Memberikan Kesadaran untuk Hidup Lebih Sehat
Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Pusat), Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Pusat)Minggu,
18 Maret 2018, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat di Sunter mengadakan Bakti Sosial Kesehatan Degeneratif yang dilaksanakan di SDN Sunter Agung 13
Pagi. Tim
medis memeriksa kondisi kesehatan 434 pasien yang datang pada hari itu.
Kolesterol, diabetes, darah tinggi, stroke, jantung, paru-paru kronis, keluhan pada otot dan sendi, kelebihan berat badan, sakit lambung adalah sejumlah penyakit kronis yang rentan dialami orang yang beranjak tua. Di usia ini pula, mereka rentan mengalami penurunan daya tahan tubuh juga penurunan daya ingat. Minimnya pendidikan tentang kesehatan juga kurangnya perhatian keluarga tentang pola hidup sehat, menjadi faktor timbulnya penyakit kronis ini.
Untuk mengatasi dan memberikan pengertian yang tepat mengenai penyakit-penyakit degeneratif tersebut, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat di Sunter mengadakan Bakti Sosial Kesehatan Degeneratif, 18 Maret 2018. Bakti sosial kesehatan itu berlangsung di SDN Sunter Agung 13 Pagi. Sebanyak 33 relawan Tzu Chi dibantu oleh 53 orang sukarelawan, dan 42 tim medis. Mereka melayani, mendengar keluhan, dan memeriksa kondisi kesehatan 434 pasien yang datang pada hari itu.
“Selain mengobati kondisi fisik pasien, tim medis juga mengharapkan peran serta keluarga untuk peduli terhadap psikologis pasien yang membutuhkan perhatian atau pun teman untuk berbagi.” terang Dokter Irinius Bambang Surono, S.Ms (70). Dalam bakti sosial ini, tim medis memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan rutin ke puskesmas. Para pasien juga selalu diingatkan untuk menjaga pola makan, pola hidup sehat, dan tetap melakukan olahraga ringan seperti berjalan kaki.
“Kita berharap pasien punya kesadaran untuk kembali kontrol, tidak cuma kemari (ikut baksos). Proses yang berkesinambungan harus terus dilakukan agar mendapat kesehatan yang baik. Jadi kami selalu merekomendasikan agar pasien itu mengunjungi puskesmas walau hanya penyakit ringan. Pasien harus lebih proaktif, tidak hanya menunggu bakti sosial kesehatan,” ujar dokter umum ini.
Dokter Bambang, sapaan akrabnya, juga sangat teliti terhadap kondisi pasien-pasien yang datang. Apabila pasien tersebut masih dalam kondisi mengonsumsi obat-obatan atau masih dalam masa pengobatan, ia meminta para pasien untuk mengambil obat yang sedang mereka konsumsi. “Kalau kondisinya seperti itu, di sini saya hanya menambahkan vitamin karena obat yang diberikan sudah benar sesuai penyakit yang diderita pasien tersebut,” jelasnya.
Dalam bakti sosial ini, tim medis
memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan rutin ke Puskermas,
menjaga pola makan, pola hidup sehat, dan tetap melakukan olahraga ringan
seperti jalan kaki.
Sumigi, penderita glaukoma, datang ke
baksos. Ia langsung disambut relawan dan diantarkan ke tempat pemeriksaan.
Belajar Pola Hidup dan Pola Makan Sehat
Walau sudah tahu menderita kolesterol, darah tinggi dan asam urat pada 3 tahun silam, Mulianingsih (62), warga RT 012 / RW 002 Kompleks Barata, tetap membawa diri dalam senyuman. “Setiap kali merasa bahu dan leher mulai kenceng, itu tandanya asam urat sudah tinggi. Biasanya saya periksa ke dokter praktik dekat rumah,” katanya.
Mulianingsih senang dengan pelayanan dokter dalam bakti sosial itu. Ia mengatakan bahwa dokter sudah memberikan penjelasan yang mudah dimengerti. “Dokter minta saya menghindari makanan berminyak seperti gorengan, makanan berlemak, jeroan, serta santan kental. Ditambah dengan penyuluhan tadi, menyadarkan saya bahwa kesehatan itu mahal nilainya,” ungkap Mulianingsih.
Ada pula Sumigi (70). Setahun silam, mata sebelah kanan Sumigi tiba-tiba hilang penglihatannya. Tidak berapa lama kemudian, penglihatan di mata sebelah kiri ikut hilang. Awalnya dokter di salah satu rumah sakit mendiagnosanya menderita katarak pada mata sebelah kiri. Tetapi pada saat operasi katarak, dokter membatalkan operasi karena ternyata kebutaan yang diderita Sumigi disebabkan karena glaukoma yang sudah parah.
Di baksos, Sumigi datang bersama Suyati (54), ia mendengarkan dengan seksama saat dokter memeriksanya. “Tadi dokter minta bapak banyak konsumsi sayur dan buah juga berolahraga. Kaki bapak juga harus banyak gerak, mulai jalan pelan-pelan, jangan hanya duduk terus” kata Suyati yang mendampingi Sumigi.
Berbeda dengan pasien-pasien sebelumnya, Maman (63), warga RT 005 / RW 004 merasa sedikit kecewa karena tidak bisa menerima pengobatan. Dokter menyarankan dirinya untuk langsung berobat di rumah sakit dengan memanfaatkan kartu BPJS. Hal tersebut karena obat yang disediakan oleh tim medis hanya sebatas obat untuk penyakit degeneratif.
Tahun 2014 silam, Maman, seorang buruh bangunan, pernah 2 kali jatuh saat bekerja. Saat itu ia hanya mengobati lengan tangannya yang patah. Berselang 6 bulan berlalu, saat selesai sholat, tiba-tiba ia tidak bisa berdiri tegak. Dengan memaksa diri, ia berjalan bungkuk dari Masjid sampai rumahnya. Berselang beberapa jam setelah diurut, mulai dari pinggang hingga kaki timbul rasa nyeri dan sudah tidak bisa bergerak.
Penyakit tersebut lalu semakin berkepanjangan ditambah dengan penyakit lain yang menyerangnya. “Setelah tidak bisa bergerak, bapak tidak bisa buang air kecil. Lalu berselang beberapa waktu, ia mengalami pendarahan akibat infeksi pada saluran kemih hingga harus menjalani operasi dan akhirnya dipasang selang di kantong kemih untuk memompa keluar air seni selama 6 bulan,” jelas Nani Suratni (56), istri Maman. Maman menambahkan setelah melepaskan selang dari tubuhnya, ia menjalani terapi dan merasakan sedikit kemajuan.
Walau dokter menyarankan Maman
harus berobat di rumah sakit dengan menggunakan kartu BPJS, Maman sangat
bersyukur masih bisa mendapat pengetahuan tentang kesehatan yang baik
Haja Hadiati (tengah), pengurus RW 004,
sangat peduli terhadap warganya. Bersama relawan Tzu Chi dan dibantu ibu PKK
setempat, ia turut serta membantu membagikan kupon bakti sosial pada Minggu, 4
Maret 2018 lalu.
Walau tidak mendapatkan obat dokter dan sempat merasa sedikit kecewa, Maman tetap bersyukur. Ia Akhirnya mendapat tambahan pengetahuan tentang kesehatan, seperti makanan sehat, hidup sehat, dan olahraga ringan yang nanti akan ia terapkan. Ia berharap untuk bisa kembali berjalan. “Sekarang kaki sudah bisa bergerak walau jalan masih pincang dan pakai tongkat, semoga nanti bisa berjalan lebih leluasa,” tutup Maman dengan senyuman.
Bekerja Bersama-sama
Dibalik suksesnya baksos degeneratif di Sunter, relawan Tzu Chi sangat berterima kasih dengan warga yang kooperatif juga pengurus RW yang sangat peduli kepada masyarakatnya. Dua minggu sebelum baksos dilaksanakan (4/3/18), Haja Hadiati, Pengurus RW 004 dibantu dengan ibu PKK setempat turut serta membantu membagikan kupon bakti sosial. Mereka menyambut baik kegiatan baksos yang akan dilaksanakan di wilayahnya.
“Saya sangat mengenal warga. Rata-rata mereka berekonomi menengah ke bawah. Para lansia juga kurang mendapat perhatian dari keluarga mereka. Walau setiap bulan, kami sudah bekerja sama dengan puskesmas terutama tenaga medis untuk mengadakan pemeriksaan dini kadar gula darah bagi lansia, kami tetap mengharapkan bantuan pengobatan gratis dari pihak manapun,” kata Haja Hadiati.
Sejak menjadi pengurus RW 004, Haja mencoba untuk terus memberikan yang terbaik untuk kesejahteraan warganya termasuk bekerja sama dengan Tzu Chi dalam memberikan layanan kesehatan. Ia sangat bersyukur, di awal pemeriksaan kesehatan gratis ini salah satu anaknya yang berprofesi sebagai dokter mau turut serta memeriksa kesehatan warga. Selain itu, ia mengajak anaknya ikut bersumbangsih untuk menyediakan obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas pada bakti sosial berlangsung.
Editor: Metta Wulandari