Relawan berjalan kaki melewati jalan yang menanjak dan menurun. Walau sedikit letih, para relawan Tzu Chi tetap bersemangat untuk mengunjungi Rumah Pemulihan Permata Noah.
Di tengah perjalanan pagi itu, mobil yang dinaiki para relawan Tzu Chi Bandung tidak bisa menanjak lebih jauh. Maka, untuk meneruskan perjalanan, para relawan yang terdiri dari kelawan kembang (calon relawan), Tzu Ching, Abu Putih, dan Komite pun berjalan kaki melewati jalan naik-turun. Walau sedikit letih, para relawan sangat bersemangat demi mengunjungi sebuah panti, yang disebut sebagai Rumah Pemulihan Permata Noah.
“Saya mengumpulkan mereka (oma dan opa) supaya mereka merasa bahwa mereka tidak sendiri. Di sini, mereka saling memotivasi sehingga mereka “disembuhkan” lahir dan batin. Makanya, kami menyebut yayasan ini sebagai “Rumah Pemulihan’, bukan ‘Rumah Jompo’,” jelas Hildawaty atau Hilda, pengurus sekaligus pendiri dari Rumah Pemulihan Permata Noah saat ditemui pada kegiatan kunjungan kasih Tzu Chi Bandung, Senin, 4 Desember 2023.
Para penghuni panti ini berasal dari beragam suku, ras, dan agama.
Dalam kunjungan ini, 12 orang relawan Tzu Chi Bandung menghibur para oma dan opa dengan bernyanyi bersama, shou yu (isyarat tangan) dan memeluk oma-opa sebagai bentuk dukungan dan cinta kasih. Tak lupa, topi Santa Claus pun jadi aksesoris tambahan. Ketika lagu Satu Keluarga diputarkan, baik relawan maupun oma opa turut bersemangat menggerakkan tangan. Suara relawan dan oma opa juga terdengar antusias begitu menyanyikan lagu Dalam Yesus Kita Bersaudara.
Sebenarnya, para oma-opa yang tinggal di rumah pemulihan ini tidak seluruhnya penganut agama kristiani, tetapi memiliki beragam agama dan keyakinan yang berbeda. Dan ini tidak menjadi masalah bagi Hilda, ia sangat menghormati perbedaan ini. Bahkan, salah satu oma yang tinggal di Rumah Pemulihan Permata Noah ini pun diajarkan mengaji. “Saya bawakan guru ngaji,” kata Hilda saat menjelaskan jadwal aktivitas oma opa. Aktivitas yang dilakukan itu mencakup beribadah (sesuai agama masing-masing), sarapan, snack time, berjemur, dan berolahraga.
Para relawan berbaur dengan para oma dan opa sambil bernyanyi bersama.
Tak hanya memenuhi kebutuhan akan spiritual dan pangan, rumah pemulihan ini juga memenuhi kebutuhan lain seperti obat dan popok. Dalam kunjungan tersebut, Hilda menunjukkan satu meja besar yang berisi banyak toples obat. Setiap toples itu dilabeli dengan nama, menunjukkan tanda kepemilikan siapa yang harus meminumnya. “Saya berharap sekali, Tzu Chi bisa menyumbangkan obat, karena setiap bulannya bisa mencapai satu juta ruopiah lebih, sedangkan untuk popok memerlukan 600 sampai 640 buah per bulannya,” terang Bu Hilda kepada para relawan Tzu Chi Bandung.
Hilda mengaku senang atas kunjungan relawan Tzu Chi ini. “Saya bersyukur atas kehadiran Buddha Tzu Chi di Rumah Pemulihan Noah. Saya merasa punya keluarga,” ucapnya. Tak hanya Hilda Waty, para oma dan opa pun terlihat bahagia. Oma Titin, salah satu oma yang dipeluk oleh salah seorang Tzu Ching pun menangis terharu. Meski baru pertama kali bertemu, Oma Titin tidak sungkan bercerita mengenai kesulitan yang dihadapinya.
Nofi, anggota Tzu Ching Bandung mengatakan bahwa kegiatan kunjungan kasih dan memberikan perhatian kepada para penghuni panti itu merupakan pengalaman yang berharga.
Nofi, Tzu Ching yang memeluk Oma Titin tersebut mengatakan bahwa itu merupakan pengalaman berharga. “Intinya, kita harus senyum, sebarkan kebahagiaan, bersungguh-sungguh, penuh dengan ketulusan, dan harus senang,” jelas Nofi saat ditanya mengenai tips untuk berinteraksi dengan oma opa.
Tak hanya Tzu Chi Bandung, Hilda berharap lebih banyak orang yang berkunjung ke Rumah Pemulihan Noah. “Harapan ke depannya, saya mau mereka (oma dan opa) ini bisa mandiri. Karena ini adalah kerja Tuhan untuk kita bisa membantu sesama kita, (saya berharap) lebih banyak orang yang mau mencurahkan perhatiannya kepada oma dan opa di sini.”
Dalam kunjungan kasih itu, Hilda juga menitipkan pesan kepada anak-anak muda saat ini. “Hormatilah ibu bapakmu, maka usiamu akan ditambahkan dan berkatmu dicurahkan. Selagi kita masih punya orang tua dan masih bisa berbakti, lakukan itu karena Tuhan punya tujuan untuk hidup kita,” jelasnya disertai senyuman.
Editor: Hadi Pranoto