Memberkahi dan Menghargai Diri Sendiri

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto
 

fotoSelama menjalani pengobatan di RSCM Jakarta, Swina merawat Ngui Si Ku, ayahnya dengan penuh kasih sayang.

Menurut Master Cheng Yen Kehidupan ini bagaikan panggung sandiwara besar, sebagian dari kita hidup makmur dan bahagia sementara yang lain hidup susah. Tak pandang seberapa baiknya kehidupan kita ini, kita semua mungkin membutuhkan bantuan orang lain suatu hari nanti. Walaupun hidup kita mungkin berlainan, kita semua sama-sama terberkahi jika kita sehat secara batin dan jasmani dan dengan gembira menerima apa yang diberikan kehidupan pada kita.

 

Selain itu, Master Cheng Yen juga menambahkan, karena kita terberkahi, kita harus menghargai apa yang kita miliki dan merasa tercukupi. Meskipun kehidupan membawa tekanan pada kita, sepanjang kita berpikiran terbuka, tekanan itu  berangsur-angsur akan lenyap. Misalnya Hsieh Kun Shan, seorang seniman terkenal Taiwan yang melukis dengan menggunakan mulut dan kakinya. Kedua lengan dan satu kakinya diamputasi setelah sebuah kecelakaan, dan kaki yang masih ada pun juga bermasalah tetapi ia membuktikan bahwa keterbatasan fisik seseorang tidak menentukan apa yang dapat diraih oleh orang tersebut. Dua kali sebulan ia datang ke Rumah Sakit Tzu Chi Hualien untuk membantu para pasien yang menderita cedera tulang belakang atau mereka yang anggota tubuhnya telah diamputasi  dengan mengajarkan mereka melukis menggunakan kuas yang digerakkan oleh mulut mereka. Alih-alih merasa tertekan terhadap apa yang menimpanya, ia malah menghargai dan bersyukur atas apa yang masih dimilikinya.

 JIka Sembuh Mau Pulang Kemana?
Ngui Si Ku (49 tahun), adalah seorang pria paruh baya yang tinggal di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Kuala, Pontianak. Ia memiliki 3 orang anak yang sangat dikasihinya dan untuk menafkahi kebutuhan mereka ia bekerja sebagai penjual ikan dan beberapa pekerjaan sampingan lainnya. Dengan ditemani sepeda motor setiap paginya, ia pergi membeli ikan untuk dijual kembali di pasar.

foto  foto

Keterangan :

  • Perhatian yang tulus dari sang anak, membuat semangat Pak Ngui Si Ku kembali bangkit untuk sembuh. (kiri)
  • Ngui Si Ku merasa keberatan bila kakinya diamputasi, oleh karena itu dokter kemudian melakukan operasi sebanyak 2 kali untuk memasang pen di kaki kanannya agar ia bisa berjalan, tetapi kaki kanan tersebut tak dapat ditekuk. (kanan)

Suatu pagi di saat ia sedang ingin membeli ikan, Ngui Si Ku berniat untuk mengisi bensin dan membeli nasi untuk sarapan pagi terlebih dahulu. Ketika akan membeli nasi tersebut ia mengalami kecelakaan. Motor yang ia kendarai ditabrak oleh sebuah mobil. Setelah dibawa ke rumah sakit, dokter yang menangani menyarankan agar kaki kanannya diamputasi melihat kondisi kaki kanannya yang sudah remuk. Ngui Si Ku merasa keberatan bila kakinya diamputasi, oleh karena itu dokter kemudian melakukan operasi sebanyak 2 kali untuk memasang pen di kaki kanannya agar ia bisa berjalan, tetapi kaki kanan tersebut tak dapat  ditekuk. “Untuk biaya operasi ini saya dapat bantuan dari orang yang menabrak saya, tetapi karena orang yang ditabraknya ada 3 orang jadi tidak bisa bantu sampai selesai,” jelasnya.

Setelah operasi pemasangan pen, ia selalu pergi kontrol ke rumah sakit dengan bantuan biaya dari kakak perempuannya. Selama melakukan kontrol, Ngui Si Ku masih giat untuk bekerja menafkahi keluarganya, hingga suatu hari pen penyanga kaki tersebut patah dan menusuk daging di dalamnya. Ia mencoba berobat ke Rumah Sakit Serukam, tetapi karena faktor biaya, maka ia tidak jadi berobat. Karena tidak dirawat dan kerasnya pekerjaan yang dilakukannya menyebabkan luka di kaki kanannya mengalami infeksi dan tidak dapat bekerja lagi.

Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, satu per satu musibah datang melanda dirinya. Istri Ngui Si Ku meminta cerai, dengan alasan karena tidak tahan melihat kondisi sang suami dan penghasilan yang tidak terpenuhi. Selain itu, anak kedua dan yang bungsu dititipkan pada keluarganya, dan rumah yang di tempati saat ini telah menjadi milik istrinya.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Anak yang berbakti adalah anak yang terberkahi. Swina, selalu membantu ayahnya untuk makan dan berpakaian (kiri)
  • Dukungan dan semangat juga diberikan oleh Acun, relawan Tzu Chi yang bertugas di RSCM Jakarta untuk mendampingi dan memberi semangat pasien yang tengah menjalani pengobatan. (kanan)

“Saya sudah bercerai dengan ibu, sekarang kedua anak saya sudah dibawa pergi oleh dia. Tidak hanya itu, rumah yang saya huni juga diambil. Sekarang saya sendiri bingung jika sembuh mau pulang kemana?“ aku Ngui Si Ku. Beruntung ada anak sulungnya, Swina yang berumur 15 tahun yang selalu menemani dan menghibur sang ayah di kala sedih, sehingga Ngui Si Ku terus bersemangat untuk sembuh.

Jalinan Jodoh dengan Tzu Chi.
Pada bulan Februari 2011, Swina, anak sulung Ngui Si Ku menderita infeksi mata dan berobat ke Rumah Sakit Bethesda Serukam, Sambas. Ketika obat yang dipakai habis, Swina mencoba berobat ke Rumah Sakit Harapan Bersama, Singkawang yang berjarak lebih kurang 2 jam. Tetapi sesampainya di RS Harapan Bersama, dokter di sana mengatakan bahwa tidak bisa berobat di sini karena tidak ada spesialis mata dan menganjurkan untuk minta bantuan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi untuk pengobatan. “Dari Tzu Chi saya di rujuk ke RS Bethesda Serukam juga, karena bila mau pengobatan mata memang di sini (RS BethesdaSerukam). Karena untuk berobat ke RS Bethesda Serukam Mama bisa antar, maka  mama mengajukan permintaan bantuan untuk papa ke Tzu Chi,“ ujar Swina. Ini adalah jalinan jodoh pertama Ngui Si Ku dengan Yayasan Buddha Tzu Chi.

Setelah menjalani proses survei, permintaan pengobatan disetujui. Ngui Si Ku dan Swina berangkat dari Singkawang ke Jakarta pada tanggal 6 Juni 2011. Selama menjalani pengobatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Ngui Si Ku dan Swina tinggal di Rumah Susun Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Pada tanggal 21 Juli 2011, Ngui Si Ku menjalani perawatan rawat inap di RSCM Jakarta untuk operasi. ”Yang penting saya bisa sembuh, kaki bisa ditekuk dan bisa bekerja lagi,” ujar Ngui Si Ku. Rencananya setelah operasi, Ngui Si Ku harus menunggu 6 – 12 bulan untuk pemasangan pen baru yang memungkinkan dirinya untuk dapat berjalan dan menekuk kakinya.

  
 

Artikel Terkait

Kebahagiaan Suasana (Bag. 1)

Kebahagiaan Suasana (Bag. 1)

25 Oktober 2010
Masa pensiun bagi sebagian orang mungkin menjadi masa-masa yang ‘menyeramkan’. Tetapi tidak bagi Zr Suasana.  Suasana cukup beruntung  ditawari untuk bekerja kembali sebagai tenaga honorer di Puskesmas  lain yang akhirnya mempertemukannya dengan Tzu Chi.
 Sukacita Menyambut Lebaran

Sukacita Menyambut Lebaran

15 September 2009
“Pemberian bantuan paket Lebaran ini jangan dinilai dari bentuk dan jumlahnya, tapi dari suatu pemberian cinta kasih dari Master Cheng Yen kepada kita semua,” terang Hok Lay, relawan Tzu Chi.
Malam Keakraban Imlek 2018 di DAAI TV

Malam Keakraban Imlek 2018 di DAAI TV

22 Januari 2018
Perayaan Imlek identik dengan suasana keluarga yang akrab, saling peduli satu sama lain. Pesan itu pula yang coba DAAI TV tampilkan melalui acara Malam Keakraban Imlek DAAI TV yang digelar pada Sabtu, 20 Januari 2018.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -