Memberi Untuk Orang Lain
Jurnalis : Joliana (Relawan He Qi Barat), Fotografer : hendrik Wijaya dan Joliana (Relawan He Qi Barat)
|
| ||
Waktu sudah menunjukkan pukul 8.30 pagi, kami para relawan Tzu Chi dan beberapa murid dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi berkumpul di Gedung Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Minggu, 14 Oktober 2012, relawan Tzu Chi He Qi Barat mengadakan kunjungan kasih ke Panti Sosial Tresna Wreda Budi Mulia 02 Cengkareng, Jakarta Barat. Perasaan gembira terpancar dari wajah mereka. Perjalanan hanya menempuh lima belas menit dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sampai ke tempat tujuan. Panti ini menampung sekitar 186 orang manula. Para relawan Tzu Chi yang hadir di hari itu sebanyak 40 orang relawan, 28 guru dan murid dari sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Sesampainya di lokasi, kami semua langsung menyebar ke kamar-kamar para oma dan opa. Kami mengucapkan salam, mengobrol serta mengajak dan menuntun mereka untuk berkumpul di halaman depan kamar yang sedang dalam tahap perbaikan. Di sana telah berjejer kursi untuk para oma opa. Tetapi ada juga beberapa oma opa yang tidak memungkinkan kondisinya untuk keluar kamar, beberapa relawan pun masuk menemani mereka. Acara dimulai dengan lagu pembukaan ”Kita Satu Keluarga“ yang diperagakan dengan bahasa isyarat tangan bersama dengan opa dan oma. Terlihat para opa dan oma dengan penuh antusias memperagakan isyarat tangan dan ikut bernyanyi. Terasa penuh dengan kehangatan dan keceriaan dari para opa dan oma serta relawan.
Keterangan :
Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan dari para oma dan opa yang diiringi dengan lagu. Dengan penuh keceriaan para oma pun menari sambil ditemani beberapa relawan dan murid-murid. Ada juga oma yang menyumbangkan sebuah lagu “Dari Sabang sampai Merauke”. Lagu Layang-layang, Kicir-kicir, Bengawan Solo, Selendang Sutra pun bergulir secara bergantian, semua yang hadir ikut bernyanyi dan menari, larut dalam kebahagiaan. Saya sendiri menyempatkan waktu untuk berjalan ke bagian belakang panti, dimana ada beberapa opa oma yang tidak dapat bergabung di halaman depan. Memasuki ruangan yang lumayan besar, saya melihat ada lima belas oma yang masih di ruangan. Saya menyapa mereka, “Halo oma, apa kabar hari ini ?” dan dijawab serempak “Baik, non…”. Saya lalu mendekati seorang oma yang bernama Siti, beliau lahir tahun 1929. Di usianya yang sudah 83 tahun terlihat jelas beban berat kehidupannya. Dia bercerita bahwa saat ini sudah sebatang kara, tidak mempunyai suami maupun anak. Dia dulu hidup bersama kedua orang tuanya, semenjak kedua orang tuanya meninggal, hidup nya hanya bergantung pada perkerjaannya sebagai seorang pembantu. Dari hari ke hari, dari rumah ke rumah, hidupnya hanya bergantung pada belas kasih dari majikannya. Sampai di saat usianya yang sudah tua renta, dia sudah tidak bisa bekerja lagi, dan menjadi terlunta-lunta. Sampai akhirnya dia ditemukan seseorang dijalan dan dititipkan di panti sosial ini. Ditanya bagaimana perasaannya ketika tinggal dipanti ini, Oma Siti menjawab bahwa dia tidak kekurangan akan makan dan tempat tinggal tapi tinggal bersama dengan banyak orang lain harus selalu menjaga tata krama. Agar tidak timbul masalah dengan oma yang lain.
Keterangan :
Kemudian saya juga berkenalan dengan seorang oma bernama Mutia. Oma ini berusia 80 tahun berasal dari Tuban, Jawa. Beliau mempunyai tiga orang anak yang semuanya tinggal di Jawa. Oma Mutia bercerita kalau ketiga anak-anaknya sudah menikah dan Oma mempunyai empat orang cucu. Tapi karena kondisi ekonomi membuat dirinya tidak betah dan jengkel sehingga melarikan diri dari rumah. Ketika saya bertanya mengapa Oma Mutia bisa sampai di panti ini. Anaknya sampai saat ini pun tidak tau dimana keberadaan Oma Mutia ini. Karena sudah tiga tahun Oma tinggal di panti ini dan tidak ada seorangpun yang datang menjenguknya, jadi Oma yakin sekali kalau keluarganya tidak ada yang tau dimana keberadaanya. Ketika saya tanya apa harapan Oma sekarang. Oma Mutia dengan mata menerawang mengatakan kalau dirinya kangen dengan anak-anak dan cucu-cucunya, ingin bertemu dan berkumpul kembali bersama keluarganya. Salah seorang relawan yang baru pertama kali ikut acara kunjungan ini, Della Shu mengatakan, “Kesan aku sebagai relawan baru, aku bisa melihat ketulusan hati dari para relawan Tzu Chi di panti jompo ini, dan aku mendapat pelajaran dalam hidup. Aku yakin akan kekuatan berbagi dan memberi. Kita bisa melihat senyum para lansia yang tertawa bahagia dan menyadari kalau kebahagiaan ini sangat berharga, tidak bisa dibeli dengan uang. Inilah hidup yang sesungguhnya, dapat berbagi dan memberi buat orang lain”. Di penghujung acara, para relawan membagikan paket berupa nasi kuning, biskuit, pisang, dan minuman kepada para opa oma untuk berbagi kebahagian. Bagi beberapa opa dan oma yang sedang sakit dan tidak dapat keluar dari kamar, bingkisan diantar oleh para relawan. Terlihat ekspresi rasa syukur dan bahagia terpancar dari wajah mereka. Setelah selesai pembagian paket, pukul 11 siang, para relawan pun pamit untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya. Senyum dan pelukan dari para opa dan oma membuat hati para relawan terasa sangat bahagia seakan memeluk opa oma sendiri.
| |||