluarga kami,” kata Sumiati yang bercerita bahwa suaminya kini sudah tidak lagi bekerja. Ketika ia menjalani operasi untuk kedua kalinya pada 5 November 2009, Sumiati membantu relawan Tzu Chi menenangkan pasien-pasien lainnya yang hendak menjalani operasi katarak. Dengan tenang Sumiati bercerita kepada mereka bahwa kali itu adalah operasi kedua kalinya. Ia pun menyemangati teman-temannya agar tidak khawatir dan selalu optimis, karena semua akan berjalan dengan baik. “Saya juga dulu dioperasi di sini, dibantu sama Tzu Chi, makanya sekarang daftar lagi ikut operasi mata yang sebelah kanan,” ujar Sumiati yang begitu bersyukur matanya dapat dioperasi tanpa mengeluarkan biaya sedikit pun. “Alhamdullillah, barusan waktu perbannya dibuka, udah kelihatan terang dan kata dokter hasil operasinya bagus. Terima kasih kepada semuanya, semoga semakin banyak rezekinya,” tambah Sumiati.
| ||