Menyelamatkan Surat-surat Berharga Terkena musibah kebakaran tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak Sumlawi (40), Istri Engkus Kosim yang bekerja sebagai petugas kebersihan di pintu Kali Angke di Teluk Gong Jakarta Utara ini. Sumwali sama sekali tak memiliki firasat apapun yang akan membuatnya harus kehilangan tempat tinggal dan juga warungnya. “Kejadiannya dari (korsleting) listrik, sekitar jam 8 malam. Saya langsung lari, soalnya bingung api langsung menyambar ke rumah saya,” terang Sumlawi. Lokasi rumah pertama yang terbakar memang tepat berada di depan rumahnya. Karena panik, ibu satu anak ini segera lari ke atas untuk menyelamatkan surat-surat berharga (ijazah, KTP, KK, dan lain-lain). Dengan tangkas ia juga sempat menyelamatkan motornya. Kebetulan saat kejadian, hanya Sumlawi yang ada di rumah. Suaminya saat itu sedang bekerja dan anaknya sedang bermain bersama teman-temannya. Selain surat-surat berharga dan motor, semua harta bendanya lenyap tak bersisa. “Padahal warung itu baru saja saya isi, baru belanja kemarinnya,” sesalnya. Menurut taksirannya, kerugian dari warung saja mencapai 3 juta rupiah, sebuah jumlah yang cukup besar bagi Sumlawi dan keluarga. Saat ini ia bersama suami dan anaknya tinggal di tenda pengungsian yang dibangun Palang Merah Indonesia (PMI) dan aparat pemerintahan setempat. Kesedihan dan kecemasan yang sama juga dirasakan oleh Emi (42), tetangga Sumliwah. Nasib Emi lebih miris lagi, ia sama sekali tidak sempat menyelamatkan barang-barang dan harta bendanya. “Saya mah nggak ada yang kebawa pisan. Begitu dengar ada teriakan kebakaran, saya langsung bawa anak dan cucu saya,” ungkapnya, “barang-barang nggak dipikirin yang penting keselamatan anak-anak.” Ket : - Sumlawi (kaus biru) sedang berkumpul bersama keluarganya di tenda pengungsian. Selain kehilangan rumah, Sumlawi juga mesti merelakan warungnya yang hangus terbakar.(kiri) - Emi (kaus unggu) tampak pasrah dengan musibah yang menimpanya. Emi sama sekali tak sempat menyelamatkan harta bendanya dan hanya membawa pakaian yang melekat di badan. (kanan) Emi yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) ini merasakan kesedihan yang luar biasa. “Mana suami lagi nganggur, makanya bingung. Sehari-hari susah, mau ngontrak nggak punya duit,” ungkapnya sedih. Dengan penghasilan 20 ribu per hari, Emi mengaku uang sebesar itu hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. “Mana pas kebakaran, duit tinggal 70 ribu kebakar pisan. Nggak bawa apa-apa, baju yang kepake aja,” jelasnya. Sama seperti Sumlawi, Emi dan keluarga juga kini tinggal di tenda-tenda pengungsian. Meringankan Derita Korban Selasa, 6 Juli 2010, relawan Tzu Chi memberikan bantuan paket kebakaran kepada para korban. Sehari sebelumnya, relawan juga telah melakukan survei untuk mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan warga. “Pagi tadi kita bagi kupon, dan siangnya kita adakan pembagian bantuan,” kata Jodie Lienardy, koordinator kegiatan ini. Barang bantuan yang diberikan berupa 1 paket alat mandi, alat makan, baju, celana, sandal, dan sepatu bayi. Ket : - Kebakaran yang terjadi pada Minggu malam, 4 Juli 2010 ini diduga berasal dari korsleting listrik di rumah salah satu warga. Kebakaran ini menghanguskan lebih dari 60 rumah di RT 01/RW 01 Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara. (kiri) - "Semoga bantuan ini bisa meringankan penderitaan para korban kebakaran," kata Jodie Lienardi, koordinator kegiatan pemberian bantuan korban kebakaran kepada seorang penerima bantuan. (kanan) Wilayah RT 01/RW 01 ini sendiri berada tepat di bibir Kali Angke. Lokasi rumah-rumah yang terbakar berada persis di sisi kiri bantaran kali. Di wilayah ini, Yayasan Buddha Tzu Chi sudah beberapa kali mengadakan aktivitas sosial dan pelestarian lingkungan, di antaranya pembangunan sarana MCK umum dan penanaman pohon di bantaran kali. “Kebetulan wilayah ini memang masuk daerah perhatian kita,” kata Jodie yang berasal dari He Qi Utara, Hu Ai Angke. Bantuan ini dirasakan warga sangat membantu mereka, seperti yang diungkapkan Sumlawi, “Bersyukur dan berterima kasih ada bantuan dari Tzu Chi, jadi kita kan nggak terlalu bingung. Mau ganti baju kan ada. Kalau keadaan gini kan bingung mau apa-apa nggak ada.” Sementara bagi Emi, “Dapat bantuan senang sekali, memang saya lagi nggak punya duit, mau beli dari mana kalau nggak ada bantuan.” Sebagai Ketua RW, Purnomo merasa bersyukur banyak pihak yang peduli dengan musibah yang menimpa warganya. “Sebagai RW kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat, pengusaha, dan organisasi sosial yang bersimpati kepada penderitaan warga kami,” katanya, “bantuan ini (dari Tzu Chi) sangat bermanfaat. Dengan ini warga minimal bisa mandi dan keperluan lainnya yang sangat penting untuk pasca musibah ini. Kesehatan mereka kan juga perlu dijaga.” Bantuan adalah sarana, yang terpenting adalah memberikan rasa tenteram, nyaman, dan keceriaan di hati warga yang sedang terkena musibah. “Mudah-mudahan bantuan ini bisa sedikit meringankan derita para korban kebakaran,” kata Jodie. |