Memberikan Pengobatan ke Berbagai Desa
Jurnalis : Nadya Iva (Tzu Chi Sinar Mas) , Fotografer : Ary A. Risnadony dan Muid (Tzu Chi Sinar Mas)
|
| ||
Pelaksanaan kegiatan ini membagi menjadi 2 tim yang masing-masing dikoordinatori oleh Rudi Suryana Shixiong bersama Naksi Purba Shixiong dan Viny Kurniawan Shijie bersama Darlis Shixiong. Baksos yang dilaksanakan selama 3 hari dari tanggal 25 hingga 27 Mei 2012 ini menjangkau 11 desa di kecamatan Seruyan Tengah dan kecamatan Batu Ampar dengan jumlah relawan yang ikut serta sebanyak 132 orang, 8 Dokter umum, dan 12 Tim medis lainnya yang terdiri dari perawat, bidan, mantri dan asisten apoteker. Bagi tim yang dikoordinatori oleh Rudi Suryana Shixiong dan Naksi Purba Shixiong, lokasi baksos harus ditempuh dengan menggunakan perahu motor dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam menyusuri Sungai Seruyan. Tidak hanya para relawan, barang-barang keperluan baksos seperti obat-obatan dan alat medis lainnya pun diangkut dengan perahu motor tersebut. Selama perjalanan tidak hentinya melihat keindahan dan kemegahan alam hutan Kalimantan. Medan yang harus ditempuh oleh tim yang dikoordinatori oleh Viny Kurniawan Shijie cukup dengan menyebrangi Sungai Seruyan dengan perahu motor dan dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan mobil lagi. Lokasi baksos tidak sejauh tim yang satunya, namun dengan jumlah pasien yang lebih banyak. Total jumlah pasien selama 3 hari baksos sebanyak 1.224 pasien dengan rujukan sebanyak 140 pasien. Para pasien rujukan tersebut akan menjadi pasien kasus yang akan ditindaklanjuti pengobatannya sesuai dengan prosedur misi amal oleh relawan setempat.
Keterangan :
Bagi masyarakat setempat kedatangan para tim medis beserta para relawan ke desa mereka merupakan sesuatu hal yang baru, seperti yang disampaikan oleh kepala Desa Durian Kait Bapak Barnabas, “Jauhnya desa kami membuat kami kurang informasi, bersyukur sekali bahwa kami telah didatangi seperti ini dan ada pengobatan yang menolong para warga”. Para relawan pun bersyukur dapat mengadakan kegiatan ini karena masih diberikan kesempatan untuk berbuat baik, hal tersebut dikatakan oleh Naksi Purba Shixiong “Kami berterima kasih telah diizinkan untuk datang kemari, berterima kasih karena kami bisa berbuat baik dan menyebarkan cinta kasih. Semoga apa yang kami bawa hari ini bermanfaat untuk para warga dan kita semua diberikan nikmat sehat ”. Selain pasien yang mendatangi lokasi baksos, ada beberapa pasien yang dikunjungi dikarenakan kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan. Salah satu pasien visit adalah Bapak Tukijan yang diketahui menderita jantung dan asma serta suspect liver. Sakitnya beliau sudah sejak setahun lalu dan sudah berobat ke dokter di rumah sakit daerah terdekat. Para keluarga khawatir karena kondisi beliau yang tidak bisa sehat seperti sediakala. Oleh dr. Herry Thenie dan dr. Alboin, keluarga pasien dijelaskan bahwa Bapak Tukijan memerlukan proses pengobatan yang panjang untuk kesembuhannya dan sulit untuk kembali sehat seperti sebelumnya mengingat usia beliau yang sudah 50 tahun. Hal yang dapat dilakukan adalah bersabar sambil terus rutin berobat karena obat yang diberikan rumah sakit tersebut merupakan rujukan dari dokter spesialis dan kondisi pasien menunjukkan adanya perbaikan yang stabil. Bapak Tukijan mengakui bahwa keberadaan keluarga dan dukungannya merupakan penopang semangatnya untuk terus melanjutkan hidup. Kecintaan Bapak Tukijan kepada keluarganya terlihat dari tekadnya untuk menyekolahkan anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Sang istri bercerita bahwa demi sekolah anak-anaknya, Bapak Tukijan bekerja keras sebagai petani karet dan berhenti merokok sejak tahun 2000 demi menabung. Oleh karenanya, ketika sang anak diwisuda dari FKIP Universitas Palangkaraya Bapak Tukijan bersikeras untuk menghadirinya walau dengan susah payah dan tertatih-tatih karena sakitnya tersebut.
Keterangan :
Kunjungan pasien di desa Ayawan dilakukan dengan sukacita oleh dr. Jemmy dan Darlis Shixiong serta relawan lainnya. Seperti halnya di daerah lain, para pasien di desa ini juga memiliki keterbatasan informasi dan pengetahuan mengenai medis. Sehingga dokter dan relawan yang berkunjung lebih untuk memberikan penjelasan mengenai obat dan sakit yang diderita oleh pasien karena pasien sendiri pun sebenarnya sudah berobat ke Rumah Sakit daerah terdekat dan diberikan obat oleh dokter namun mereka tidak sabar untuk menjalani proses pengobatan. Akibatnya mereka menyangka bahwa pengobatan yang mereka lakukan tidak berhasil atau gagal. Salah satu pasien di Desa Ayawan adalah Ibu Darsinah yang berusia 55 tahun yang mengeluhkan kalau matanya sakit dan tidak bias melihat dan berasumsi bahwa beliau katarak. Setelah diperiksakan ke rumah sakit, oleh dokter tidak direkomendasikan untuk operasi dan diberikan obat agar sakitnya berkurang. Mendengar penuturannya, dr. Jemmy memeriksa obat dan matanya dan mengetahui bahwa Ibu Darsinah bukan menderita katarak melainkan glaucoma yakni tingginya tekanan bola mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Maka dijelaskanlah mengenai glaucoma dan pengobatannya serta manfaat obat kepada pasien. Ibu Darsinah pun akhirnya mengerti dan mengatakan bahwa dokter di rumah sakit sudah menjelaskan juga namun beliau tidak mempercayainya maka meminta tolong untuk diperiksa oleh dokter lainnya. Pasien pun akhirnya mengerti tentang kondisi matanya dan apa saja hal yang harus dilakukan untuk menjaga agar tekanan bola matanya tidak tinggi. Kesabaran para tim medis dan relawan benar-benar diuji dengan terus tanpa lelah menjelaskan perihal sakit pasien. Tidak semata hanya mengobati memberikan obat-obatan namun juga dijadikan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan masyarakat setempat. Mensyukuri bahwa jalinan jodoh ini memberikan berkah bagi kedua belah pihak. Yang terpenting dalam pelatihan diri adalah berbuat baik dengan tindakan nyata. Walau kecil, tindakan nyata akan lebih baik daripada hanya membicarakannya. | |||
Artikel Terkait
Sebuah Tekad dalam Satu Kantong Darah
01 Desember 2016Pagi itu matahari memancarkan sinar yang cukup terik di wilayah Bojong Indah, Cengkareng, Jakarta Barat. Di sebuah Kantor RW 06 Bojong, terlihat sekelompok relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat tengah menyiapkan meja dan membersihkan area kantor. Setiap tiga bulan sekali, di wilayah tersebut rutin diadakan kegiatan donor darah.
Bersumbangsih ke Tzu Chi
12 November 2009 Dana yang telah terkumpul ini pun akhirnya diserahkan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Rabu, 11 November 2009.Berlutut di Kaki Orang Tua Bagaikan Anak Kambing Menyusu Pada Induknya
19 Maret 2015Setelah pelan-pelan membasuh kaki dan melap kering kaki orangtua, anak-anak kemudian berdiri dan memeluk orangtua mereka seraya mengucapkan “Saya sayang papa dan mama.” Senyum bahagia dan tangis haru mengalir dari para papa dan mama.